Akhir tahun 1990an, pernah terjadi heboh agroindustri cacing tanah. Info yang disampaikan ke masyarakat, harga cacing tanah mencapai Rp 250.000 per kg, dengan kebutuhan tanpa batas. Produk cacing tanah itu akan diekspor ke Hongkong, sebagai bahan obat dan kosmetik. Ternyata info itu bohong. Penyebar info hanya ingin menjual benih dengan harga tinggi, serta menyelenggarakan kursus beternak cacing. Satu per satu para peternak cacing itu berguguran. Di antara mereka tetap ada yang bertahan sampai sekarang. Sejak 2006 mereka tergabung dalam Asosiasi Vermi Indonesia. Kantornya di Jl. Budi Mulia Rt.011/011 No.59, Pademangan Barat, Jakarta Utara 14420. Telp. (021) 70018981; 6414028; Hp 081905909804. Kontak person Wagirun.
Semua sampah organik, baik bahan nabati maupun hewani, akan dihancurkan oleh cacing tanah. Sampah organik limbah rumah tangga yang dimasukkan dalam kontainer, misalnya ember plastik, akan cepat sekali hancur apabila diberi cacing tanah. Selain bahan organik yang tidak tercerna tetapi sudah terkomposkan, dalam kontainer ini juga akan dihasilkan kotoran cacing yang disebut kascing. Kascing berupa serbuk, dengan butiran berbentuk kapsul sepanjang 1 mm, diameter 0,5 mm, berwarna hitam kecokelatan. Biasanya kascing akan mengumpul di bagian atas kontainer, dan bisa diambil untuk dikeringkan, atau langsung digunakan sebagai pupuk organik. Kascing mengandung hormon giberelin, sitokinin, auksin, dan asam humat, yang mampu meningkatkan mikroorganisme tanah seperti Azotobacter, Azosprilium, Aspergillus, Bacillus, dan Lactobacillus. Mikroorganisme ini sangat diperlukan tanaman.
Cacing tanah untuk agroindustri adalah cacing merah genus Lumbricus. Bentuk cacing tanah Lumbricus pipih, penampang 0,5 cm, lembek, dan gerakannya lamban. Warnanya cokelat kemerahan, dengan panjang maksimal 8 cm. Cacing tanah genus Lumbricus, mudah dibedakan dengan cacing tanah genus Pheretima, yang lazim disebut cacing kalung. Bentuk cacing tanah genus Pheretima bulat, kekar, penampang 0.7 cm, dan gerakannya gesit. Warna cacing tanah Pheretima cokelat terang keunguan, dengan panjang maksimal 12 cm. Kascing Lumbricus berbentuk butiran, sedangkan kascing Pheretima berupa gumpalan lengket, yang berukuran lebih besar, dan lebih lama keringnya. Budidaya cacing tanah genus Pheretima tidak seekonomis genus Lumbricus.
Di dunia ini total ada sekitar 6.000 spesies cacing tanah, tetapi hanya 120 spescies yang penyebarannya cukup luas.
Memelihara cacing tanah sangat mudah. Benih cacing tanah Limbricus bisa diperoleh dari alam. Di kandang ternak biasanya terkumpul cacing tanah jenis ini. Dengan benih sekitar satu genggam, dalam jangka waktu sekitar satu bulan sudah bisa diperoleh antara dua sampai dengan tiga kilogram cacing tanah. Cacing tanah dipelihara dalam kotak kayu, plastik, atau wadah lainnya. Paling praktis menggunakan ember plastik lebar, yang bagian bawahnya diberi lubang. Wadah ini harus ditaruh di tempat yang ternaungi, hingga tidak tersiram hujan dan terkena panas matahari langsung. Ke dalam wadah ini dimasukkan kompos atau pupuk kandang yang sudah jadi, ditaburkan makanan cacing (bahan nabati), ditaburkan lagi kompos yang sudah jadi, baru benih cacing dilepas. Tanda bahwa media itu cocok, cacing yang ditebar akan langsung masuk ke dalamnya. Kalau cacing menyingkir ke bagian tepi, maka media itu tidak cocok untuk cacing.
Cacing tidak bisa hidup dalam media yang tercemar sabun (soda), garam, asam, tanin, dan bahan kimia lainnya. Pakan cacing adalah sisa-sisa sayuran, kulit buah, daun-daun kering yang jatuh di halaman, dan potongan rumput. Bahan yang berukuran cukup besar dicincang, kemudian dibenamkan ke dalam media tempat pemeliharaan. Pemberian pakan dilakukan selang sekitar tiga hari. Sebelum memberikan pakan tahap berikutnya, pakan yang diberikan sebelumnya harus terlebih dahulu dilihat. Kalau pakan itu masih tersisa, maka pemberian pakan berikutnya bisa ditunda. Sebaliknya apabila pakan itu telah habis dimakan cacing, pemberian pakan bisa dilakukan. Pembongkaran cacing dilakukan setiap bulan. Hingga bila ingin memanen kascing dan cacing setiap minggu, diperlukan antara empat sampai lima unit kandang. Apabila ingin panen tiap hari, paling sedikit harus disiapkan 30 unit kandang.
Media pemeliharaan cacing harus selalu disiram, tetapi tidak boleh sampai basah kuyup. Penyiraman hanya ditujukan agar media tetap lembap. Panen dilakukan dengan pengambilan cacing, termasuk anaknya, kemudian pengayakan kascing. Karena berukuran kecil maka kascing akan lolos dari ayakan, sementara kompos dan media yang belum tercerna akan tetap berada dalam ayakan. Media yang belum tercerna inilah yang akan dijadikan bahan memelihara cacing berikutnya. Dalam media ini juga tersimpan telur cacing yang belum menetas. Cacing yang dipanen diseleksi. Yang berukuran besar diambil, sementara yang kecil-kecil kembali dilepas ke dalam wadah pemeliharaan, untuk dipanen satu bulan kemudian.
Harga kascing berkisar antara Rp 10.000 sampai dengan Rp 20.000, tergantung dari kualitas serta kadar air yang terkandung di dalamnya. Kascing bisa dikemas dalam kantung plastik ukuran 1 kg, 2 kg, 5 kg, 10 kg, dan 25 kg. Kascing adalah pupuk berkualitas tinggi untuk budidaya cabai, kentang, bawang merah, dan tanaman hias. Masyarakat perkotaan yang memanfaatkan cacing sebagai penghancur sampah, bisa menggunakan kascing untuk media tanam dalam pot. Baik untuk budidaya tanaman hias, sayuran, maupun tanaman obat. Kascing bisa pula untuk memupuk tanaman yang ada di halaman rumah, termasuk rumput. Kandungan hormon perangsang tumbuh pada kascing, membuat tanaman yang dipupuk dengan bahan ini menjadi lebih sehat, dengan hasil yang mampu meningkat sampai 100% dari yang tidak dipupuk dengan kancing.
Dengan harga kascing Rp 10.000 per kg, sebenarnya agroindustri cacing sudah cukup menguntungkan. Terlebih kalau juga memperhitungkan hasil cacingnya. Namun memasarkan cacing lebih sulit dibanding dengan kascingnya. Hingga idealnya agroindustri cacing tanah, harus disertai dengan pemeliharaan lele, belut, atau itik. Baik itik pedaging maupun petelur. Komponen terbesar (70%), biaya peternakan ikan dan itik adalah pakan. Pakan ikan dan unggas, terdiri dari 50% karbohidrat, 30% protein nabati, dan 20% protein hewani. Meskipun komponen protein hewani paling kecil volumenya, namun harganya paling tinggi. Dengan memanfaatkan cacing tanah, maka komponen biaya pakan bisa ditekan. Cacing tanah bisa diberikan segar secara langsung sebagai pakan ikan atau unggas, bisa pula dengan dicampurkan ke dalam adonan pakan, bersamaan dengan karbohidrat dan protein nabati.
Sumber: http://www.agropustaka.com/2012/04/agroindustri-cacing-tanah.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar