Celah tersebut ditangkap Sunarto (44) seorang warga Padukuhan Gedangan, Desa Baleharjo, Kecamatan Wonosari sebagai peluang usaha. Bapak empat orang putra itu mencoba melakukan budidaya telur semut rangkrang (kroto) dengan media perabot rumah tangga berupa lodhong atau toples.
“Permintaan kroto di Gunungkidul saat ini tinggi. Pecinta burung sangat banyak hingga pesanan kroto (telur semut) tidak terpenuhi semuanya,” ujar Sunarto saat menunjukan ternak semut dirumahnya, Jumat (16/5/2014).
Sunarto bercerita, sebelum beternak semut, Ia pernah berternak jangkrik, tetapi ternak jangkrik yang dilakoninya sejak 5 Tahun lalu tidak memberikan keuntungan bahkan beberapa kali dirinya harus menanggung rugi. Sunarto pun akhirnya mencoba berternak semut.
“Setelah gagal berternak jangkrik, lalu saya iseng-iseng budidaya semut. Kok menarik, setelah saya coba ternyata hasilnya lumayan,” ceritanya sambil menunjukan kandang semut rangrang yang tertata rapi di atas rak kayu.
Awal usahanya beternak semut, suami dari Mumun ini mengaku tidak membutuhkan modal yang cukup besar. Sunarto tidak membeli bibit rangrang, tetapi semut yang dia pelihara hanya Ia ambil dari alam. Sunarto hanya membeli lodhong atau toples yang dipakai sebagai sarang semut.
“Budidaya semut rangrang tidak sulit. Kita hanya butuh ketelatenan dalam pemeliharaannya. Air gula, dan ulat jepang adalah makanan utama semut tersebut, yang terpenting jangan telat memberi makan, karena semut-semut tersebut akan pergi,” papar Sunanto.(Sumber :http://duniaternak.com/sunarto-menekuni-ternak-semut-rangrang/)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar