Tampilkan postingan dengan label Pengusaha Muda. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Pengusaha Muda. Tampilkan semua postingan

Rabu, 03 Desember 2014

Pengusaha

Tak terbayang besarnya tantangan yang harus dihadapi Anak Agung Gde Pratista (36) yang akrab dipanggil Agung saat harus pulang ke Bali. Bagaimana tidak, Agung yang lahir dan besar di Jakarta dan menyelesaikan pendidikannya di Boston University, di usianya yang saat itu (tahun 2002) baru menginjak 24 tahun diberi tanggung jawab besar untuk mengelola budget hotel milik keluarga mereka di Kuta, Bali Niksoma Boutique Beach Resort.
Komunitas Pengusaha Muda Bali: AAG Pratista - Sukses berkat Tantangan
Komunitas Pengusaha Muda Bali: AAG Pratista – Sukses berkat Tantangan
Sebagai anak muda yang terbiasa hidup di kota besar dan berlatar belakang pendidikan teknik industri, tak pernah terlintas di benak Agung pulang ke kampung halamannya. Bali bagi Agung hanyalah tempat berlibur, bukan untuk bekerja. Namun tanggung jawabnya sebagai anak laki-laki tertua memaksa anak keempat dari lima bersaudara ini harus menerima tugas itu.
Sambil menunggu selesainya renovasi, Agung membuka 5aSec disaat jasa laundry belum begitu familiar bagi masyarakat Bali. Tapi bagi Agung kondisi itu malah merupakan tantangan karena melihat potensi besarnya peluang bisnis ini dan dibuktikan hingga berakhirnya masa kerjasamanya dengan 5aSec di tahun 2012 lalu Agung malah berani mengibarkan bendera sendiri, Brite Laundry.
Bali Niksoma Hotel (niksoma dalam bahasa Sanskerta artinya tabungan) ini sebenarnya sudah dimiliki keluarga Agung sejak tahun 1983 yang tanggung jawab pengelolaannya diserahkan pada pihak luar. Pasca renovasi menjadi butik hotel dan berganti nama menjadi Bali Niksoma Boutique Beach Resort, Agung melihat harus ada perbaikan di bidang manajemen bila tidak ingin apa yang sudah dilakukan menjadi sia-sia. “Apa gunanya kalau tetap seperti dulu”, ujar Agung mengulang kembali pernyataan yang disampaikan pada sang ayah.
Kendati tanggung jawabnya tidak ringan, Agung tidak menganggapnya sebagai beban. Ia menyadari harus pasang badan dulu setelah orang tuanya memasuki masa pensiun. Agung sadar kalau dirinya tidak punya pengalaman sama sekali di bisnis hospitality, sehingga saat sang ayah menanyakan “Kamu mengerti apa tentang hotel?”, Agung mengakui tidak mengerti apa-apa, tapi dengan yakin menanyakan pada sang ayah, “Mau berapa lama kembali modal?”. Malah dengan berani Agung menjamin hanya memerlukan 1 tahun saja untuk menjadikan hotel 58 kamar di atas lahan 1 Ha ini bisa beroperasional dengan baik.
Setelah malakukan take over management , hal pertama yang dilakukannya adalah pemilihan karyawan. “Produk itu penting, tapi service lebih penting”, alasan Agung. Tak tanggung-tanggung, Agung terjun tangan langsung dalam pemilihan karyawan karena menyadari betapa pentingnya peran karyawan. “Saya berusaha membuat karyawan nyaman dan senang bekerja karena sesungguhnya merekalah yang berhubungan langsung dengan para tamu” . Agung tak bosan-bosannya mengingatkan 90 orang karyawan hotelnya untuk mengutamakan “service dengan hati”
Langkah Agung ternyata tepat, walaupun terletak di daerah low to medium market, tingkat hunian hotel butik bintang empatnya rata-rata mencapai 80% dimana 70% diantaranya merupakan repeater guest dengan masa tinggal 7 – 14 hari.
Bali Niksoma Boutique Beach Resort
Bali Niksoma Boutique Beach Resort
Sukses mengoperasionalkan hotelnya, Agung mengembangkan bisnis dengan membuka Mozarella Restaurant pada tahun 2009, dan sejak itu setiap tahun satu Mozarella Restaurant baru dioperasikan laki-laki kelahiran Jakarta tahun 1978 ini. Kini sudah 5 Mozarella Restaurant dengan kapasitas 200 – 250 seats dibukanya yang berlokasi di seputaran Kuta.
Tidak cukup sampai disitu, untuk menjaring pasar menengah ke bawah, Agung membuka The Magani, city hotel 108 kamar yang berlokasi di Kuta. Kini tidak kurang dari 300 orang menggantungkan hidupnya pada suami dari I Gusti Ayu Agung Andini Wiswarani ini.
Puaskah Agung? Ternyata belum. Agung masih punya mimpi untuk mengembangkan Mozarella Restaurant ke Surabaya dan Jakarta. Tidak hanya itu, penghobi travelling itu dalam waktu dekat akan membuka Urbana Café sebagai wadah kongkow anak muda di Denpasar dan Ubud.
Selain itu Agung juga mulai memikirkan untuk berbagi ilmu dengan menjadi operator hotel. Untuk merealiasikan ide-idenya, Agung merasakan betul peran serta BCA yang sudah dikenalnya sejak tahun 2006 lalu.”Begitu kita masuk jadi nasabah BCA, kita akan dirangkul, benar-benar seperti keluarga”, ujar Agung yang juga sangat gemar menggunakan layanan KlikBCA Bisnis karena dinilainya sangat praktis dan membantu kelancaran bisnisnya. Bagi Agung kehati-hatian BCA merupakan nilai tambah, dan kini Agung mengaku memanfaatkan semua fasilitas BCA dalam transaksi bisnisnya.
Sumber: http://swa.co.id/business-update/bca/komunitas-pebisnis-bali-aag-pratista-sukses-berkat-tantangan

Pengusaha Muda Indonesia

BIOGRAFI
Himpunan Pengusaha Muda Indonesia  atau biasa dikenal dengan HIPMI merupakan sebuah organisasi independen yang merupakan kumpulan para pengusaha muda Indonesia yang bergerak dalam bidang perekoNomian. Organisasi ini merupakan sebuah organisasi non-partisan yang mulai didirikan pada tanggal 19 Juni 1972. Penggagas berdirinya organisasi ini antara lain Drs. Abdul Latief, Ir. Siswono Yudo Husodo, Teuku Sjahrul, Datuk Hakim Thantawi, Badar Tando, Irawan Djajaatmadja, SH, Hari Sjamsudin Mangaan, Pontjo Sutowo, dan Ir. Mahdi Diah. Misi awal berdirinya organisasi ini karena adanya semangat untuk menumbuhkan jiwa wirausaha di kalangan pemuda-pemuda Indonesia.

Pada awalnya organisasi pengusaha selalu ditempatkan pada tingkatan yang sangat rendah. Anggapan ini muncul karena organisasi pengusaha ini kurang mempunyai nama bila dibandingkan dengan organisasi-organisasi intelektual lainnya. sehingga para pemuda lebih memilih profesi yang dianggap lebih mapan, seperti TNI/ Polri dan profesi birokrat lainnya. Dengan visi, misi organisasi yang senantiasa menjadikan Usaha Kecil – Menengah (UKM) sebagai pilar utama dan lokomotif pembangunan ekonomi  nasional yang selalu diterapkan sejak era Reformasi.

HIPMI terus melakukan beberapa usaha-usaha demi menggerakkan sektor perekonomian bangsa. Salah satu usaha HIPMI adalah ikut aktif dalam sektor Usaha Kecil Menengah (UKM). HIPMI membantu para pelaku UKM dengan memberikan modal. Menurut HIPMI, UKM Indonesia masih sulit dalam permodalan karena kurang adanya jaminan yang dimiliki oleh pengusaha UKM. Dampaknya pihak perbankan sulit untuk memberikan kredit-nya. Selain itu, kurang adanya dukungan dari Pemerintah yang menjadi UKM sulit berkembang. Peran birokrasi sangat menentukan pengembangan usaha tersebut. Apabila beberapa kendala tersebut dapat ditangani dengan baik, HIPMI menegaskan bahwa Indonesia akan bisa bersaing dengan India atau pun China.

Selain itu, HIPMI juga ikut serta memantau kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh Pemerintah Indonesia. Pada saat Pemerintah berencana untuk menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM), HIPMI juga terus memberikan pendapat-pendapatnya. Pada akhirnya, HIPMI ikut mendukung kebijakan pemerintah tersebut karena dinilai subsidi yang dialirkan dalam sektor BBM tidak tepat sasaran. Dengan kenaikan harga BBM, diharapkan subsidi pemerintah dapat dialihkan pada sektor yang benar-benar tepat mengena pada rakyat yang membutuhkan.

Dalam struktur keorganisasian, HIPMI peletakkan wakilnya baik di pusat maupun di daerah. HIPMI juga menetapkan adanya Badan Pengurus Pusat, Badan Pengurus Daerah berkedudukan, dan dan Badan Pengurus Cabang yang masing-masing berkedudukan di ibukota negara, ibukota provinsi dan ibukota kabupaten/kota. Saat ini, HIPMI telah memiliki 274 Badan Pengurus Cabang yang tersebar di 33 provinsi di seluruh Indonesia. Untuk sistem keanggotaan, HIPMI sendiri dibagi menjadi dua jenis keanggotaan, yakni status anggota Biasa dan Luar Biasa. Anggota Biasa yakni para anggota yang berusia 18-40 tahun, sedangkan anggota Luar Biasa merupakan para anggota HIPMI yang telah berusia lebih dari 40 tahun atau lebih senior. HIPMI terbuka bagi siapa saja yang memiliki usaha yang saat ini telah menampung lebih dari 25.000 pengusaha yang bergerak di sektor UKM. HIPMI telah membawahi beberapa unit usaha, di antaranya Perkebunan, Pertanian, Kehutanan dan Perikanan, Pertambangan, Industri Kimia, Industri Elektronika, Industri Suku Cadang otomotif, Industri Furniture, Pariwisata, Jasa Konstruksi Sipil dan Mekanik, Jasa Konsultansi, Jasa Keuangan dan beberapa unit usaha lainnya.
Sumber:http://profil.merdeka.com/indonesia/h/himpunan-pengusaha-muda-indonesia/

Membangun Jiwa Dan Semangat Pemuda

Berwirausaha memang tidak semudah membalikkan telapak tangan, namun harus siap menjalani berbagai tantangan. Tidak sedikit orang yang berhenti menjadi wirausahawan dan lebih suka melamar pada sebuah perusahaan untuk bekerja menjadi karyawan dengan gaji yang aman dan rutin setiap bulan, karena mental yang lemah dalam menghadapi tantangan ini.
Berbagai tantangan harus siap kita hadapi. Misalnya, penghasilan yang tidak tetap dan kecil, sementara kebutuhan hidup tanpa ampun menyerang dari segenap penjuru. Kitapun dihantui rasa tidak aman dalam berwirausaha. Juga godaan untuk tidak berkomitmen dalam berwirausaha. Itu semua hanyalah godaan. Di sisi lain, masyarakat Indonesia kurang mampu dalam berinovasi dan berkreativitas menjadi salah satu penyebab banyaknya usaha yang bangkrut, padahal modal sudah tersedia.
Berwirausaha memang tak cukup hanya bermodalkan rasa ingin belaka. Berwirausaha harus merupakan pilihan, lalu menetapkan langkah pasti dan teguh dalam menjalaninya. Idealnya, komitmen dan konsistensi itu harus terus dijaga apapun ujiannya, apapun godaannya, dan apapun hasilnya. Apalagi tingkat persaingan usaha dan perilaku pasar semakin dinamis. Wirausahawan harus memiliki keyakinan, cita-cita untuk menjadi besar diawali dengan langkah-langkah kecil.

Berwirausaha dalam Pandangan Islam

Dalam Islam, berwirausaha merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia, karena keberadaannya sebagai khalifah fil-ardh  untuk memakmurkan bumi dan membawanya ke arah yang lebih baik. Dalam surat Al-Jumu’ah [62] : 10 “Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan banyak-banyak mengingat Allah supaya kamu beruntung”.
Rasulullah dikenal sebagai pribadi yang terus mendorong semangat wirausaha di kalangan para sahabat-sahabatnya. Pada suatu ketika, Sa’ad bin Musa Al-Anshari menuturkan sebuah kisah, bahwa pada waktu Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam baru kembali dari Perang Tabuk, beliau melihat tangan Sa’ad yang melepuh. Kulitnya gosong kehitam-hitaman karena diterpa sengatan matahari. “Kenapa tanganmu?” tanya Rasulullah. “Karena aku mengolah tanah dengan cangkul ini untuk mencari nafkah keluarga yang menjadi tanggunganku”  Rasulullah lalu mengambil tangan Sa’ad dan menciumnya seraya berkata, “Inilah tangan yang tidak pernah disentuh api neraka, Dalam riwayat yang lain, setelah mencium tangan pekerja, beliau bersabda, “Hadzihi yaddun yuhibuhallahu wa Rasuuluhu” inilah tangan yang dicintai Allah dan Rasul-Nya. “ (HR At-Thabahari)
Rasulullah pernah menjalani hidup dalam masa-masa sulit, tapi beliau punya semangat untuk berkembang, kreatifitasnya, usahanya untuk hidup mandiri yang merupakan karakter dasar jiwa wirausaha.
Kejujuran beliau, pribadi beliau yang menyenangkan, juga ketekunan beliau. Semua itu merupakan modal yang harus dimiliki oleh wirausahawan. Apa yang dimiliki Rasulullah ini, dalam dunia bisnis, biasa disebut sebagai personality.
Dua puluh lima tahun lamanya Nabi Muhammad shallallahu ’alaihi wasallam mendedikasikan diri pada dunia wirausaha, semenjak beliau baru berusia 12 tahun hingga 37 tahun. Selama itu, kecerdasan, ketekunan, keuletan dan kejujuran telah menempatkan Muhammad shallallahu ’alaihi wasallam sebagai wirausahawan yang disegani di Jazirah Arab.

