Mendengar nama negara
India, pastilah tarian ekspresif yang ada dalam benak kita. Bagaimana
jika rancaknya tarian sebagai ikon India ini digantikan oleh sosok buah
apelnya yang khas? Mereka menyebutnya dengan putsa yang memiliki nama
lain Jujube atau Ziziphus Mauritiana Lam.
Dilihat sekilas, bentuknya menyerupai buah tomat
yang masih muda (belum matang). Warnanya kehijauan, dengan tekstur yang
halus. Baru ketahuan kalau masih satu jenis dengan apel, ketika sudah
dibuka. Sebenarnya, jenis ini sama dengan apel kebanyakan. Hanya
perbedaan ini ada pada bentuknya yang relatif kecil.
Besar maksimalnya hanya segenggam tangan anak kecil
(diameter 5 cm). Tak adanya lekuan di bagian pangkal tangkai buah,
membuatnya berbeda dari apel kebanyakan. Untuk urusan rasa, putsa
cenderung didominasi rasa manis dengan daging buahnya yang putih.
“Rasa manis itu, membuat putsa banyak digemari. Itu
berbeda dengan beberapa jenis apel, dengan rasa sedikit masam,” kata
Dani penangkar tanaman hortikultura di Surabaya,
Di Indonesia, jenis buah ini tergolong langka. Tak
banyak yang memelihara jenis ini. Tak heran, jika untuk satu pot tanaman
ini harganya bisa mencapai Rp 100 ribu. Bukan tak mungkin, apel jenis
ini berpotensi untuk dilakukan budidaya. Siapa mengira, di balik
kelangkaan apel ini ternyata ia tergolong mudah ditanam. Terlebih untuk
kondisi tanah dan cuaca di Indonesia.
Ekstra Panas
India
merupakan salah satu negara yang memiliki iklim tropis, sehingga
tanaman yang tumbuh pun menyesuaikan dengan adaptasi lingkungan. Salah
satunya adalah putsa. Karena iklim Indonesia juga memiliki kesamaan
dengan India, maka bukan hal sulit bagi putsa untuk tumbuh. Ini karena
putsa adalah jenis tanaman yang bisa tumbuh di dataran rendah.
Melihat habitat tumbuhnya, apel India ini akan
berkembang dengan maksimal apabila berada dalam kondisi lingkungan yang
sesuai. Seperti halnya pemenuhan kebutuhan intensitas cahaya. “Semakin
tinggi intensitas cahaya, tentu makin bagus pula hasilnya,” tandas Dani.
Namun juga harus diimbangi dengan kebutuhan resapan
air yang sesuai. Artinya, media ada dalam kondisi tidak terlalu kering
ataupun basah. Pada musim kemarau, frekuensi penyiraman 6 kali dalam
satu minggu. Sementara di musim hujan, dalam satu minggu cukup 2-3 kali
penyiraman.
Demikian dengan penerapan media tanam yang
membutuhkan beberapa kombinasi bahan. Diantaranya tanah, sekam, dan
pupuk kandang dengan perbandingan 1:2:3. Kombinasi ini disesuaikan
dengan karakter tanaman, dimana putsa gemar dengan media yang sifatnya porous, sehingga sirkulasi air dan udara tak mengganggu pertumbuhan akar.
Pemupukan harus dilakukan dengan dosis tertentu. Kelebihan dan kekurangan dosis tentu berdampak buruk bagi tanaman.
Jenis pupuk yang bisa dipilih memang beragam. Pastinya, tanaman buah butuh unsur hara makro, seperti N, P, K, dan unsur hara mikro macam Ca, Mg, dan S. Unsur hara mineral itu merupakan sumber nutrisi bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Cermati pula waktu dan cara pemupukan. Begitu juga
dengan pengawasan terhadap hama dan penyakit tanaman. Faktor pengganggu
ini jangan sampai mengacaukan mimpi Anda untuk memanen buah. Bayangkan,
betapa kecewanya saat tahu pertumbuhan tanaman buah terhambat oleh hama
dan penyakit. [santi]
Buah Sepanjang Masa
Selain bentuk yang berbeda dari apel umumnya,
kelebihan putsa juga ada pada frekuensinya dalam berbuah. Jenis ini
tidak mengenal musim untuk berbuah. Itu berbeda dengan buah-buah lainnya
– harus menunggu musim. Pantas, jika sosoknya dikenal juga dengan buah
sepanjang masa.
Siklus pertumbuhan putsa itu tergolong bandel dan
rajin berbuah. Dengan pupuk seimbang, buah akan bermunculan. Sekitar 1-2
bulan kemudian, buah mulai bermunculan. Bakal buah yang muncul tak
perlu dibesarkan semua. Biasanya, buah muncul berpasangan, maka pilihlah
satu buah yang sehat untuk dibesarkan.
“Penjarangan atau penyeleksian, mesti dilakukan
saat buah seukuran kelereng. Artinya, 50 % dari munculnya buah,
sebaiknya dibuang. Pada saat penjarangan buah, juga dilakukan
pemangkasan cabang dan ranting kering,” ujar Dani.
Berdasar umur tanaman, pemangkasan terbagi jadi
tiga, yaitu pemangkasan pada pembibitan, pemangkasan tanaman yang belum
menghasilkan, dan pemangkasan tanaman yang sudah menghasilkan. Sedang
dilihat dari tujuannya, pemangkasan dibedakan jadi empat, yaitu
pemangkasan bentuk, pemeliharaan, produksi, dan peremajaan.
Daun yang menguning sebaiknya dibuang. Tujuannya,
agar aliran makanan ke buah berjalan optimal. Perlakuan-perlakuan ini
membuat pertumbuhan putsa jadi bongsor dan berbuah montok. Begitu juga
dengan penggantian pot, dapat dilakukan bila ukuran tanaman semakin
besar. Itu akan berdampak pada perakaran.
Mengingat, akar memiliki peran
penting dalam pertumbuhan tanaman secara keseluruhan. Di habitat aslinya
– India, putsa tidak ditanam dalam pot. Melainkan dibiarkan tumbuh di
area terbuka, sehingga pertumbuhannya pun bisa maksimal. Alasan ditanam
dalam pot merupakan salah satu alternatif, karena tak tersedianya lahan
cukup luas untuk tumbuh. Terlebih bagi penggemar tanaman hortikultura yang tak memiliki lahan lebih. Proses tumbuh ini tak jadi soal bagi pertumbuhan tanaman.
“Terpenting, kebutuhan tanaman dapat terpenuhi
dengan baik, itu sudah cukup. Terlebih jika diimbangi dengan perlakuan
yang sesuai dengan karakter tanaman. Dengan perawatan yang cermat,
tanaman buah dalam pot (tabulampot) mampu menyedot perhatian siapa
saja,” ungkap Dani. [santi]
Sumber: http://tabloidgallery.wordpress.com/2008/03/15/putsa-apel-india/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar