Senin, 02 Juni 2014

USAHA TERNAK SAPI

Tingginya permintaan konsumen terhadap daging sapi membuka peluang yang cukup besar bagi usaha ternak sapi di Indonesia. Secara kultural, usaha ternak sapi, terutama yang dilakukan secara tradisional, bukan merupakan hal yang baru bagi masyarakat Indonesia. Selain karena sebagian besar penduduk Indonesia tinggal di perdesaan dan bermatapencaharian sebagai petani, Indonesia juga menjadi negara yang sangat berpotensi untuk mengembangkan usaha ternak sapi tersebut. Mengingat di negara kita memiliki iklim dan cuaca yang cocok untuk peternakan sapi.

Pengembangbiakan Sapi

Pada umumnya kegiatan ternak sapi di Indonesia masih dilakukan dengan sistem ganda, yaitu dengan mencampurkan kegiatan ternak sapi atau budidaya sapi yang berorientasi memproduksi anakan dan kegiatan ternak sapi atau budidaya sapi yang berorientasi pada penggemukan atau pembesaran. Hal ini disebabkan di Indonesia belum ada usaha ternak sapi atau budidaya sapi yang secara khusus ditujuakan untuk memproduksi anak sapi calon penggemukan. Sistem ternak sapi atau budidaya sapi tersebut berbeda dengan sistem yang sudah berkembang di negara-negara maju, seperti Amerika, negera-negera Eropa, dan Australia yang sudah memisahkan sistem ternak sapi atau budidaya sapi penggemukan dengan sistem ternak sapi atau budidaya sapi untuk produksi anak sapi calon penggemukan. Sehingga di negara-negara maju tersebut dikenal istilah Cattle feeder dan Feeder cattle.

a. Cattle feeder
Yaitu kegiatan ternak sapi atau budidaya sapi yang secara khusus hanya melakukan kegiatan penggemukan. Peternak atau pembudidaya sapi tidak melakukan produksi anak sapi atau sapi yang akan digemukkan. Mereka mendatangkan calon atau bakal sapi penggemukan yang dibeli dari dari feeder cattle.

b. Feeder cattle
Yaitu kegiatan ternak sapi atau budidaya sapi yang berorientasi pada usaha produksi anak sapi calon penggemukan. Peternak atau pembudidaya sapi tidak melakukan kegiatan pembesaran atau penggemukan. Anak-anak sapi yang dihasilkan langsung dijual kepada peternak atau pembudidaya sapi penggemukan (cattle feeder).

Di Indonesia, kegiatan ternak sapi atau budidaya sapi secara umum masih mencampurkan kedua jenis sistem peternakan tersebut. Peternaka atau pembudidaya sapi pada umumnya masih memproduksi anak sapi sendiri kemudian dibesarkan sendiri dan dijual setelah sapi dewasa. Walaupun di banyak antara peternak atau pembudidaya sapi tersebut yang membeli sapi-sapi calon penggemukan (bakalan), namun sapi-sapi tersebut bukanlah berasal dari peternak atau pembudidaya sapi yang secara khusus mempersiapkan calon-calon sapi penggemukan. Namun, beberapa daerah di Indonesia, terutama di daerah Madura, sekalipun jumlahnya masih sangat sedikit, sudah ada peternak atau pembudidaya sapi yang mengadopsi sistem feeder cattle, dan sapi-sapi yang telah berumur satu tahun dijual di daerah Jawa Timur.

Karena sistem ternak sapi atau budidaya sapi di Indenesia masih mencampurkan antara penggemukan dan produksi anak, maka setiap peternak juga dituntut untuk mengetahi teknologi budidaya kedua sistem tersebut. Peternak atau pembudidaya harus menguasahi prosedur pengembangbiakan sapi yang benar sekaligus harus menguasai prosedur pembesaran yang benar pula. Pengembangbiakan sapi adalah suatu kegiatan dalam usaha ternak sapi yang bertujuan untuk memperoleh keturunan dari sapi yang dibudidayakan sehingga jumlahnya akan bertambah lebih banyak. Prosdur pembiakan yang benar ini tidak sekedar memperoleh keturunan, tetapi juga meliputi kegiatan pemuliaan sapi ternak tersebut. Oleh karena itu, peternak atau pembudidaya harus benar-benar teliti dalam memilih induk sapi yang akan dibudidayakan, baik induk sapi jantan maupun induk sapi betina, yang telah memenuhi persyaratan. Demikian juga peternak atau pembudidaya sapi harus benar-benar mengetahui semua fase dalam proses pengembangbiakan sapi yang meliputi :
  1. Saat dewasa kelamin dan dewasa tubuh.
  2. Saat perkawinan pertama.
  3. Tanda-tanda birahi.
  4. Perkawinan yang tepat pada saat birahi.
  5. Kebuntingan dan perkawinan kembali.

Pemeliharaan Dan Perawatan

Pemeliharaan dan perawatan dalam usaha ternak sapi atau budidaya sapi harus dilakukan semenjak pedhet atau anak sapi yang berumur 0-9 bulan hingga sapi dewasa siap potong atau siap jual. Pemeliharaan dan perawatan yang dilakukan semenjak awal ini bertujuan untuk menjaga kondisi kesehatan sapi dan meningkatkan mutu daging sapi yang dibudidayakan. Dalam pemeliharaan pedhet atau anak sapi, peternak atau pembudidaya sapi dapat menerapkan sistem pemeliharaan alami maupun sistem pemeliharaan buatan.

Pemeliharaan pedhet secara alamiah pada usaha ternak sapi

Pada sistem pemeliharaan alamiah ini, peternak atau pembudidaya sapi membiarkan pedhet atau anak sapi dipelihara bersama induknya dan menyusu pada induknya hingga masa sapih. Masa sapih pedhet tersebut biasanya dilakukan pada pedhet yang telah berumur 6-9 bulan. Pada fase pemeliharaan sebelum sapi, induk sapi betina biasana akan selalu bersama-sama dengan pedhet atau anak sapi yang diasuhnya, baik pada waktu di kandang maupun di tempat penggemabalaan. Keuntungan dari pemeliharaan dengan cara ini, pedhet biasanya akan tumbuh lebih cepat dan kuat dibanding dengan pemeliharaan buatan. Seekor induk sapi betina biasanya dapat mengasuh 1-2 ekor pedhet. Kemampuan tersebut sangat bergantung pada produktivitas susu yang dihasilkan oleh induk sapi betina.

Pemeliharaan buatan pada usaha ternak sapi

Dalam usaha ternak sapi atau budidaya sapi, kegiatan pemeliharaan buatan terhadap pedhet atau anak sapi pada dasarnya adalah kegiatan untuk menggantikan peran induk sapi betina saat menyusui anak sapi. Pemberian susu pengganti ini dilakukan dengan menggunakan alat khsus, yang biasa disebut dengan istilah niple-feeders.

Pemberian susu pengganti tersebut dapat dilakukan dengan penjadwalan yang akan diuraikan di bawah ini:
  • Pedhet atau anak sapi menerima kolustrum langsung dari induk sapi betina selama kurang lebih 3-4 hari.
  • Pada tahap selanjutnya, yaitu pada hari keempat atau kelima, pedhet atau anak sapi tersebut diberi susu yang biasa disebut whole-milk hingga berumur 1-2 bulan. Kemudian whole-milk diganti dengan susu skim hingga tiga minggu sebelum dilakukan penyapihan.
  • Pedhet atau anak sapi yang sudah berumur tiga minggu sudah mulai dilatih untuk diberi makanan penguat dan pakan hijauan.
  • Untuk daerah tropis, seperti Indonesia, penyapihan yang dilakukan terlalu dini akan menimbulkan akibat tidak baik terhadap pedhet, singga bisa merugikan peternak atau pembudidaya sapi.
Keberhasilan sistem pemeliharaan buatan terhadap pedhet atau anak sapi ini ditunjang oleh kebersihan alat yang digunakan serta ketelitian dalam pemberian pemberian susu tersebut, terutama berkaitan dengan volume susu yang diberikan serta suhu yang tepat atau tidak terlalu panas. Pedhet atau anak sapi yang dipelihara dengan teknik pemeliharaan buatan ini harus dilatih terlebih dahulu agar terbiasa minum lewat niple-feeders maupun ember. Dalam pemeliharaan buatan ini, pedhet atau anak sapi sebaiknya harus selalu tinggal di dalam kandang hingga mencapai umur enam bulan.

Menimbang Pedhet Atau Anak Sapi

Pada kegiatan usaha ternak sapi atau budidaya sapi yang dikelola dengan baik, maka pedhet atau anak sapi yang dipelihara harus ditimbang secara rutin, sehingga dapat diketahui laju pertumbuhannya. Penimbangan pedhet atau anak sapi tersebut dilakukan dalam interval waktu tertentu, misalnya satu atau dua minggu sekali, pada saat belum disapih. Setelah pedhet disapih, yaitu setelah berumur 6-9 bulan, penimbangan cukup dilakukan sebulan sekali. Frekuensi atau interval penimbangan tersebut bisa dikurangi saat pedhet atau anak sapi telah mencapai umur lebih dari satu tahun, misalnya dengan interval tiga bulan sekali.

Memandikan Sapi

Dalam usaha ternak sapi atau budidaya sapi, kegiatan yang tidak kalah pentingnya adalah menjaga kebersihan sapi. Menjaga kebersihan sapi secara tidak langsung merupakan upaya untuk menjaga kesehatan sapi. Oleh karena itu, sapi-sapi yang dipelihara harus dijaga kebersihannya dengan cara memandikan setiap hari. Jika kondisi tidak memungkinkan, misalnya pada musim hujan sehingga tidak ada peluang sapi untuk berjemur, paling tidak satu minggu sekali sapi tersebut harus dimandikan. Sapi yang tidak pernah dimandikan kulitnya akan tertutup daki atau kotoran lain. Kulit sapi terdiri atas 3 lapisan, yakni lapisan teratas yang berupa lapisan mati. Keringat yang keluar dari kulit tersebut akan menguap kemudian menyisakan bagian organik dan anorganik yang bercampur dengan sel-sel yang berasal dari lapisan kulit mati tersebut yang kemudian bercampur dengan debu atau kotoran lain sehingga menyebabkan adanya daki.

Daki yang menempel pada kulit sapi tersebut dapat mengganggu dan mempengaruhi kesehatan sapi itu sendiri. Beberapa pengaruh daki terhadap kesehatan sapi antara lain:
  • Daki berpotensi menutup lubang keringan pada kulit sapi, sehingga keringat yang harusnya keluar akan tersumbat. Keringat yang tidak bisa keluar tersebut akan mengganggu pengaturan suhu di dalam tubuh sapi, dan pengaturan suhu yang tidak berjalan sempurna akan mengganggu kesehatan sapi.
  • Daki merupakan kotoran, sehingga berpotensi menjadi tempat yang disenangi oleh mikroorganisme parasit, baik bakteri maupun mikroorganisme lain, yang dapat menimbulkan rasa tidak nyaman pada sapi tersebut, misalnya gatal-gatal.
Oleh karena itu, sapi yang dipelihara harus dimandikan secara teratur, sehingga kebersihan sapi akan tetap terjaga dan secara tidak langsung akan menghindarkan sapi peliharaan dari berbagai penyakit. Memandikan sapi dapat dilakukan dengan jalan menggosok-nggosok kulit menggunakan sikat atau alat lain. Sapi yang sudah dimandikan harus dihindarkan dari tempat yang banyak angin.
sumber:http://www.tanijogonegoro.com/2013/06/ternak-sapi.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Label