Tampilkan postingan dengan label beternak Puyuh. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label beternak Puyuh. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 03 Mei 2014

Penelitian Beternak Puyuh Secara Ekonomis?

Menggiurkankah berternak puyuh untuk menghasilkan telur puyuh?
Sederhananya, mari kita hitung dengan cara sederhana pula.
  1. Puyuh siap bertelur (Pullet) akan menghasilkan telur antara 200-300 per tahun atau 54% – 82% per tahun.  Jika pemeliharaan baik, bisa dicapai 300 butir per tahun, jika seadanya hanya sekitar 55% saja.  Ambil angka moderat : 70%  atau 250 butir per tahun.
  2. Kebutuhan pakan Standar 20-24 gram per hati.  Ambil tengahnya : 22 gram per hari.  Harga pabrik per 1 Juni 2013 Rp 270.000,- per karung (50 kg) atau Rp 5400 per Kg, atau kebutuhan pakan puyuh = 22/1000 x Rp 5400,- = Rp 119,- (bulatkan Jadi Rp 120,-).
  3. Dalam setahun butuh pakan 120 x 365 hari = Rp 43.800,-
  4. Harga telur Rp 20.000,- Per Kg (rata-rata 100  butir) atau Rp 200 per butir (harga di tingkat peternak). Dalam satu tahun 250 butir kali Rp 200 = Rp 45000.-
  5. Jadi keuntungan kotor “moderat” yang bisa diraih dalam satu tahun adalah Rp 45 ribu – Rp 43.800,- = Rp 1.200.  Kalau harga telur puyuh per kilo 25000 atau Rp 250 per butir, maka keuntungan menjadi Rp  62.500 – Rp 43.800,-  = Rp 18.700 per puyuh per tahun.  Ini tentu cukup baik (tapi ini tidak terjadi).
Asumsikan :
Jika bisa bertelur 100% atau setahun 365 butir, maka keuntungan kotor menjadi Rp 73 ribu – 43.800,- = Rp 29.200 (menggiurkan, tapi tidak mungkin).
Jika bisa bertelur 90% atau setahun 328 butir, maka keuntungan kotor Rp 65000  Rp 43.800,- = Rp  21.800,-.
Jika bisa bertelur 80% atau setahun 292 butir, maka keuntungan kotor menjadi Rp 54.000, – Rp 43. 8 ribu = Rp 14.600,-
JIka bisa bertelur 70%, harga telur Rp 20 ribu per Kg (harga rata-rata di tingkat peternak per 1 Juni 2013), tidak ada telur yang pecah, retak, atau sebab lainnya, maka keuntungan beternak puyuh hanya Rp 1200,- per tahun dari seekor puyuh yang hidup sehat selama setahun.
Kalau harga pullet (puyuh siap telur Rp 9000,- per ekor maka modal akan dikembalikan dari keuntungan, maka Rp 9000/1200,- tahun atau baru kembali setelah beberapa tahun?.  Jelas ini juga tidak mungkin, karena umur puyuh hanya sekitar satu setengah tahun.
Jadi, jika ini kondisinya, bersiap-siaplah untuk rugi selama-lamanya. Beternak telur puyuh untuk menjual telurnya dapat disimpulkan tidak akan memberikan keuntungan apa-apa.  Dengan kata lain, bersiaplah untuk bangkrut !.
Ini tidak dibahas soal tenaga kerja, listrik, biaya kandang, biaya obat-obatan dan lain-lain.  Kalau harga telur puyuh naik , misal menjadi Rp 25 ribu/Kg di tingkat peternak, maka potensi keuntungan akan cukup menggiurkan.
Kalau berhasil dalam satu tahun bisa menghasilkan 80%, harga stabil, dan tidak ada kenaikan harga pakan, maka usaha puyuh cukup menjanjikan.  Jika punya 1000 dan tidak ada yang mati satupun dengan keproduktifan 80%, maka akan meraih keuntungan 14,6 juta, atau Rp 1,1 juta per bulan.  Namun, fakta bisa 80% dalam satu tahun (12 bulan), sepanjang pengenalan saya sampai saat ini belum ada.  Kalau dalam beberapa bulan (4-6 bulan) pada produktifitas 80% sih cukup banyak.  Itu pun masih diasumsikan, puyuh tidak ada stress, tidak ada perubahan signifikan pada cuaca dan aspek-aspek lain yang menganggu kestabilan peternakan.
