Tampilkan postingan dengan label Hama. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Hama. Tampilkan semua postingan

Selasa, 16 Juli 2013

Hama dan Penyakit Tanaman Tomat

Ulat Tanah

Ulat tanah tanaman tomat adalah Agrotis ipsilon. Hama jenis ini menyerang tanaman tomat di malam hari, sedangkan siang harinya bersembunyi di dalam tanah atau di balik mulsa PHP. Ulat tanah menyerang batang tanaman muda dengan cara memotongnya, sehingga sering dinamakan ulat pemotong. Cara pengendaliannya dengan pemberian insektisida berbahan aktif karbofuran sebanyak 1gram pada lubang tanam.


Ulat Grayak

Ulat grayak tanaman tomat adalah Spodoptera litura. Ulat grayak menyerang daun tanaman tomat bersama-sama dalam jumlah sangat banyak, ulat ini biasanya menyerang di malam hari dengan cara memakan daun dan buah tomat. Gejala pada daun berupa bercak-bercak putih berlubang, sedangkan buahnya ditandai adanya lubang tidak beraturan di setiap permukaan buah. Pengendalian kimiawi menggunakan insektisida berbahan aktif sipermetrin, deltametrin, profenofos, klorpirifos, metomil, kartophidroklorida, atau dimehipo. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk pada kemasan.

Ulat Buah

Ulat buah tanaman tomat adalah Heliotis armigera. Bagian tubuh hama ini diselimuti kutil. Ulat menyerang tanaman tomat dengan cara mengebor buah sambil memakannya sehingga buah terserang berlubang. Pengendalian kimiawi menggunakan insektisida berbahan aktif sipermetrin, deltametrin, profenofos, klorpirifos, metomil, kartophidroklorida, atau dimehipo. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk pada kemasan.

Kutu Daun

Kutu daun tanaman tomat adalah Myzus persiceae. Kutu mengisap cairan tanaman tomat terutama daun muda, kotorannya berasa manis sehingga menggundang semut. Serangan parah menyebabkan daun mengalami klorosis (kuning), menggulung dan mengeriting, akhirnya tanaman tomat menjadi kerdil. Pengendalian kimiawi menggunakan insektisida berbahan aktif abamektin, tiametoksam, imidakloprid, asetamiprid, klorfenapir, sipermetrin, atau lamdasihalotrin. Dosis sesuai petunjuk pada kemasan.

Kutu Kebul

Kutu kebul tanaman tomat adalah Bemisia tabaci. Hama berwarna putih, bersayap dan tubuhnya diselimuti serbuk putih seperti lilin. Kutu kebul menyerang dan menghisap cairan sel daun tanaman tomat sehingga sel-sel dan jaringan daun rusak. Pengendalian kimiawi menggunakan insektisida berbahan aktif abamektin, tiametoksam, imidakloprid, asetamiprid, klorfenapir, sipermetrin, atau lamdasihalotrin. Dosis sesuai petunjuk pada kemasan.

Lalat Buah

Lalat buah tanaman tomat adalah Dacus dorsalis. Lalat betina dewasa menyerang buah tomat dengan cara menyuntikkan telurnya ke dalam buah tomat, kemudian telur berubah menjadi larva, telur-telur ini akhirnya menggerogoti buah tomat sehingga buah tomat menjadi busuk. Pengendalian lalat buah dapat menggunakan perangkap lalat (sexpheromone), caranya : metil eugenol dimasukkan botol aqua yang diikatkan pada bambu dengan posisi horisontal, atau dapat pula menggunakan buah-buahan yang aromanya disukai lalat (misal nangka, timun) kemudian dicampur insektisida berbahan aktif metomil. Selain itu, dapat dilakukan penyemprotan menggunakan insektisida berbahan aktif sipermetrin, deltametrin, profenofos, klorpirifos, metomil, kartophidroklorida, atau dimehipo. Dosis sesuai petunjuk pada kemasan.

Nematoda

Nematoda tanaman tomat adalah Meloidogyne incognita. Serangan nematoda ditandai adanya bintil-bintil pada akar. Nematoda merupakan cacing tanah berukuran sangat kecil, hama ini merupakan cacing parasit penyerang bagian akar tanaman tomat. Bekas gigitan cacing akhirnya menyebabkan serangan sekunder, seperti layu bakteri, layu fusarium, busuk phytopthora atau cendawan lain penyerang akar. Pengendalian kimiawi menggunakan insektisida berbahan aktif karbofuran sebanyak 1gram pada lubang tanam.

PENYAKIT TANAMAN TOMAT


Rebah Semai

Rebah semai tanaman tomat adalah Pythium debarianum. Rebah semai biasa menyerang tanaman tomat pada fase pembibitan dan tanaman muda setelah pindah tanam. Pengendalian kimiawi menggunakan fungisida sistemik berbahan aktif propamokarb hidroklorida, simoksanil, kasugamisin, asam fosfit, atau dimetomorf. Dosis ½ dosis terendah yang tertera pada kemasan.

Layu Bakteri

Bakteri penyebab layu tanaman tomat adalah Pseudomonas sp. Penyakit ini sering menggagalkan tanaman, tanaman tomat terserang mengalami kelayuan daun, diawali dari daun-daun muda. Upaya pengendalian antara lain dengan meningkatkan pH tanah, memusnahkan tanaman tomat terserang, melakukan penggiliran tanaman serta penyemprotan kimiawi menggunakan bakterisida dari golongan antibiotik dengan bahan aktif kasugamisin, streptomisin sulfat, asam oksolinik, validamisin, atau oksitetrasiklin. Dosis/konsentrasi sesuai pada kemasan. Sebagai pencegahan, secara biologi berikan trichoderma pada saat persiapan lahan, umur 20hst dan 35 hst dilakukan pengocoran menggunakan pestisida organik pada tanah, contoh super glio, wonderfat. dengan dosis sesuai anjuran pada kemasan.

Layu Fusarium

Cendawan penyebab layu tanaman tomat adalah Fusarium oxysporum. Tanaman tomat terserang mengalami kelayuan dimulai daun-daun tua, kemudian menyebar ke daun-daun muda dan menguning. Upaya pengendaliannya dengan meningkatkan pH tanah, memusnahkan tanaman tomat terserang, melakukan penggiliran tanaman serta penyemprotan secara kimiawi menggunakan fungisida berbahan aktif benomil, metalaksil atau propamokarb hidroklorida. Dosis/konsentrasi sesuai pada kemasan. Sebagai pencegahan, secara biologi berikan trichoderma pada saat persiapan lahan, umur 20hst dan 35 hst dilakukan pengocoran dengan pestisida organik pada tanah, contoh super glio, wonderfat. dengan dosis sesuai anjuran pada kemasan.

Busuk Phytopthora

Penyakit busuk tanaman tomat adalah Phytopthora infestans. Penyakit ini dapat menggagalkan budidaya tomat karena menyerang semua bagian tanaman. Batang terserang ditandai bercak coklat kehitaman dan kebasah-basahan. Serangan serius menyebabkan tanaman tomat layu. Daun tomat terserang seperti tersiram air panas. Buah terserang ditandai bercak kebasah-basahan yang menjadi coklat kehitaman dan lunak. Pengendalian kimiawi menggunakan fungisida sistemik, contoh bahan aktif yang bisa digunakan adalah metalaksil, propamokarb hidrokloroda, simoksanil atau dimetomorf dan fungisida kontak, contoh bahan aktif yang bisa digunakan adalah tembaga, mankozeb, propineb, ziram, atau tiram. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk pada kemasan.

Bercak Bakteri

Bercak bakteri tanaman tomat adalah bakteri Xanthomonas vesicatoria, berkembang pesat terutama pada musim hujan. Serangan ditandai adanya bercak berwarna gelap mengkilap. Pengendalian kimiawi menggunakan bakterisida dari golongan antibiotik dengan bahan aktif kasugamisin, streptomisin sulfat, asam oksolinik, validamisin, atau oksitetrasiklin, atau dari golongan anorganik seperti tembaga. Dosis/konsentrasi sesuai pada kemasan.

Bercak Daun Septoria

Penyakit ini disebabkan oleh serangan cendawan Septoria lycopersici. Cendawan menyerang semua fase pertumbuhan. Gejala serangan berupa bercak-bercak berwarna coklat yang akhirnya berubah keabu-abuan pada permukaan daun bagian bawah, tepi daun berwarna hitam. Pengendalian kimiawi menggunakan fungisida sistemik, contoh bahan aktif yang bisa digunakan adalah benomil, metil tiofanat, karbendazim, difenokonazol, atau tebukonazol, dan fungisida kontak berbahan aktif klorotalonil, azoksistrobin, atau mankozeb. Dosis/konsentrasi sesuai pada kemasan.

Lunak Bakteri

Penyakit ini disebabkan oleh serangan bakteri Erwinia carotovora. Serangan pada daun ditandai adanya bercak berair disertai perubahan warna daun menjadi kecoklatan, terutama daun segar, serangan pada batang menyebabkan tanaman tomat roboh. Pengendalian kimiawi menggunakan bakterisida dari golongan antibiotik dengan bahan aktif kasugamisin, streptomisin sulfat, asam oksolinik, validamisin, atau oksitetrasiklin, atau dari golongan anorganik seperti tembaga. Dosis/konsentrasi sesuai pada kemasan.

Virus

Virus merupakan penyakit yang paling banyak menggagalkan budidaya tomat. Virus tanaman tomat diantaranya ToMV, PVX, TMV dan CMV. Virus merupakan penyakit yang sangat berpotensi menimbulkan kegagalan terutama pada musim kemarau. Gejala serangan umumnya ditandai pertumbuhan tanaman tomat mengerdil, daun mengeriting dan terdapat bercak kuning kebasah-basahan. Penyakit virus sampai saat ini belum ditemukan penangkalnya. Penyakit virus ditularkan dari satu tanaman ke tanaman lain melalui vektor atau penular. Beberapa hama yang sangat berpotensi menjadi penular virus diantaranya thrips, kutu daun, kutu kebul, dan tungau. Manusia dapat juga berperan sebagai penular virus, baik melalui alat-alat pertanian maupun tangan terutama saat perempelan.

Beberapa upaya penanganan virus antara lain : membersihkan gulma (gulma berpotensi menjadi inang virus), mengendalikan hama/serangga penular virus, memusnahkan tanaman tomat terserang virus, kebersihan alat dan memberi pemahaman kepada tenaga kerja agar tidak ceroboh saat melakukan penanganan terhadap tanaman tomat.

Strategi Pengendalian Hama dan Penyakit Pada Budidaya Tomat

Pengendalian hama ulat tanah dan nematoda dilakukan secara bersamaan cukup satu kali pemberian insektisida, yaitu 1gram per lubang tanam.

Pengendalian hama ulat grayak, ulat buah, kutu daun, kutu kebul, lalat buah dan penyakit menggunakan pestisida harus dilakukan berseling atau penggantian bahan aktif yang tertera di atas setiap melakukan penyemprotan (jangan menggunakan bahan aktif yang sama secara berturut-turut).


sumber : 

PETUNJUK PRAKTIS BUDIDAYA PERTANIAN

Hama dan Penyakit Tanaman Semangka


Gangsir

Gangsir menyerang batang tanaman muda terutama pada tanaman yang baru saja pindah tanam. Serangannya dilakukan pada malam hari, dengan memotong batang tanaman tetapi tidak memakannya. Hama ini bersembunyi di dalam tanah dengan membuat liang pada tanah, keberadaan gangsing dapat dicirikan adanya onggokan tanah pada muka liang. Cara pengendaliannya adalah dengan pemberian insektisida berbahan aktif karbofuran sebanyak 1gram pada lubang tanam.


Ulat Tanah

Hama jenis ini menyerang tanaman pada malam hari, sedangkan pada siang harinya bersembunyi di dalam tanah atau di balik mulsa PHP. Ulat tanah menyerang batang tanaman yang masih muda dengan cara memotongnya, sehingga sering dinamakan juga ulat pemotong. Cara pengendaliannya adalah dengan pemberian insektisida berbahan aktif karbofuran sebanyak 1gram pada lubang tanam.

Ulat Grayak

Ulat grayak menyerang daun tanaman bersama-sama dalam jumlah yang sangat banyak, ulat ini biasanya menyerang di malam hari. Pengendalian yang dapat dilakukan adalah dengan penyemprotan insektisida berbahan aktif sipermetrin, deltametrin, profenofos, klorpirifos, metomil, kartophidroklorida, atau dimehipo dengan dosis sesuai petunjuk yang tertera pada kemasan.

Ulat Jengkal

Gejala serangan ulat ini ditandai pada tepi daun muda terdapat bekas gigitan serangga yang makin lama makin makin ke tengah hingga tersisa tulang daunnya. Pengendalian yang dapat dilakukan adalah dengan penyemprotan insektisida berbahan aktif sipermetrin, deltametrin, profenofos, klorpirifos, metomil, kartophidroklorida, atau dimehipo dengan dosis sesuai petunjuk yang tertera pada kemasan.

Thrips

Serangan thrips ditandai dengan adanya bercak-bercak keperakan pada daun tanaman yang terserang. Hama ini lebih suka mengisap cairan daun muda sehingga menyebabkan daun yang terserang mengeriting, akhirnya tanaman menjadi kerdil. Pengendaliannya dengan penyemprotan insektisida berbahan aktif abamektin, tiametoksam, imidakloprid, asetamiprid, klorfenapir, sipermetrin, atau lamdasihalotrin dengan dosis sesuai petunjuk yang tertera pada kemasan.

Kutu Daun

Kutu daun mengisap cairan tanaman terutama pada daun yang masih muda, kotoran dari kutu ini berasa manis sehingga menggundang semut. Daun yang terserang mengalami klorosis(kuning), menggulung dan mengeriting, akhirnya tanaman menjadi kerdil. Pengendaliannya dengan penyemprotan insektisida berbahan aktif abamektin, tiametoksam, imidakloprid, asetamiprid, klorfenapir, sipermetrin, atau lamdasihalotrin dengan dosis sesuai petunjuk yang tertera pada kemasan.

Kutu Kebul

Hama ini berwarna putih, bersayap dan tubuhnya diselimuti serbuk putih seperti lilin. Kutu kebul menyerang dan menghisap cairan sel daun sehingga sel-sel dan jaringan daun rusak. Pengendalian hama ini dengan cara penyemprotan insektisida berbahan aktif abamektin, tiametoksam, imidakloprid, asetamiprid, klorfenapir, sipermetrin, atau lamdasihalotrin dengan dosis sesuai petunjuk yang tertera pada kemasan.

Tungau

Tungau bersembunyi di balik daun dan menghisap cairan daun. Daun yang terserang berwarna kecoklatan dan terpelintir, serta pada permukaan bawah daun terdapat benang-benang halus berwarna merah atau kuning. Pengendalian tungau dapat dilakukan dengan penyemprotan insektisida akarisida berbahan aktif  propargit, dikofol, tetradifon, piridaben, klofentezin, amitraz, abamektin, atau fenpropatrin dengan dosis sesuai petunjuk yang tertera pada kemasan.

Kumbang Daun

Kumbang daun dinamakan juga oteng-oteng. Serangannya ditandai dengan adanya bekas gigitan serangga membentuk guratan-guratan konsentris pada daun. Selain merusak daun kumbang ini juga merusak bunga semangka. Pengendaliannya dengan cara penyemprotan insektisida berbahan aktif sipermetrin, deltametrin, profenofos, klorpirifos, metomil, kartophidroklorida, atau dimehipo dengan dosis sesuai petunjuk yang tertera pada kemasan.

Lalat Buah

Lalat betina dewasa menyerang buah semangka dengan cara menyuntikkan telurnya ke dalam buah, kemudian telur berubah menjadi larva, telur-telur inilah yang akhirnya menggerogoti buah semangka sehingga buah menjadi busuk. Pengendalian lalat buah dapat menggunakan perangkap lalat (sexpheromone), caranya : metil eugenol dimasukkan pada botol aqua yang diikatkan pada bambu dengan posisi horisontal, atau dapat pula menggunakan buah-buahan yang aromanya disukai lalat (misal nangka, timun) kemudian dicampur insektisida berbahan aktif metomil.  Selain itu juga dapat dilakukan penyemprotan menggunakan insektisida berbahan aktif sipermetrin, deltametrin, profenofos, klorpirifos, metomil, kartophidroklorida, atau dimehipo dengan dosis sesuai petunjuk yang tertera pada kemasan.

Tikus

Tikus menyerang buah semangka pada malam hari, pada siang hari biasanya hama ini bersembunyi dalam sarang. Cara pengendaliannya dapat dengan memberikan umpan yang telah dicampur rodentisida, campuran ini ditaruh di depan lubang tikus yang masih aktif, ditandai dengan adanya sisa-sisa makanan baru pada lubang atau terlihat bekas dilalui tikus.  Selain itu bisa juga dengan cara, pada lubang sarang aktif diberi kabit, dan disiram dengan air kemudian lubang ditutup dengan tanah agar gas yang ditimbulkan oleh karbit tidak keluar.

Nematoda

Serangan nematoda ditandai adanya bintil-bintil pada akar. Nematoda merupakan cacing tanah yang berukuran sangat kecil, hama ini merupakan cacing parasit yang menyerang bagian akar tanaman. Bekas gigitan cacing inilah yang akhirnya menyebabkan serangan sekunder, seperti layu bakteri, layu fusarium, busuk phytopthora atau cendawan lain penyerang akar. Cara pengendalian nematoda adalah dengan pemberian insektisida berbahan aktif karbofuran sebanyak 1gram pada lubang tanam.

PENYAKIT TANAMAN SEMANGKA


Rebah Semai

Rebah semai biasa menyerang tanaman semangka pada fase pembibitan. Cara pengendaliannya dengan penyemprotan fungisida sistemik berbahan aktif propamokarb hidroklorida, simoksanil, kasugamisin, asam fosfit, atau dimetomorf dengan dosis ½ dari dosis terendah yang tertera pada kemasan.

Layu Bakteri

Penyakit ini sering menggagalkan tanaman, Serangannya disebabkan oleh bakteri. Upaya pengendalian yang dapat dilakukan antara lain dengan meningkatkan pH tanah, memusnahkan tanaman yang terserang, melakukan penggiliran tanaman serta penyemprotan secara kimiawi menggunakan bakterisida dari golongan antibiotik dengan bahan aktif kasugamisin, streptomisin sulfat, asam oksolinik, validamisin, atau oksitetrasiklin dengan dosis sesuai pada kemasan. Sebagai pencegahan, secara biologi dapat diberikan trichoderma pada saat persiapan lahan, pada umur 20hst dan 35 hst dilakukan pengocoran dengan pestisida organik pada tanah, contoh wonderfat dengan dosis sesuai anjuran pada kemasan.

Layu Fusarium

Gejala yang ditimbulkan oleh layu fusarium hampir sama dengan  layu bakteri, yang membedakan hanyalah penyebabnya. Layu fusarium disebabkan oleh serangan jamur. Upaya pengendalian yang dapat dilakukan antara lain dengan meningkatkan pH tanah, memusnahkan tanaman yang terserang, melakukan penggiliran tanaman serta penyemprotan secara kimiawi menggunakan fungisida berbahan aktif benomil, metalaksil atau propamokarb hidroklorida dengan dosis sesuai pada kemasan. Sebagai pencegahan, secara biologi dapat diberikan trichoderma pada saat persiapan lahan, pada umur 20hst dan 35 hst dilakukan pengocoran dengan  pestisida organik pada tanah, contoh wonderfat dengan dosis sesuai anjuran pada kemasan.

Busuk Phytopthora

Penyakit ini menyerang semua bagian tanaman. Batang yang terserang ditandai dengan bercak coklat kehitaman dan kebasah-basahan. Serangan serius menyebabkan tanaman layu. Daun semangka yang terserang seperti tersiram air panas. Buah yang terserang ditandai dengan bercak kebasah-basahan yang menjadi coklat kehitaman dan lunak. Pengendalian secara kimiawi menggunakan fungisida sistemik, contoh bahan aktif yang bisa digunakan adalah metalaksil, propamokarb hidrokloroda, simoksanil atau dimetomorf dan fungisida kontak, contoh bahan aktif yang bisa digunakan adalah tembaga, mankozeb, propineb, ziram,  atau tiram.

Gummy Stem Blight

Penyakit ini bermula dari bagian bawah batang tanaman yang nampak seperti tercelup minyak, selanjutnya mengeluarkan cairan berwarna merah cokelat dan akhirnya tanaman mati. Daun yang terserang ditandai dengan bercak bundar melekuk ke dalam berwarna cokelat kehitaman lama kelamaan daun akan mengering. Pengendalian secara kimiawi menggunakan fungisida sistemik, contoh bahan aktif yang bisa digunakan adalah benomil, metil tiofanat, karbendazim, tridemorf, difenokonazol, atau tebukonazol dan fungisida kontak berbahan aktif klorotalonil, azoksistrobin, atau mankozeb.

Powdery Mildew

Gejala diawali dengan bercak bulat kecil berwarna keputihan pada permukaan bagian bawah daun. Kemudian bercak akan menyatu dan berkembang ke permukaan daun bagian atas sehingga daun seperti diselimuti tepung. Pengendalian secara kimiawi menggunakan fungisida sistemik, contoh bahan aktif yang bisa digunakan adalah benomil, metil tiofanat, karbendazim, difenokonazol, atau tebukonazol, dan fungisida kontak berbahan aktif klorotalonil, azoksistrobin, atau mankozeb.

Downy Midew

Terdapat bercak berwana kuning muda pada permukaan daun yang dibatasi oleh tulang daun, sedangkan pada permukaan bagian bawahnya  terdapat massa spora yang berwarna kehitaman. Pada serangan yang parah terjadi pembusukan tulang daun yang akhirnya menyebabkan tanaman mati. Pengendalian secara kimiawi menggunakan fungisida sistemik, contoh bahan aktif yang bisa digunakan adalah benomil, metil tiofanat, karbendazim, difenokonazol, atau tebukonazol, dan fungisida kontak berbahan aktif klorotalonil, azoksistrobin, atau mankozeb.

Antraknosa

Antraknosa sering juga diistilahkan dengan nama patek. Penyakit ini menyerang semua bagian tanaman yang ditandai dengan adanya bercak agak bulat berwarna cokelat muda, lalu berubah menjadi cokelat tua sampai kehitaman. Semakin lama bercak melebar dan menyatu akhirnya daun mengering. Gejala lain adalah bercak bulat memanjang berwarna kuning atau cokelat. Buah yang terserang akan nampak bercak agak bulat dan berlekuk berwarna cokelat tua, disini cendawan akan membentuk massa spora berwarna merah jambu. Pengendalian secara kimiawi menggunakan fungisida sistemik, contoh bahan aktif yang bisa digunakan adalah benomil, metil tiofanat, karbendazim, difenokonazol, atau tebukonazol, dan fungisida kontak berbahan aktif klorotalonil, azoksistrobin, atau mankozeb.

Bercak Daun

Penyakit ini disebabkan oleh serangan bakteri, berkembang pesat terutama pada musim hujan. Serangan ditandai dengan adanya bercak putih dan bersudut karena dibatasi tulang daun. Kemudian bercak berubah menjadi cokelat kelabu serta bagian bawah daun mengeluarkan cairan, akhirnya daun mengering. Pengendaliannya menggunakan bakterisida dari golongan antibiotik dengan bahan aktif kasugamisin, streptomisin sulfat, asam oksolinik, validamisin, atau oksitetrasiklin, atau dari golongan anorganik seperti tembaga. Dosis sesuai pada kemasan.

Virus

Virus merupakan penyakit yang sangat berpotensi menimbulkan kegagalan terutama pada musim kemarau. Gejala serangan umumnya ditandai dengan pertumbuhan tanaman yang mengerdil, daun mengeriting dan terdapat bercak kuning kebasah-basahan. Penyakit virus sampai saat ini belum ditemukan penangkalnya. Penyakit ini ditularkan dari satu tanaman ke tanaman lain melalui vektor atau penular. Beberapa hama yang sangat berpotensi menjadi penular virus diantaranya adalah thrips, kutu daun, kutu kebul, dan tungau. Manusia dapat juga berperan sebagai penular virus, baik melalui alat-alat pertanian maupun tangan terutama pada saat pemangkasan. Beberapa upaya penanganannya virus antara lain : membersihkan gulma (karena gulma berpotensi menjadi inang virus), mengendalikan hama/serangga penular virus, memusnahkan tanaman yang sudah terserang virus, kebersihan alat dan memberi pemahaman kepada tenaga kerja agar tidak ceroboh saat melakukan penanganan terhadap tanaman.

Strategi Pengendalian Hama dan Penyakit :


Pengendalian hama gangsir, ulat tanah dan nematoda dilakukan secara bersamaan cukup satu kali pemberian insektisida, yaitu 1gram per lubang tanam.

Pengendalian hama ulat grayak, ulat jengkal, thrips, kutu daun, kutu kebul, tungau, kumbang daun dan lalat buah dan penyakit menggunakan pestisida harus dilakukan berseling atau penggantian bahan aktif yang tertera di atas setiap melakukan penyemprotan (jangan menggunakan bahan aktif yang sama secara berturut-turut).

Penyakit Fisiologis Tanaman Melon

Penyebab dari penyakit fisiologis adalah iklik yang ekstrim, ketidakseimbangan unsur hara, dan kandungan mineral berbahaya. Beberapa penyakit fisiologis yang sering dialami pada budidaya semangka adalah :

Busuk Ujung Buah (blossom-end rot)

Penyakit ini disebabkan oleh kekurangan kalsium. Serangan penyakit akan lebih berat apabila budidaya semangka dilakukan di daerah dengan udara panas, kering, dan berangin yaitu ketika terjadi kondisi kekurangan air. Gejala yang muncul adalah gugur buah dan terdapat busuk berwarna cokelat di ujung buah. Pengendalian penyakit ini dapat dilakukan dengan pemberian pupuk dengan kandungan kalsium tinggi.

Pecah Daging Buah

Masalah ini disebut juga internal cracking, disebabkan oleh pertumbuhan yang tidak stabil, yaitu terlalu cepat pada satu fase dan terlalu terlambat pada fase selanjutnya atau sebaliknya. Gejala penyakit ini adalah buah berbentuk tidak normal dan rasanya hambar. Daging buah tidak sempurna dan retak-retak. Pengendalian penyakit ini dengan perlakukan tanaman yang tidak terlambat sesuai dengan teknik budidaya yang diuraikan di atas, mulai dari pengairan, pemangkasan, pemupukan, dan pengendalian hama penyakit.

Rasa Buah Tidak Manis

Pada kondisi tertentu buah yang dihasilkan rasanya hambar. Hal ini biasanya terjadi karena kekurangan berbagai unsur hara, terutama unsur kalium, magnesium, dan boron. Pengendalian penyakit ini dapat dilakukan dengan pemupukan berimbang sesuai dengan teknik pemupukan di atas.

Tanaman Kerdil

Tanaman semangka tampak kerdil dengan ruas-ruas yang pendek. Batang tanaman menjadi kaku dan terdapat beberapa luka/retakan yang mengeluarkan lendir berwarna cokelat kekuningan. Batang mudah patah, jika serangan berlanjut hingga tanaman dewasa, tanaman semangka sulit menghasilkan buah, kalaupun berbuah bentuknya tidak normal. Pengendalian penyakit ini dengan memberikan pupuk mikro dengan kandungan boron tinggi, seperti pupuk borate, dengan dosis 2 g/tanaman.

Daun Menguning Dari Bagian Tepi

Penyakit ini disebabkan oleh kekurangan unsur kalium. Gejala yang muncul adalah terjadinya perubahan warna daun menjadi kuning muda dimulai dari bagian tepi daun. Semakin lama warna kuning berubah menjadi cokelat dan salah satu sisinya robek sehingga daun nampak bergerigi. Tanaman yang kekurangan kalium memiliki daya tahan yang rendah terhadap serangan hama penyakit dan kekeringan. Selain itu, rasa buah menjadi kurang manis. Pengendalian penyakit ini adalah dengan pemupukan berimbang seperti teknik pemupukan di atas, bila perlu tambahkan pupuk dengan kandungan kalium tinggi, seperti KNO3 pada saat melakukan pemupukan susulan.

Klorosis Pada Tulang Daun

Penyebab penyakit ini adalah kekurang unsur hara magnesium. Unsur ini berfungsi unsur membentuk klorofil (zat hijau daun) dan mengaktifkan enzim-enzim dalam proses metabolisme. Gejala unsur ini ditandai dengan klorosis diantara tulang daun, warna daun menguning, terdapat bercak merah kecoklatan sedangkan tulang daun tetap berwarna hijau. Untuk mengatasi kekurangan unsur ini dapat dilakukan dengan pengapuran dan penyemprotan pupuk daun yang mengandung magnesiun tinggi, misal magnesium sulfat.


sumber : 

PETUNJUK PRAKTIS BUDIDAYA PERTANIAN

Hama dan Penyakit Tanaman Pepaya

PENYAKIT TANAMAN PEPAYA

Layu Bakteri

Serangannya disebabkan oleh bakteri, daun pepaya terserang terkulai lemas lalu gugur, pucuk tanaman pepaya membusuk dan terus menjalar ke bawah sampai akhirnya seluruh tanaman pepaya membusuk. Pengendaliannya dengan membongkar tanaman pepaya sakit sampai ke akar-akarnya, serta penyemprotan kimiawi menggunakan bakterisida dari golongan antibiotik dengan bahan aktifkasugamisin, streptomisin sulfat, asam oksolinik, validamisin, atau oksitetrasiklin.
Dosis/konsentrasi sesuai pada kemasan. Sebagai pencegahan, dilakukan pengocoran menggunakan pestisida organik pada tanah setiap 1 bulan sekali, contoh wonderfat. Dosis/konsentrasi sesuai anjuran pada kemasan.

Busuk Phytopthora

Penyakit ini menyerang semua bagian tanaman pepaya. Pangkal batang terserang membusuk kemudian terkulai, serangan serius menyebabkan tanaman pepaya layu. Daun pepaya terserang seperti tersiram air panas, layu, menguning dan menggantung di sekitar batang sebelum akhirnya rontok. Akar lateral membusuk, membentuk massa spora berwarna coklat tua, lunak serta berbau tidak enak. Pada buah serangan dimulai dari tangkai buah pepaya, buah diselimuti miselium cendawan berwarna putih, akhirnya buah pepaya mengeriput berwarna hitam. Pengendaliannya dengan sanitasi kebun, membongkar tanaman pepaya terserang sampai ke akar-akarnya, serta memusnahkan buah pepaya terserang. Pengendalian kimiawi menggunakan fungisida sistemik, contoh bahan aktif yang bisa digunakan adalah metalaksil, propamokarb hidrokloroda, simoksanil atau dimetomorf dan fungisida kontak, contoh bahan aktif yang bisa digunakan adalah tembaga, mankozeb, propineb, ziram,  atau tiram. Dosis/konsentrasi sesuai anjuran pada kemasan.

Antraknosa

Serangan antraknosa pada buah pepaya muda berbentuk luka kecil ditandai adanya getah yang keluar dan mengental, pada buah pepaya menjelang masak ditandai bulatan-bulatan kecil berwarna gelap, saat buah pepaya mulai masak bulatan semakin membesar berlekuk berwarna cokelat tua, disini cendawan akan membentuk massa spora. Pengendaliannya dengan sanitasi kebun, serta memusnahkan buah pepaya terserang. Pengendalian kimiawi menggunakan fungisida sistemik, contoh bahan aktif yang bisa digunakan adalah benomil, metil tiofanat, karbendazim, difenokonazol, atau tebukonazol, dan fungisida kontak berbahan aktif klorotalonil, azoksistrobin, atau mankozeb. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk pada kemasan.

Virus

Gejala serangan virus umumnya ditandai dengan pertumbuhan tanaman pepaya mengerdil, daun mengeriting, terdapat bercak kuning kebasah-basahan dengan sisi daun bergaris-garis tidak teratur (mosaik). Penyakit virus sampai saat ini belum ditemukan penangkalnya. Penyakit virus ditularkan dari satu tanaman ke tanaman lain melalui vektor atau penular. Beberapa hama yang sangat berpotensi menjadi penular virus diantaranya adalah thrips, kutu daun, kutu kebul, dan tungau. Manusia dapat juga berperan sebagai penular virus, baik melalui alat-alat pertanian maupun tangan terutama pada saat pemangkasan. Beberapa upaya penanganan virus antara lain : membersihkan gulma (gulma berpotensi menjadi inang virus), mengendalikan hama/serangga penular virus, memusnahkan tanaman pepaya terserang virus, kebersihan alat dan memberi pemahaman kepada tenaga kerja agar tidak ceroboh saat melakukan penanganan terhadap tanaman pepaya.


Strategi Pengendalian Hama dan Penyakit Pada Tanaman Pepaya

Penyemprotan pestisida harus dilakukan berseling atau penggantian bahan aktif yang tertera di atas setiap melakukan penyemprotan, jangan menggunakan bahan aktif yang sama secara berturut-turut. Tanaman pepaya merupakan tanaman tahan terhadap serangan hama penyakit, sehingga penyemprotan dapat dilakukan 1 minggu sekali atau sesuai kebutuhan. Jadi penggunaan pestisida dapat dihemat.



sumber : 

PETUNJUK PRAKTIS BUDIDAYA PERTANIAN

Hama dan Penyakit Tanaman Melon


Ulat Tanah

Hama jenis ini menyerang tanaman pada malam hari, sedangkan pada siang harinya bersembunyi di dalam tanah atau di balik mulsa PHP. Ulat tanah menyerang batang tanaman yang masih muda dengan cara memotongnya, sehingga sering dinamakan juga ulat pemotong. Cara pengendaliannya adalah dengan pemberian insektisida berbahan aktif karbofuran sebanyak 1gram pada lubang tanam.