Menumbuhkan wirausaha

Dalam berbagai pelatihan dan seminar, Ir. Ciputra selalu mengajukan tujuh macam pertanyaan mendasar untuk membangun dan memicu jiwa kewirausahaan.
  1. Apakah Anda berhasrat besar menjadi seorang entrepreneur? Anda dapat memberikan pernyataan-pernyataan utuk dapat meyakinkan orang lain bahwa Anda benar-benar memiliki hasrat besar untuk menjadi wirausahawan.
  2. Apakah Anda melihat kesempatan besar untuk melayani pasar? Apakah kita melihat sebuah peluang besar yang belum dilakukan orang lain?
  3. Apakah Anda punya produk inovatif yang sulit ditolak oleh prospek Anda? Apa “kuda Troya” Anda?
  4. Apakah Anda mampu memenangkan persaingan secara efektif? Jadilah yang lebih baik bukan hanya di barisan belakang. Jika Anda tidak dapat menjadi lebih baik, ciptakan perbedaan.
  5. Apakah Anda bisa menghasilkan produk dan memasarkannya dengan cara yang paling efisien? Sebagian kecil orang membeli karena mahal. Sebagian besar orang membeli karena murah.
  6. Apakah Anda tahu cara mendanai ide usaha baru Anda dengan biaya termurah, resiko terendah dan hasil yang terbaik? Misalnya dengan: modal sendiri, mitra, bank, modal ventura, atau mencicil?
  7. Apakah Anda siap menghadapi tuntutan kerja keras, berani menanggung resiko gagal dan rugi? Perlu juga disiapkan mentalitas, bahwa sukses dan gagal memiliki nilai yang sama.
Ketujuh pertanyaan di atas meruapakan pelajaran untuk mengembangkan jiwa dan semangat entrepreneurship yang secara terus menerus harus kita kembangkan.

Budaya

Wirausaha membutuhkan suatu skill untuk menjalankan usahanya. Skill tersebut bisa berupa cakap menjual dan integritas yang tinggi. Selain itu harus juga mempunyai sikap ulet, gigih, pandai, disiplin, pantang menyerah, dan mempunyai pikiran yang terbuka.
Sepengetahuan penulis, sikap seseorang bisa terbentuk karena pengaruh budaya di mana dia hidup dan berkembang. Jadi sikap seseorang dan skill seseorang bisa terpengaruh dari kebudayaan dimana orang tersebut tinggal.

Upaya Pemerintah

Joseph Schumpeter dalam bukunya, The Theory of Economic Development mengatakan, sebuah kebutuhan dasar bagi bangkitnya pertumbuhan ekonomi suatu negara, yaitu sumbangsih para entrepreneur. Jadi, keberadaan para entrepreneur pada suatu negara akan mampu menumbuhkan perekonomian negara tersebut.
Indonesia membutuhkan sekitar 2,5% wirausaha, namun pada kenyataannya saat ini hanya ada sekitar 0,08% wirausaha yang memberanikan diri untuk terjun dalam dunia usaha.  Ada beberapa hal yang bisa dilakukan pemerintah untuk menumbuhkan para wirausahawan ini. Pertama, memberikan modal usaha bagi para pengusaha (terutama para pengusaha muda) dan pendampingannya. Kedua mempermudah izin bagi yang akan mendirikan usaha. Ketiga, dimasukannya kurikulum berbasis soft skills dan entrepreneurship dalam pelajaran sekolah untuk segala jenjang pendidikan. ***
Simber: http://pengusahamuslim.com/membangun-jiwa-dan-semangat-wirausaha-1862/#.VH7DY8qXqcI ****

Label