Selasa, 19 Agustus 2014

Budidaya Luwak Genjot Produktivitas Kopi

SURABAYA – Warta Indonesia : PT Perkebunan Nusantara (PTPN) XII (Persero) perusahaan agribisnis yang sudah terintegrasi, berupaya meningkatkan kapasitas produksi uniknya yakni, kopi luwak. Pasalnya, kopi luwak adalah kopi yang hanya dipilih dan dimakan oleh binatang luwak (Paradoxorus hermaproditus) atau dikenal juga sebagai musang dan rase pada beberapa daerah.
Luwak memilih buah kopi yang mempunyai tingkat kematangan yang optimum berdasarkan rasa dan aroma serta memakannya dengan mengupas kulit luarnya dengan mulut, lalu menelan lendir serta bijinya. Biji kopi yang masih terbungkus kulit ari yang keras (kulit tanduk/parchment) tidak hancur dalam pencernaan luwak karena system pencernaan luwak yang sederhana. Sehingga saat keluar bersama feses biji kopi masih utuh terbungkus kulit tanduk.
Dengan keunikannya ini, maka kopi luwak hanya bisa diproduksi secara tradisional dengan cara membudidayakan binatang luwak di daerah tertentu saja. Artinya, volume produksi kopi ini tidak bisa ditingkat secara masal tanpa proses pembudidayaan luwak. Oleh karena itu suplly kopi luwak hingga saat ini masih sangat terbatas.
”Jika dibanding demandnya tentu tidak akan seimbang. Melalui budi daya luwak diharapkan volume produksinya bisa ditingkatkan. Saat ini kami hanya membudidayakan sekitar 200 ekor luwak di kawasan Gunung Ijen Banyuwangi,” ungkap Direktur PTPN XII Nurhidayat usai meresmikan Rollaas Coffe and Tea cafe di Surabaya, Rabu (12/5).
Menurutnya, saat ini volume produksi kopi luwak PTPN XII hanya mampu 2 ton per tahun. Padahal, berdasarkan permintaan satu perusahaan multi nasional saja, kebutuhan kopi luwak dunia saat ini sebanyak 8 ton per tahun.
”Dari volume produksi kopi luwak PTPN XII selama ini sekitar 1,6 ton untuk konsumsi domestik dan sisanya 0,4 ton untuk pasar ekspor ke berbagai negara, diantaranya Rumania, Jerman, Korea, Jepang dan Kanada,” ujar Nur.
Sementara harga kopi luwak di tingkat dunia saat ini menurut Direktur Pemasaran PTPN XII, Sugeng Budiraharjo mencapai Rp1,9 juta per kilogram untuk biji kopi yang sudah disangrai, dan sebesar Rp2 juta per kilogram untuk kopi luwak bubuk. Sementara harga biji kopi luwak yang masih mentah mencapai Rp1 juta hingga 1,3 juta per kilogram.
Saat ini, ungkap Danu, produksi kopi luwak PTPN XII hanya mencapai 2 ton pertahun. 80% atau sekitar 1,6 ton untuk konsumsi dalam negeri dan sisanya sebesar 0,4 ton diekspor ke berbagai negara, diantaranya Rumania, Jerman, Korea, Jepang dan Kanada.
Sementara harga kopi luwak tingkat dunia saat ini mencapai Rp1,9 juta per kilogram untuk biji kopi yang sudah disangrai, dan sebesar Rp2 juta per kilogram untuk kopi luwak bubuk. Sedangkan harga biji kopi luwak yang masih mentah mencapai Rp1 juta hingga 1,3 juta per kilogram.
Sumber: http://rolasbrand.wordpress.com/2010/05/20/budidaya-luwak-genjot-produktivitas-kopi/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Label