Ulat Grayak

Ulat grayak menyerang daun tanaman bersama-sama dalam jumlah yang sangat banyak, ulat ini biasanya menyerang di malam hari. Pengendalian yang dapat dilakukan adalah dengan penyemprotan insektisida berbahan aktif sipermetrin, deltametrin, profenofos, klorpirifos, metomil, kartophidroklorida, atau dimehipo dengan dosis sesuai petunjuk yang tertera pada kemasan.

Ulat Buah

Ulat menyerang terong dengan cara mengebor buah sambil memakannya. Buah yang terserang akhirnya berlubang. Pengendaliannya dengan cara penyemprotan insektisida berbahan aktif sipermetrin, deltametrin, profenofos, klorpirifos, metomil, kartophidroklorida, atau dimehipo dengan dosis sesuai petunjuk yang tertera pada kemasan.

Kutu Daun

Kutu daun mengisap cairan tanaman terutama pada daun yang masih muda, kotoran dari kutu ini berasa manis sehingga menggundang semut. Daun yang terserang mengalami klorosis(kuning), menggulung dan mengeriting, akhirnya tanaman menjadi kerdil. Pengendaliannya dengan penyemprotan insektisida berbahan aktif abamektin, imidakloprid, tiametoksam, asetamiprid, klorfenapir, sipermetrin, atau lamdasihalotrin dengan dosis sesuai petunjuk yang tertera pada kemasan.

Kutu Kebul

Hama ini berwarna putih, bersayap dan tubuhnya diselimuti serbuk putih seperti lilin. Kutu kebul menyerang dan menghisap cairan sel daun sehingga sel-sel dan jaringan daun rusak. Pengendalian hama ini dengan cara penyemprotan insektisida berbahan aktif abamektin, imidakloprid, asetamiprid, klorfenapir, sipermetrin, atau lamdasihalotrin dengan dosis sesuai petunjuk yang tertera pada kemasan.

Kumbang Kuning

Tanaman terong menjadi inang dari kumbang ini, kumbang berwarna kuning dengan seluruh tubuh diselimuti seperti duri. Pengendaliannya dengan cara penyemprotan insektisida berbahan aktif sipermetrin, deltametrin, profenofos, klorpirifos, metomil, kartophidroklorida, atau dimehipo dengan dosis sesuai petunjuk yang tertera pada kemasan.

Lalat Buah

Lalat buah menyerang buah terong dengan cara menyuntikkan telurnya ke dalam buah, kemudian telur berubah menjadi larva, telur-telur inilah yang akhirnya menggerogoti buah terong sehingga buah menjadi busuk. Pengendalian lalat buah dapat menggunakan perangkap lalat (sexpheromone), caranya : metil eugenol dimasukkan pada botol aqua yang diikatkan pada bambu dengan posisi horisontal, atau dapat pula menggunakan buah-buahan yang aromanya disukai lalat (misal nangka, timun) kemudian dicampur insektisida berbahan aktif metomil. Selain itu juga dapat dilakukan penyemprotanmenggunakan insektisida berbahan aktif sipermetrin, deltametrin, profenofos, klorpirifos, metomil, kartophidroklorida, atau dimehipo dengan dosis sesuai petunjuk yang tertera pada kemasan.

PENYAKIT TANAMAN TERONG

Rebah Semai

Rebah semai biasa menyerang tanaman terong pada fase pembibitan. Cara pengendaliannya dengan penyemprotan fungisida sistemik berbahan aktif propamokarb hidroklorida, simoksanil, kasugamisin, asam fosfit, atau dimetomorf dengan dosis ½ dari dosis terendah yang tertera pada kemasan.

Layu Bakteri

Penyakit ini sering menggagalkan tanaman, Serangannya disebabkan oleh bakteri. Upaya pengendalian yang dapat dilakukan antara lain dengan meningkatkan pH tanah, memusnahkan tanaman yang terserang, melakukan penggiliran tanaman serta penyemprotan kimiawi menggunakan bakterisida dari golongan antibiotik dengan bahan aktif kasugamisin, streptomisin sulfat, asam oksolinik, validamisin, atau oksitetrasiklin dengan dosis sesuai pada kemasan.

Layu Fusarium

Gejala yang ditimbulkan oleh layu fusarium hampir sama dengan layu bakteri, yang membedakan hanyalah penyebabnya. Layu fusarium disebabkan oleh serangan jamur. Upaya pengendalian yang dapat dilakukan antara lain dengan meningkatkan pH tanah, memusnahkan tanaman yang terserang, melakukan penggiliran tanaman serta penyemprotan kimiawi menggunakan fungisida berbahan aktif benomil, metalaksil atau propamokarb hidroklorida dengan dosis sesuai pada kemasan.

Busuk Phytopthora

Busuk phytopthora menyerang semua bagian tanaman. Batang yang terserang ditandai dengan bercak coklat kehitaman dan kebasah-basahan. Serangan serius menyebabkan tanaman layu. Daun terong yang terserang seperti tersiram air panas. Sedangan serangan pada buah ditandai dengan bercak kebasah-basahan yang menjadi coklat kehitaman dan lunak. Pengendalian secara kimiawi menggunakan fungisida sistemik, contoh bahan aktif  yang bisa digunakan adalah metalaksil, propamokarb hidroklorida, simoksanil, atau dimetomorf dan fungisida kontak berbahan aktif tembaga, mankozeb, propineb, ziram, atau tiram.

Bercak Daun

Penyakit ini disebabkan oleh serangan bakteri, berkembang pesat terutama pada musim hujan. Serangan ditandai dengan adanya bercak putih dan bersudut karena dibatasi tulang daun. Kemudian bercak berubah menjadi cokelat kelabu serta bagian bawah daun  mengeluarkan cairan, akhirnya daun mengering. Pengendaliannya menggunakan bakterisida dari golongan antibiotik dengan bahan aktif kasugamisin, streptomisin sulfat, asam oksolinik, validamisin, atau oksitetrasiklin, atau dari golongan anorganik seperti tembaga. Dosis sesuai pada kemasan.

Antraknosa

Antraknosa sering juga diistilahkan dengan nama patek. Penyakit ini menyerang semua bagian tanaman yang ditandai dengan adanya bercak agak bulat berwarna cokelat muda, lalu berubah menjadi cokelat tua sampai kehitaman. Semakin lama bercak melebar dan menyatu akhirnya daun mengering. Gejala lain adalah bercak bulat memanjang berwarna kuning atau cokelat. Buah yang terserang akan nampak bercak agak bulat dan berlekuk berwarna cokelat tua, disini cendawan akan membentuk massa spora berwarna merah jambu. Pengendalian secara kimiawi menggunakan fungisida sistemik, contoh bahan aktif yang bisa digunakan adalah benomil, metil tiofanat, karbendazim, difenokonazol, atau tebukonazol, dan fungisida kontak berbahan aktif klorotalonil, azoksistrobin, atau mankozeb.

Virus

Virus merupakan penyakit yang sangat berpotensi menimbulkan kegagalan terutama pada musim kemarau. Gejala serangan umumnya ditandai dengan pertumbuhan tanaman yang mengerdil, daun mengeriting dan terdapat bercak kuning kebasah-basahan. Penyakit virus sampai saat ini belum ditemukan penangkalnya. Penyakit ini ditularkan dari satu tanaman ke tanaman lain melalui vektor atau penular. Beberapa hama yang sangat berpotensi menjadi penular virus diantaranya adalah kutu kebul, kutu daun, thrips dan tungau. Manusia dapat juga berperan sebagai penular virus, baik melalui alat-alat pertanian maupun tangan terutama pada saat perempelan. Beberapa upaya penanganan virus antara lain : membersihkan gulma (karena gulma berpotensi menjadi inang virus), mengendalikan hama/serangga penular virus, memusnahkan tanaman yang sudah terserang virus, kebersihan alat dan memberi pemahaman kepada tenaga kerja agar tidak ceroboh saat melakukan penanganan terhadap tanaman.

STRATEGI PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN PADA BUDIDAYA TERONG

Penyemprotan pestisida harus dilakukan berseling atau penggantian bahan aktif yang tertera di atas setiap melakukan penyemprotan, jangan menggunakan bahan aktif yang sama secara berturut-turut. Tanaman terong merupakan tanaman yang tahan terhadap serangan hama penyakit, sehingga penyemprotan dapat dilakukan 1 minggu sekali atau sesuai kebutuhan. Jadi penggunaan pestisida dapat dihemat.


sumber : 

PETUNJUK PRAKTIS BUDIDAYA PERTANIAN

Hama dan Penyakit Tanaman Melon

Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman Melon

Hama Tanaman Melon


1.        Gangsir
Gangsir menyerang batang tanaman muda terutama pada tanaman yang baru saja pindah tanam. Serangannya dilakukan pada malam hari, dengan memotong batang tanaman tetapi tidak memakannya. Hama ini bersembunyi di dalam tanah dengan membuat liang pada tanah, keberadaan gangsing dapat dicirikan adanya onggokan tanah pada muka liang. Cara pengendaliannya adalah dengan pemberian insektisida berbahan aktif karbofuran sebanyak 1gram pada lubang tanam.

2.        Ulat Tanah
Hama jenis ini menyerang tanaman pada malam hari, sedangkan pada siang harinya bersembunyi di dalam tanah atau di balik mulsa PHP. Ulat tanah menyerang batang tanaman yang masih muda dengan cara memotongnya, sehingga sering dinamakan juga ulat pemotong. Cara pengendaliannya adalah dengan pemberian insektisida berbahan aktif karbofuran sebanyak 1gram pada lubang tanam.

3.        Ulat Grayak
Ulat grayak menyerang daun tanaman bersama-sama dalam jumlah yang sangat banyak, ulat ini biasanya menyerang di malam hari. Pengendalian yang dapat dilakukan adalah dengan penyemprotan insektisida berbahan aktifsipermetrin, deltametrin, profenofos, klorpirifos, metomil, kartophidroklorida, atau dimehipo dengan dosis sesuai petunjuk yang tertera pada kemasan.

4.        Ulat Jengkal
Gejala serangan ulat ini ditandai pada tepi daun muda terdapat bekas gigitan serangga yang makin lama makin makin ke tengah hingga tersisa tulang daunnya. Pengendalian yang dapat dilakukan adalah dengan penyemprotan insektisida berbahan aktif sipermetrin, deltametrin, profenofos, klorpirifos, metomil, kartophidroklorida, atau dimehipo dengan dosis sesuai petunjuk yang tertera pada kemasan.

5.        Thrips
Serangan thrips ditandai dengan adanya bercak-bercak keperakan pada daun tanaman yang terserang. Hama ini lebih suka mengisap cairan daun muda sehingga menyebabkan daun yang terserang mengeriting, akhirnya tanaman menjadi kerdil. Pengendaliannya dengan penyemprotan insektisida berbahan aktif abamektin, tiametoksam, imidakloprid, asetamiprid, klorfenapir, sipermetrin, atau lamdasihalotrin dengan dosis sesuai petunjuk yang tertera pada kemasan.

6.        Kutu Daun
Kutu daun mengisap cairan tanaman terutama pada daun yang masih muda, kotoran dari kutu ini berasa manis sehingga menggundang semut. Daun yang terserang mengalami klorosis(kuning), menggulung dan mengeriting, akhirnya tanaman menjadi kerdil. Pengendaliannya dengan penyemprotan insektisida berbahan aktif abamektin, tiametoksam, imidakloprid, asetamiprid, klorfenapir, sipermetrin, atau lamdasihalotrin dengan dosis sesuai petunjuk yang tertera pada kemasan.

7.        Kutu Kebul
Hama ini berwarna putih, bersayap dan tubuhnya diselimuti serbuk putih seperti lilin. Kutu kebul menyerang dan menghisap cairan sel daun sehingga sel-sel dan jaringan daun rusak. Pengendalian hama ini dengan cara penyemprotan insektisida berbahan aktif abamektin, tiametoksam, imidakloprid, asetamiprid, klorfenapir, sipermetrin, atau lamdasihalotrin dengan dosis sesuai petunjuk yang tertera pada kemasan.

8.        Tungau
Tungau bersembunyi di balik daun dan menghisap cairan daun. Daun yang terserang berwarna kecoklatan dan terpelintir, serta pada permukaan bawah daun terdapat benang-benang halus berwarna merah atau kuning. Pengendalian tungau dapat dilakukan dengan penyemprotan insektisida akarisida berbahan aktif  propargit, dikofol, tetradifon, piridaben, klofentezin, amitraz, abamektin, atau fenpropatrin dengan dosis sesuai petunjuk yang tertera pada kemasan.

9.        Kumbang Daun
Kumbang daun dinamakan juga oteng-oteng. Serangannya ditandai dengan adanya bekas gigitan serangga membentuk guratan-guratan konsentris pada daun. Selain merusak daun kumbang ini juga merusak bunga melon. Pengendaliannya dengan cara penyemprotan insektisida berbahan aktifsipermetrin, deltametrin, profenofos, klorpirifos, metomil, kartophidroklorida, atau dimehipo dengan dosis sesuai petunjuk yang tertera pada kemasan.

10.   Lalat Buah
Lalat betina dewasa menyerang buah melon dengan cara menyuntikkan telurnya ke dalam buah, kemudian telur berubah menjadi larva, telur-telur inilah yang akhirnya menggerogoti buah melon sehingga buah menjadi busuk. Pengendalian lalat buah dapat menggunakan perangkap lalat (sexpheromone), caranya : metil eugenol dimasukkan pada botol aqua yang diikatkan pada bambu dengan posisi horisontal, atau dapat pula menggunakan buah-buahan yang aromanya disukai lalat (misal nangka, timun) kemudian dicampur insektisida berbahan aktif metomil.  Selain itu juga dapat dilakukan penyemprotan menggunakan insektisida berbahan aktif sipermetrin, deltametrin, profenofos, klorpirifos, metomil, kartophidroklorida, atau dimehipo dengan dosis sesuai petunjuk yang tertera pada kemasan.

11.   Tikus
Tikus menyerang buah melon pada malam hari, pada siang hari biasanya hama ini bersembunyi dalam sarang. Cara pengendaliannya dapat dengan memberikan umpan yang telah dicampur rodentisida, campuran ini ditaruh di depan lubang tikus yang masih aktif, ditandai dengan adanya sisa-sisa makanan baru pada lubang atau terlihat bekas dilalui tikus.  Selain itu bisa juga dengan cara,  pada lubang sarang aktif diberi kabit, dan disiram dengan air kemudian lubang ditutup dengan tanah agar gas yang ditimbulkan oleh karbit tidak keluar.

12.   Nematoda
Serangan nematoda ditandai adanya bintil-bintil pada akar. Nematoda merupakan cacing tanah yang berukuran sangat kecil, hama ini merupakan cacing parasit yang menyerang bagian akar tanaman. Bekas gigitan cacing inilah yang akhirnya menyebabkan serangan sekunder, seperti layu bakteri, layu fusarium, busuk phytopthora atau cendawan lain penyerang akar. Cara pengendalian nematoda adalah dengan pemberian insektisida berbahan aktif karbofuran sebanyak 1gram pada lubang tanam.

Penyakit Tanaman Melon


1.        Rebah Semai
Rebah semai biasa menyerang tanaman melon pada fase pembibitan. Cara pengendaliannya dengan penyemprotan fungisida sistemik berbahan aktifpropamokarb hidroklorida, simoksanil, kasugamisin, asam fosfit, atau dimetomorf dengan dosis ½ dari dosis terendah yang tertera pada kemasan.

2.        Layu Bakteri
Penyakit ini sering menggagalkan tanaman, Serangannya disebabkan oleh bakteri. Upaya pengendalian yang dapat dilakukan antara lain dengan meningkatkan pH tanah, memusnahkan tanaman yang terserang, melakukan penggiliran tanaman serta penyemprotan secara kimiawi menggunakan bakterisida dari golongan antibiotik dengan bahan aktif kasugamisin, streptomisin sulfat, asam oksolinik, validamisin, atau oksitetrasiklin dengan dosis sesuai pada kemasan. Sebagai pencegahan, secara biologi dapat diberikan trichoderma pada saat persiapan lahan, pada umur 20hst dan 35 hst dilakukan pengocoran dengan pestisida organik pada tanah, contoh super glio, wonderfat. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk pada kemasan.

3.        Layu Fusarium
Gejala yang ditimbulkan oleh layu fusarium hampir sama dengan  layu bakteri, yang membedakan hanyalah penyebabnya. Layu fusarium disebabkan oleh serangan jamur. Upaya pengendalian yang dapat dilakukan antara lain dengan meningkatkan pH tanah, memusnahkan tanaman yang terserang, melakukan penggiliran tanaman serta penyemprotan secara kimiawi menggunakan fungisida berbahan aktif benomil, metalaksil atau propamokarb hidroklorida dengan dosis sesuai pada kemasan. Sebagai pencegahan, secara biologi dapat diberikan trichoderma pada saat persiapan lahan, pada umur 20hst dan 35 hst dilakukan pengocoran dengan pestisida organik pada tanah, contoh super glio, wonderfat. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk pada kemasan.

4.        Busuk Phytopthora
Penyakit ini menyerang semua bagian tanaman. Batang yang terserang ditandai dengan bercak coklat kehitaman dan kebasah-basahan. Serangan serius menyebabkan tanaman layu. Daun melon yang terserang seperti tersiram air panas. Buah yang terserang ditandai dengan bercak kebasah-basahan yang menjadi coklat kehitaman dan lunak. Pengendalian secara kimiawi menggunakan fungisida sistemik, contoh bahan aktif yang bisa digunakan adalah metalaksil, propamokarb hidrokloroda, simoksanil atau dimetomorf dan fungisida kontak, contoh bahan aktif yang bisa digunakan adalah tembaga, mankozeb, propineb, ziram,  atau tiram.

5.        Gummy Stem Blight
Penyakit ini bermula dari bagian bawah batang tanaman yang nampak seperti tercelup minyak, selanjutnya mengeluarkan cairan berwarna merah cokelat dan akhirnya tanaman mati. Daun yang terserang ditandai dengan bercak bundar melekuk ke dalam berwarna cokelat kehitaman lama kelamaan daun akan mengering. Pengendalian secara kimiawi menggunakan fungisida sistemik, contoh bahan aktif yang bisa digunakan adalah benomil, metil tiofanat, karbendazim, tridemorf, difenokonazol, atau tebukonazol dan fungisida kontak berbahan aktif klorotalonil, azoksistrobin, atau mankozeb.

6.        Powdery Mildew
Gejala diawali dengan bercak bulat kecil berwarna keputihan pada permukaan bagian bawah daun. Kemudian bercak akan menyatu dan berkembang ke permukaan daun bagian atas sehingga daun seperti diselimuti tepung. Pengendalian secara kimiawi menggunakan fungisida sistemik, contoh bahan aktif yang bisa digunakan adalah benomil, metil tiofanat, karbendazim, difenokonazol, atau tebukonazol, dan fungisida kontak berbahan aktif klorotalonil, azoksistrobin, atau mankozeb.

7.        Downy Midew
Terdapat bercak berwana kuning muda pada permukaan daun yang dibatasi oleh tulang daun, sedangkan pada permukaan bagian bawahnya  terdapat massa spora yang berwarna kehitaman. Pada serangan yang parah terjadi pembusukan tulang daun yang akhirnya menyebabkan tanaman mati. Pengendalian secara kimiawi menggunakan fungisida sistemik, contoh bahan aktif yang bisa digunakan adalah benomil, metil tiofanat, karbendazim, difenokonazol, atau tebukonazol, dan fungisida kontak berbahan aktif klorotalonil, azoksistrobin, atau mankozeb.

8.        Antraknosa
Antraknosa sering juga diistilahkan dengan nama patek. Penyakit ini menyerang semua bagian tanaman yang ditandai dengan adanya bercak agak bulat berwarna cokelat muda, lalu berubah menjadi cokelat tua sampai kehitaman. Semakin lama bercak melebar dan menyatu akhirnya daun mengering. Gejala lain adalah bercak bulat memanjang berwarna kuning atau cokelat. Buah yang terserang akan nampak bercak agak bulat dan berlekuk berwarna cokelat tua, disini cendawan akan membentuk massa spora berwarna merah jambu. Pengendalian secara kimiawi menggunakan fungisida sistemik, contoh bahan aktif yang bisa digunakan adalah benomil, metil tiofanat, karbendazim, difenokonazol, atau tebukonazol, dan fungisida kontak berbahan aktif klorotalonil, azoksistrobin, atau mankozeb.

9.        Kudis (scab)
Serangan pada buah muda akan tampak bercak berwarna hijau-cokelatan melekuk ke dalam, bagian pinggirnya mengeluarkan cairan yang akan mengering seperti karet. Pada buah tua serangan penyakit ini akan membentuk kudis bergabus yang berwarna cokelat, tetapi proses pematangan buah tidak mengalami hambatan. Namun setelah dipanen, cendawan akan aktif dan buah mudah membusuk. Pada daun yang terserang akan terlihat bercak cokelat kebasah-basahan dan mengeluarkan lendir. Pengendalian secara kimiawi menggunakan fungisida sistemik, contoh bahan aktif yang bisa digunakan adalah metalaksil, propamokarb hidrokloroda, simoksanil, atau dimetomorf dan fungisida kontak berbahan aktif tembaga, mankozeb, propineb, ziram, atau tiram.

10.   Bercak Daun
Penyakit ini disebabkan oleh serangan bakteri, berkembang pesat terutama pada musim hujan. Serangan ditandai dengan adanya bercak putih dan bersudut karena dibatasi tulang daun. Kemudian bercak berubah menjadi cokelat kelabu serta bagian bawah daun mengeluarkan cairan, akhirnya daun mengering. Pengendaliannya menggunakan bakterisida dari golongan antibiotik dengan bahan aktif kasugamisin, streptomisin sulfat, asam oksolinik, validamisin, atau oksitetrasiklin, atau dari golongan anorganik seperti tembaga. Dosis sesuai pada kemasan.

11.   Virus
Virus merupakan penyakit yang sangat berpotensi menimbulkan kegagalan terutama pada musim kemarau. Gejala serangan umumnya ditandai dengan pertumbuhan tanaman yang mengerdil, daun mengeriting dan terdapat bercak kuning kebasah-basahan. Penyakit virus sampai saat ini belum ditemukan penangkalnya. Penyakit ini ditularkan dari satu tanaman ke tanaman lain melalui vektor atau penular. Beberapa hama yang sangat berpotensi menjadi penular virus diantaranya adalah thrips, kutu daun, kutu kebul, dan tungau. Manusia dapat juga berperan sebagai penular virus, baik melalui alat-alat pertanian maupun tangan terutama pada saat pemangkasan. Beberapa upaya penanganannya virus antara lain : membersihkan gulma (karena gulma berpotensi menjadi inang virus), mengendalikan hama/serangga penular virus, memusnahkan tanaman yang  sudah terserang virus, kebersihan alat dan memberi pemahaman kepada tenaga kerja agar tidak ceroboh saat melakukan penanganan terhadap tanaman.

Strategi Pengendalian Hama dan Penyakit Pada Budidaya Melon :


-      Pengendalian hama gangsir, ulat tanah dan nematoda dilakukan secara bersamaan cukup satu kali pemberian insektisida, yaitu 1gram per lubang tanam.
-     Pengendalian hama ulat grayak, ulat jengkal, thrips, kutu daun, kutu kebul, tungau, kumbang daun dan lalat buah dan penyakit menggunakan pestisida harus dilakukan berseling atau penggantian bahan aktif yang tertera di atas setiap melakukan penyemprotan (jangan menggunakan bahan aktif yang sama secara berturut-turut).


sumber : 

PETUNJUK PRAKTIS BUDIDAYA PERTANIAN

Hama dan Penyakit Tanaman Jeruk


1) Kutu loncat (Diaphorina citri.)
Bagian yang diserang adalah tangkai, kuncup daun, tunas, daun muda. Gejala:
Tunas keriting, tanaman mati.

Pengendalian
:
Penyemprotan dengan menggunakan insektisida berbahan aktif dimethoate, monocrotophos, imidakloprid, abamektin, atau endosulfan. Buang bagian tanaman yang terserang.

2) Kutu daun (Toxoptera citridus aurantii, Aphis gossypii.)
Bagian yang diserang adalah tunas muda dan bunga.

Gejala
:
Daun menggulung dan membekas sampai daun dewasa.

Pengendalian
:
Penyemprotan dengan menggunakan insektisida berbahan aktif methidathion, dimethoate, diazinon, phosphamidon, malathion, atau imidakloprid

3) Ulat peliang daun (Phyllocnistis citrella.)
Bagian yang diserang adalah daun muda.

Gejala
:
Alur melingkar transparan atau keperakan, tunas/daun muda mengkerut, menggulung, rontok.

Pengendalian
:
Penyemprotan dengan menggunakan insektisida berbahan aktif methidathion, malathion, diazinon, profenofos, sipermetrin, betasiflutrin, atau klorpirifos. Kemudian daun dipetik dan dibenamkan dalam tanah.

4) Tungau (Tenuipalsus sp. Eriophyes sheldoni Tetranychus sp)
Bagian yang diserang adalah tangkai, daun dan buah.

Gejala
:
Bercak keperakperakan atau coklat pada buah dan bercak kuning atau coklat pada daun.

Pengendalian
:
Penyemprotan dengan menggunakan insektisida/akarisida berbahan aktif, cyhexation, dicofol, oxythioquimox, dicarbam, atau abamektin.

5) Penggerek buah (Citripestis sagittiferella.)
Bagian yang diserang adalah buah.

Gejala
:
Lubang yang mengeluarkan getah.

Pengendalian
:
Penyemprotan dengan menggunakan insektisida berbahan aktif methomyl, methidathion, fipronil, atau deltametrin. Buah yang terserang dipetik dan dimusnahkan.

6) Kutu penghisap daun (Helopeltis antonii.)

Gejala
:
Bercak coklat kehitaman dengan pusat berwarna lebih terang pada tunas dan buah muda, bercak disertai keluarnya cairan buah yang menjadi nekrosis.

Pengendalian
:
Penyemprotan dengan menggunakan insektisida berbahan aktif fenitrotionmothion, fenithion, metamidofos, methomil, atau imidakloprid.

7) Ulat penggerek bunga dan puru buah (Prays sp.)
Bagian yang diserang adalah kuncup bunga jeruk manis atau jeruk bes. Gejala:
Bekas lubang-lubang bergaris tengah 0,3-0,5 cm, bunga mudah rontok, buah muda gugur sebelum tua.

Pengendalian:
Penyemprotan dengan menggunakan insektisida berbahan aktif methomyl, methidathion, profenofos, atau sipermetrin. Kemudian buang bagian yang diserang.

8) Thrips (Scirtotfrips citri.)
Bagian yang diserang adalah tangkai dan daun muda.

Gejala
:
Helai daun menebal, tepi daun menggulung ke atas, daun di ujung tunas menjadi hitam, kering dan gugur, bekas luka berwarna coklat keabu-abuan kadang-kadang disertai nekrotis.

Pengendalian
:
Menjaga agar tajuk tanaman tidak terlalu rapat dan sinar matahari masuk ke bagian tajuk, hindari memakai mulsa jerami. Penyemprotan dengan menggunakan insektisida berbahan aktif difocol, propargite, abamektin, asetamiprid, atau imidakloprid.

9) Kutu dompolon (Planococcus citri.)
Bagian yang diserang adalah tangkai buah.

Gejala:
Berkas berwarna kuning, mengering dan buah gugur.

Pengendalian
:
Penyemprotan dengan menggunakan insektisda berbahan aktif methomyl, triazophos, carbaryl, atau methidathion. Kemudian cegah datangnya semut yang dapat memindahkan kutu.

10) Lalat buah (Dacus sp.)
Bagian yang diserang adalah buah yang hampir masak.

Gejala
:
Lubang kecil di bagian tengah, buah gugur, belatung kecil di bagian dalam buah.
Pengendalian:
Pemasangan alat perangkap sexpheromone menggunakan Methyl-Eugenol atau protein Hydrolisate. Penyemprotan dengan menggunakan insektisida berbahan aktif fenthion, dimethoathe, atau klorfenapir.

11) Kutu sisik (Lepidosaphes beckii Unaspis citri.)
Bagian yang diserang daun, buah dan tangkai.

Gejala
:
Daun berwarna kuning, bercak khlorotis dan gugur daun. Pada gejala serangan berat terlihat ranting dan cabang kering dan kulit retak buah gugur.

Pengendalian
:
Penyemprotan dengan menggunakan insektisida berbahan aktif diazinon, phosphamidon, dichlorophos, atau methidhation.

12) Kumbang belalai (Maeuterpes dentipes.)
Bagian yang diserang adalah daun tua pada ranting atau dahan bagian bawah.

Gejala
:
Daun gugur, ranting muda kadang-kadang mati.

Pengendalian
:
Sanitasi kebun, kurangi kelembaban perakaran. Kemudian gunakan insektisida carbaryl, atau diazinon.

Penyakit Tanaman Jeruk


1) CVPD
Penyebab:
Bacterium like organism dengan vektor kutu loncat Diaphorina citri. Bagian yang diserang: silinder pusat (phloem) batang.

Gejala
:
Daun sempit, kecil, lancip, buah kecil, asam, biji rusak dan pangkal buah oranye.
Pengendalian:
Gunakan tanaman sehat dan bebas CVPD. Selain itu penempatan lokasi kebun minimal 5 km dari kebun jeruk yang terserang CVPD. Gunakan insektisida untuk mengendalikan serangga vektor dan sanitasi kebun yang baik.

2) Tristeza
Penyebab:
Virus Citrus tristeza dengan vektor Toxoptera. Bagian yang diserang jeruk manis, nipis, besar dan batang bawah jeruk Japanese citroen.

Gejala
:
Lekuk batang , daun kaku pemucatan, vena daun, pertumbuhan terhambat.
Pengendalian:
Sanitasi kebun, memusnahkan tanaman yang terserang, kemudian kendalikan serangga vektor.

3) Woody gall (Vein Enation)
Penyebab:
Virus Citrus Vein Enation dengan vektor Toxoptera citridus, Aphis gossypii. Bagian yang diserang: Jeruk nipis, manis, siem, Rough lemon dan Sour Orange.

Gejala
:
Tonjolan tidak teratur yang tersebar pada tulang daun di permukaan daun.
Pengendalian:
Gunaan mata tempel bebas virus dan sanitasi areal pertanaman, pengendalian serangga vektor.

4) Blendok
Penyebab:
Fungi Diplodia natalensis. Bagian yang diserang adalah batang atau
cabang.

Gejala
:
Kulit ketiak cabang menghasilkan gom yang menarik perhatian kumbang, warna kayu jadi keabu-abuan, kulit kering dan mengelupas.
Pengendalian:
Pemotongan cabang terinfeksi, bekas potongan diberi karbolineum atau fungisida Cu. dan fungisida Benomyl 2 kali dalam setahun.

5) Embun tepung
Penyebab:
Fungi Odidium tingitanium. Bagian yang diserang adalah daun dan
tangkai muda.

Gejala
:
Tepung berwarna putih di daun dan tangkai muda.
Pengendalian:
Penyemprotan dengan menggunakan fungisida berbahan aktif pyrazophos, bupirimate, atau metil-tiofanat.

6) Kudis
Penyebab:
Fungi Sphaceloma fawcetti. Bagian yang diserang adalah daun, tangkai atau buah.

Gejala
:
Bercak kecil jernih yang berubah menjadi gabus berwarna kuning atau oranye.
Pengendalian:
Pemangkasan teratur. Penyemprotan dengan menggunakan fungisida berbahan aktif makozeb, propineb, Benomyl atau simoksanil.

7) Busuk buah
Penyebab:
Penicillium spp. Phytophtora citriphora, Botryodiplodia theobromae. Bagian yang diserang adalah buah.

Gejala
:
Terdapat tepung-tepung padat berwarna hijau kebiruan pada permukaan kulit.
Pengendalian:
Hindari kerusakan mekanis, celupkan buah ke dalam air panas atau fungisida berbahan aktif propamokarb hidroklorida, pelilinan buah dan pemangkasan bagian bawah pohon.

8) Busuk akar dan pangkal batang
Penyebab:
Phyrophthoranicotianae. Bagian yang diserang adalah akar dan pangkal batang serta daun di bagian ujung dahan berwarna kuning.

Gejala
:
Tunas tidak segar, tanaman kering.
Pengendalian:
Pengolahan dan pengairan yang baik, sterilisasi tanah pada waktu  penanaman, buat tinggi tempelan minimum 20 cm dari permukaan tanah. Penyemprotan dengan fungisida berbahan aktif simoksanil, propamokarb hidroklorida, famoksadon atau metalaksil.

9) Buah gugur prematur
Penyebab:
Fusarium sp. Colletotrichum sp. Alternaria sp. Bagian yang diserang: buah dan bunga

Gejala
:
2 – 4 minggu sebelum panen buah gugur.
Pengendalian:
Penyemprotan dengan fungisida berbahan aktif benomyl, metiltiofanat, karbendazim, atau klorotalonil.

10) Jamur upas
Penyebab:
Upasia salmonicolor. Bagian yang diserang adalah batang.

Gejala
:
Retakan melintang pada batang dan keluarnya gom, batang kering dan sulit dikelupas.
Pengendalian:
Kulit yang terinfeksi dikelupas dan disaput fungisida carbolineum. Kemudian potong cabang yang terinfeksi.

11) Kanker
Penyebab:
Bakteri Xanthomonas campestris Cv. Citri. Bagian yang diserang adalah daun, tangkai, buah.

Gejala
:
Bercak kecil berwarna hijau-gelap atau kuning di sepanjang tepi, luka membesar dan tampak seperti gabus pecah dengan diameter 3-5 mm. Pengendalian:

Penyemprotan dengan fungisida berbahan aktif tembaga. Selain itu untuk mencegah serangan ulat peliang daun adalah dengan mencelupkan mata tempel ke dalam 1.000 ppm Streptomycin selama 1 jam.


sumber : 

PETUNJUK PRAKTIS BUDIDAYA PERTANIAN

Label