Jadi bagaimana bisa untung?.
  1. Bisa menjual bibit puyuh dan puyuh siap telur dengan harga Rp 9000 – Rp 10.000,- maka akan menguntungkan, karena potensi los dari puyuh telah diserahkan kepada peternak pembeli yang akan sibuk berkutat dengan persoalan pakan dan pemeliharaan puyuh.  Potensi keuntungan telah diambil terlebih dahulu.  Hal yang sama dengan menjual DOQ (bibit puyuh).  Namun, ini pendekatan yang berbeda dengan berusaha untuk menjual telur puyuh hasil peternakan.  Seperti pada komentar di PuyuhJaya.
  2. Bisa menekan pembelian pakan dari Rp 5400,- (Pakan Pabrik) dengan pakan campuran atau murni buatan sendiri, sehingga harganya bisa mencapai Rp 4000,-/Kg atau lebih rendah lagi.  Tanpa usaha serius di sini, biarpun bertelur 80%, maka hasilnya bisa-bisa gigit jari.  Potensi untuk merugi karena fluktuasi harga pakan pabrik yang cukup tinggi akan menguras kantorng peternak.  Jika ini berhasil dilakukan, maka andaipun hasil telur puyuh hanya 51%, maka meskipun tidak bisa mengembalikan investasi, tetap yang sudah roda produksi puyuh setiap hari bisa bertahan hidup.  Jika bisa mempertahankan produksi 70% bertelur, maka investasi akan kembali kurang lebih dalam 6 bulan (biaya untuk pullet), dan masih mengharapkan laba usaha dari penjualan telur.  Gejolak harga telur dan pakan yang mencekik juga bisa dikendalikan.  Potensi untuk menghasilkan untung terbuka.
  3. Jika merujuk pada analisis Puyuh Jaya  yang menghasilkan keuntungan lumayan (sebesar hampir 6 Juta, selama 44 minggu atau kurang lebih 11 bulan — anggap saja satu tahun) atau Rp 500 ribu per bulan, dengan mengabaikan berbagai varian operasional, seperti listrik, tenaga kerja, beban lain-lain).  Jika anggap saja dihitung satu tahun, maka keuntungan beternak puyuh dari 2000 ekor menjadi Rp 6 Juta/2000 = Rp 3000,- Atau dengan kata lain, seekor puyuh memberikan keuntungan Rp 3000 selama satu tahun atau sehari memberikan keuntungan Rp 8,2 (delapan koma 2 rupiah) saja.!.  Menggiurkankah?.  HItungan ini belum ditambahkan puyuh apkir yang nilainya sebesar Rp 3,2 jutaan.   Keuntungan ril dari apkir adalah kombinasi keputusan terhadap waktu apkir, biaya pakan, dan produktifitas.  Telat satu hari mengapkir, beban biaya pakan tentu bertambah.
Analisis dari Puyuh Jaya.
Saya tidak menjumpai kesalahan fatal dari model hitungan yang diberikan.  Sah-sah saja.  Bahkan, dengan tingkat kematian 10 ekor per minggu, menurut saya terlalu tinggi.  Apa benar demikian?.  Karena perhitungan kematian yang tinggi (hampir 25% dalam satu tahun), maka dikompensasikan dengan jumlah telur yang standarnya cukup signifikan.  Misal, dari minggu ke 3 (Puyuh usia 45 hari) sudah bertelur 30%, minggu berikutnya sudah 80% (setiap hari 80%), dan seminggu berikutnya 83% sampai minggu ke 8.
Kesimpulan akhirnya, dari model yang ditawarkan adalah seekor puyuh dari kemitraan itu memberikan laba kotor sebesar 8 rupiah per hari.  Selama periode perhitungan, telah dihasilkan sebanyak 400.672 butir.  Dengan asumsi semua telur utuh, tidak ada yang pecah, retak, tidak ada biaya pengepakan dan lain-lain telah memberikan keuntungan 6 juta atau 6 juta dibagi jumlah telur = Rp 15 ,-
Jadi setiap butir seharga Rp 175 menghasilkan profit sebesar Rp 15,- atau 9%.  Untuk keuntungan 9% tidak terlalu jelek (karena dihitung harian).  Namun, untuk penjualan eceran dengan harga 175, untung kotor Rp 15,- bukanlah angka yang menarik jika dibandingkan dengan biaya operasional dan waktu yang harus dicurahkan.  Tidak menarik karena masih banyak bisnis eceran lain yang memiliki profit lebih baik dari pada beternak puyuh.
Jadi,  masihkah keuntungan beternak puyuh menggiurkan?.
Bagaimana jika terjadi kenaikan harga pakan?, jatuhnya harga telur puyuh yang memang pada periode-periode tertentu harga tidak terlalu baik.
Masihkah Berminat Beternak Puyuh?.
Ya, mengapa tidak.
  1. Harga umum untuk pullet (puyuh siap telur) berkisar antara 9000 -11000 rupiah.  Artinya investasi untuk pullet sebanyak 1000 ekor akan sebesar 9 -11 juta rupiah.  Jika merujuk ke analisis Puyuh Jaya, biaya perbesaran Rp 7 juta per 2000 ekor (atau Rp 3500 per ekor) pada hitungan Juli 2011.  Harga pullet saat 2011 saya tidak tahu, tapi asumsikan sekitar Rp 7000.-.  Jadi, jika peternak baru membeli pullet dengan harga saat ini 9000, dan ditarik ke belakang, sebesar ke asumsi puyuh jaya, maka untuk 2000 ekor dibutuhkan Rp 14 juta.  Ini artinya, usaha beternak puyuh petelur dengan membeli puyuh siap telur adalah BUNUH DIRI.  Mengapa?, karena semua potensi keuntungan telah diambil oleh penjual pullet.  Selama setahun untung kotor 6 juta, beli pullet Rp 14 Juta (Rp 7000 per ekor).  Jika variabel ini ditarik ke tahun 2013, hasilnya akan sama juga.
  2. Dari asumsi di atas (dan telah penulis rasakan sendiri), maka keputusan yang diambil adalah.  Belilah DOQ (bibit puyuh umur sehari – seminggu), lalu urus sendiri sehingga potensi keuntungan masa depan, tidak tergadaikan karena membeli pullet.
  3. Akan lebih baik, jika menetaskan sendiri.  Dengan harga telur sekitar Rp 200,- (karena potensi jantan dan betina 50%-50%), maka kali dua menjadi Rp 400,- lalu beli mesin tetas sendiri, maka biaya investasi awal akan lebih hemat.
  4. Pelajari dan manfaatkan pakan pabrik dan sumber pakan lain untuk mensubstitusi yang berasal dari lingkungan sekitar.  Tanpa pengetahuan dan kemampuan untuk menekan biaya pakan pada angka yang signifikan, bisa dipastikan bahwa awal beternak puyuh akan berjalan di tempat.  Biaya terbesar ternak puyuh (dan juga unggas lainnya) ada 5, yaitu 1. Pakan, 2. Pakan, 3. Pakan, 4. Harga Pullet yang melambung (keuntungan penjual bisa 100% dalam satu bulan), 5. Resiko penyakit unggas.
Jadi masih tergiur beternak puyuh?.
he…he…he… apapun, kita harus optimis.  Kalau memang masalahnya bisa dipelajari, tentu solusinyapun ada…..

Sumber:http://limbahdanternak.wordpress.com/2013/06/02/seberapa-minggiurkankah-beternak-puyuh/

Beternak Burung Puyuh

Berikut ini adalah serba-serbi budidaya burung puyuh dimulai dengan sejarah singkat burung puyuh, sentra  budidaya burung puyuh, jenis-jenis burung puyuh, manfaat burung puyuh, persyaratan lokasi budidaya burung puyuh,  pedoman teknis budidaya burung puyuh, hama dan penyakit burung puyuh dan lain-lain.

1. SEJARAH SINGKAT
Puyuh merupakan jenis burung yang tidak dapat terbang, ukuran tubuh relatif kecil, berkaki pendek dan dapat diadu. Burung puyuh disebut juga Gemak (Bhs. Jawa-Indonesia). Bahasa asingnya disebut “Quail”, merupakan bangsa burung (liar) yang pertama kali diternakan di Amerika Serikat, tahun 1870. Dan terus dikembangkan ke penjuru dunia. Sedangkan di Indonesia puyuh mulai dikenal, dan diternak semenjak akhir tahun 1979. Kini mulai bermunculan di kandang-kandang ternak yang ada di Indonesia.
2. SENTRA PERIKANAN
Sentra Peternakan burung puyuh banyak terdapat di Sumatera, Jawa Barat, Jawa Timur dan Jawa Tengah
3. JENIS
Kelas : Aves (Bangsa Burung)
Ordo : Galiformes
Sub Ordo : Phasianoidae
Famili : Phasianidae
Sub Famili : Phasianinae
Genus : Coturnix
Species : Coturnix-coturnix Japonica
4. MANFAAT
  1. Telur dan dagingnya mempunyai nilai gizi dan rasa yang lezat
  2. Bulunya sebagai bahan aneka kerajinan atau perabot rumah tangga lainnya
  3. Kotorannya sebagai pupuk kandang ataupun kompos yang baik dapat digunakan sebagai pupuk tanaman
5. PERSYARATAN LOKASI
  1. Lokasi jauh dari keramaian dan pemukiman penduduk
  2. Lokasi mempunyai strategi transportasi, terutama jalur sapronak dan jalur-jalur pemasaran
  3. Lokasi terpilih bebas dari wabah penyakit
  4. Bukan merupakan daerah sering banjir
  5. Merupakan daerah yang selalu mendapatkan sirkulasi udara yang baik.
6. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
  1. Penyiapan Sarana dan Peralatan
    1. Perkandangan
      Dalam sistem perkandangan yang perlu diperhatikan adalah temperatur kandang yang ideal atau normal berkisar 20-25 derajat C; kelembaban kandang berkisar 30-80%; penerangan kandang pada siang hari cukup 25-40 watt, sedangkan malam hari 40-60 watt (hal ini berlaku untuk cuaca mendung/musim hujan). Tata letak kandang sebaiknya diatur agar sinar matahari pagi dapat masuk kedalam kandang. Model kandang puyuh ada 2 (dua) macam yang biasa diterapkan yaitu sistem litter (lantai sekam) dan sistem sangkar (batere). Ukuran kandang untuk 1 m 2 dapat diisi 90-100 ekor anak puyuh, selanjuntnya menjadi 60 ekor untuk umur 10 hari sampai lepas masa anakan. Terakhir menjadi 40 ekor/m 2 sampai masa bertelur. Adapun kandang yang biasa digunakan dalam budidaya burung puyuh adalah:
      1. Kandang untuk induk pembibitan
        Kandang ini berpegaruh langsung terhadap produktifitas dan kemampuan mneghasilkan telur yang berkualitas. Besar atau ukuran kandang yang akan digunakan harus sesuai dengan jumlah puyuh yang akan dipelihara. Idealnya satu ekor puyuh dewasamembutuhkan luas kandang 200 m2.
      2. Kandang untuk induk petelur
        Kandang ini berfungsi sebagai kandang untuk induk pembibit. Kandang ini mempunyai bentuk, ukuran, dan keperluan peralatan yang sama. Kepadatan kandang lebih besar tetapi bisa juga sama.
      3. Kandang untuk anak puyuh/umur stater(kandang indukan)
        Kandang ini merupakan kandang bagi anak puyuh pada umur starter, yaitu mulai umur satu hari sampai dengan dua sampai tiga minggu. Kandang ini berfungsi untuk menjaga agar anak puyuh yang masih memerlukan pemanasan itu tetap terlindung dan mendapat panas yang sesuai dengan kebutuhan. Kandang ini perlu dilengkapi alat pemanas. Biasanya ukuran yang sering digunakan adalah lebar 100 cm, panjang 100 cm, tinggi 40 cm, dan tinggi kaki 50 cm. (cukup memuat 90-100 ekor anak puyuh).
      4. Kandang untuk puyuh umur grower (3-6 minggu) dan layer (lebih dari 6 minggu)
        Bentuk, ukuran maupun peralatannya sama dengan kandang untuk induk petelur. Alas kandang biasanya berupa kawat ram.
    2. Peralatan
      Perlengkapan kandang berupa tempat makan, tempat minum, tempat bertelur dan tempat obat-obatan.
  2. Penyiapan Bibit
    Yang perlu diperhatikan oleh peternak sebelum memulai usahanya, adalah memahami 3 (tiga) unsur produksi usaha perternakan yaitu bibit/pembibitan, pakan (ransum) dan pengelolaan usaha peternakan. Pemilihan bibit burung puyuh disesuaikan dengan tujuan pemeliharaan, ada 3 (tiga) macam tujuan pemeliharaan burung puyuh, yaitu:
    1. a. Untuk produksi telur konsumsi, dipilih bibit puyuh jenis ketam betina yang sehat atau bebas dari kerier penyakit.
    2. b. Untuk produksi daging puyuh, dipilih bibit puyuh jantan dan puyuh petelur afkiran.
    3. c. Untuk pembibitan atau produksi telur tetas, dipilih bibit puyuh betina yang baik produksi telurnya dan puyuh jantan yang sehat yang siap membuahi puyuh betina agar dapat menjamin telur tetas yang baik.
  3. 6.3. Pemeliharaan
    1. 1) Sanitasi dan Tindakan Preventif
      Untuk menjaga timbulnya penyakit pada pemeliharaan puyuh kebersihan lingkungan kandang dan vaksinasi terhadap puyuh perlu dilakukan sedini
      mungkin.
    2. 2) Pengontrolan Penyakit
      Pengontrolan penyakit dilakukan setiap saat dan apabila ada tanda-tanda yang kurang sehat terhadap puyuh harus segera dilakukan pengobatan sesuai dengan petunjuk dokter hewan atau dinas peternakan setempat atau petunjuk dari Poultry Shoup.
    3. 3) Pemberian Pakan
      Ransum (pakan) yang dapat diberikan untuk puyuh terdiri dari beberapa bentuk, yaitu: bentuk pallet, remah-remah dan tepung. Karena puyuh yang suka usil memtuk temannya akan mempunyai kesibukan dengan mematuk-matuk pakannya. Pemberian ransum puyuh anakan diberikan 2 (dua) kali sehari pagi dan siang. Sedangkan puyuh remaja/dewasa diberikan ransum hanya satu kali sehari yaitu di pagi hari. Untuk pemberian minum pada anak puyuh pada bibitan terus-menerus.
    4. 4) Pemberian Vaksinasi dan Obat
      Pada umur 4-7 hari puyuh di vaksinasi dengan dosis separo dari dosis untuk ayam. Vaksin dapat diberikan melalui tetes mata (intra okuler) atau air minum (peroral). Pemberian obat segera dilakukan apabila puyuh terlihat gejala-gejala sakit dengan meminta bantuan petunjuk dari PPL setempat ataupun dari toko peternakan (Poultry Shoup), yang ada di dekat Anda beternak puyuh.
7. HAMA DAN PENYAKIT
  1. Radang usus (Quail enteritis)
    Penyebab: bakteri anerobik yang membentuk spora dan menyerang usus, sehingga timbul pearadangan pada usus.
    Gejala: puyuh tampak lesu, mata tertutup, bulu kelihatan kusam, kotoran berair dan mengandung asam urat.
    Pengendalian: memperbaiki tata laksana pemeliharaan, serta memisashkan burung puyuh yang sehat dari yang telah terinfeksi.
  2. Tetelo (NCD/New Casstle Diseae)
    Gejala: puyuh sulit bernafas, batuk-batuk, bersin, timbul bunyi ngorok, lesu, mata ngantuk, sayap terkulasi, kadang berdarah, tinja encer kehijauan yang
    spesifik adanya gejala “tortikolis”yaitu kepala memutar-mutar tidak menentu dan lumpuh.
    Pengendalian:
    1. menjaga kebersihan lingkungan dan peralatan yang tercemar virus, binatang vektor penyakit tetelo, ayam yang mati segera dibakar/dibuang;
    2. pisahkan ayam yang sakit, mencegah tamu masuk areal peternakan tanpa baju yang mensucihamakan/ steril serta melakukan vaksinasi NCD. Sampai sekarang belum ada obatnya.
  3. Berak putih (Pullorum)
    Penyebab: Kuman Salmonella pullorum dan merupakan penyakit menular.
    Gejala: kotoran berwarna putih, nafsu makan hilang, sesak nafas, bulu-bulu mengerut dan sayap lemah menggantung.
    Pengendalian: sama dengan pengendalian penyakit tetelo.
  4. Berak darah (Coccidiosis)
    Gejala: tinja berdarah dan mencret, nafsu makan kurang, sayap terkulasi, bulu kusam menggigil kedinginan.
    Pengendalian:
    1. menjaga kebersihan lingkungaan, menjaga litter tetap kering;
    2. dengan Tetra Chloine Capsule diberikan melalui mulut; Noxal, Trisula Zuco tablet dilarutkan dalam air minum atau sulfaqui moxaline, amprolium, cxaldayocox
  5. Cacar Unggas (Fowl Pox)
    Penyebab: Poxvirus, menyerang bangsa unggas dari semua umur dan jenis kelamin.
    Gejala: imbulnya keropeng-keropeng pada kulit yang tidak berbulu, seperti pial, kaki, mulut dan farink yang apabila dilepaskan akan mengeluarkan darah.
    Pengendalian: vaksin dipteria dan mengisolasi kandang atau puyuh yang terinfksi.
  6. Quail Bronchitis
    Penyebab: Quail bronchitis virus (adenovirus) yang bersifat sangat menular.
    Gejala: puyuh kelihatan lesu, bulu kusam, gemetar, sulit bernafas, batuk dan bersi, mata dan hidung kadang-kadang mengeluarkan lendir serta kadangkala kepala dan leher agak terpuntir.
    Pengendalian: pemberian pakan yang bergizi dengan sanitasi yang memadai.
  7. Aspergillosis
    Penyebab: cendawan Aspergillus fumigatus.
    Gejala: Puyuh mengalami gangguan pernafasan, mata terbentuk lapisan putih menyerupai keju, mengantuk, nafsu makan berkurang.
    Pengendalian: memperbaiki sanitasi kandang dan lingkungan sekitarnya.
  8. Cacingan
    Penyebab: sanitasi yang buruk.
    Gejala: puyuh tampak kurus, lesu dan lemah.
    Pengendalian: menjaga kebersihan kandang dan pemberian pakan yang terjaga kebersihannya.
8. PANEN
  1. Hasil Utama
    Pada usaha pemeliharaan puyuh petelur, yang menjadi hasil utamanya adalah produksi telurnya yang dipanen setiap hari selama masa produksi berlangsung.
  2. Hasil Tambahan
    Sedangkan yang merupakan hasil tambahan antara lain berupa daging afkiran, tinja dan bulu puyuh.
9. PASCAPANEN …
10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA
  1. Analisis Usaha Budidaya
    1. Investasi
      1. kandang ukuran 9 x 0,6 x 1,9 m (1 jalur + tempat makan dan minum) Rp. 2.320.000,-
      2. kandang besar Rp. 1.450.000,-
    2. Biaya pemeliharaan (untuk umur 0-2 bulan)
      1. ay Old Quail (DOQ) x Rp 798 (Harga DOQ) Rp. 1.596.000,-
      2. Obat (Vitamin + Vaksin) Rp. 145.000,-
      3. Pakan (selama 60 hari) Rp. 2.981.200,-
        Jumlah biaya produksi Rp. 4.722.200,-
        Keadaan puyuh:
        • Jumlah anak 2000 ekor (jantan dan betina)
        • Resiko mati 5%, sisa 1900
        • Resiko kelamin 15% jantan, 85% betina (285 jantan, 1615 betina)
        • Setelah 2 bulan harga puyuh bibit Rp 3.625,- betina dan Rp 725 jantan
        • Penjualan puyuh bibit umur 2 bulan Rp. 4.408.000,-Minus Rp. -314.200,-
    3. Biaya pemeliharaan (0-4 bulan)
      • 200 DOQ x Rp 798,- Rp. 159.600,-
      • Obat (vitamin dan Vaksinasi) Rp. 290.000,-
      • Pakan (sampai dengan umur 3 minggu) Rp. 2.459.925,-
        Pakan (s/d minggu ke 4) betina 1615 ekor dan 71 ekor jantan (25% jantan layak bibit) Rp. 5.264.051,-
        Jumlah biaya produksi Rp. 8.173.576,-
        Keadaan puyuh:
        • Mulai umur 1,5 bulan puyuh bertelur setiap hari rata-rata 85%, jumlah telur 1373 butir
        • Hasil telur 75 hari x 1373 x Rp 75,- Rp. 7.723.125,-
        • Puyuh betina bibit 1615 ekor @ Rp 3.625,- Rp. 5.854.375,-
        • Puyuh jantan bibit 75 ekor @ Rp 798,- Rp. 59.850,-
        • Puyuh jantan afkiran 214 ekor @ Rp 725,- Rp. 155.150,-
    4. Keuntungan dari hasil penjualan Rp. 5.618.924,-
    5. Biaya pemeliharaan (sampai umur 8 bulan)
      1. Biaya untuk umur 4-8 bulan Rp. 1.625.137,-
    6. Pendapatan
      1. Hasil telur (0,5 bulan) 195 x 1373 x Rp 75,- Rp. 20.080.125,-
      2. Hasil puyuh afkir 1615 ekor @ Rp 798,- Rp. 1.288.770,-
      3. Hasil jantan afkir 71 ekor @ Rp 725,- Rp. 51.475,-
      4. Hasil jantan afkir (2 bln) 214 ekor @ Rp 725,- Rp. 155.150,-
    7. Keuntungan beternak puyuh petelur dan afkiran jual Rp. 10.950.113,-
      Jadi peternak lebih banyak menjumlah keuntungan bila beternak puyuh petelur, baru kemudian puyuh afkirannya di jual daripada menjual puyuh bibit. Analisa usaha dihitung berdasarkan harga-harga yang berlaku pada tahun 1999.
  2. Gambaran Peluang Agribisnis …
11. DAFTAR PUSTAKA
  1. Beternak burung puyuh, 1981. Nugroho, Drh. Mayen 1 bk. Dosen umum Ternak Unggas Fakultas Kedokteran Hewan dan Peternakan, Universitas Udayana.
  2. Puyuh, Tatalaksana Budidaya secara komersil, 1992. Elly Listyowati, Ir. Kinanti Rospitasari, Penebar Swadaya, Jakarta.
  3. Memelihara burung puyuh, 1985. Muhammad Rasyaf, Ir. Penerbit Kanisius (Anggota KAPPI), Yogyakarta.
  4. Beternak burung puyuh dan Pemeliharaan secara komersil, tahun 1985. Wahyuning Dyah Evitadewi dkk. Penerbit Aneka Ilmu Semarang
12. KONTAK HUBUNGAN
  1. Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan – BAPPENAS Jl.Sunda Kelapa No. 7 Jakarta, Tel. 021 390 9829 , Fax. 021 390 9829
  2. Kantor Menteri Negara Riset dan Teknologi, Deputi Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Iptek, Gedung II BPPT Lantai 6, Jl. M.H.Thamrin No. 8, Jakarta 10340, Indonesia, Tel. +62 21 316 9166~69, Fax. +62 21 310 1952, Situs Web: http://www.ristek.go.id
Sumber : Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan, Bappenas
 http://omkicau.com/berbagai-peluang-usaha-bidang-peternakan-perkebunan/budidaya-burung-puyuh/

Label