Sabtu, 23 Agustus 2014

Budidaya Apel yg Baik dan Menguntungkan


Mendengar nama negara India, pastilah tarian ekspresif yang ada dalam benak kita. Bagaimana jika rancaknya tarian sebagai ikon India ini digantikan oleh sosok buah apelnya yang khas? Mereka menyebutnya dengan putsa yang memiliki nama lain Jujube atau Ziziphus Mauritiana Lam.
Dilihat sekilas, bentuknya menyerupai buah tomat yang masih muda (belum matang). Warnanya kehijauan, dengan tekstur yang halus. Baru ketahuan kalau masih satu jenis dengan apel, ketika sudah dibuka. Sebenarnya, jenis ini sama dengan apel kebanyakan. Hanya perbedaan ini ada pada bentuknya yang relatif kecil.
Besar maksimalnya hanya segenggam tangan anak kecil (diameter 5 cm). Tak adanya lekuan di bagian pangkal tangkai buah, membuatnya berbeda dari apel kebanyakan. Untuk urusan rasa, putsa cenderung didominasi rasa manis dengan daging buahnya yang putih.
“Rasa manis itu, membuat putsa banyak digemari. Itu berbeda dengan beberapa jenis apel, dengan rasa sedikit masam,” kata Dani penangkar tanaman hortikultura di Surabaya,
Di Indonesia, jenis buah ini tergolong langka. Tak banyak yang memelihara jenis ini. Tak heran, jika untuk satu pot tanaman ini harganya bisa mencapai Rp 100 ribu. Bukan tak mungkin, apel jenis ini berpotensi untuk dilakukan budidaya. Siapa mengira, di balik kelangkaan apel ini ternyata ia tergolong mudah ditanam. Terlebih untuk kondisi tanah dan cuaca di Indonesia.

Ekstra Panas

India merupakan salah satu negara yang memiliki iklim tropis, sehingga tanaman yang tumbuh pun menyesuaikan dengan adaptasi lingkungan. Salah satunya adalah putsa. Karena iklim Indonesia juga memiliki kesamaan dengan India, maka bukan hal sulit bagi putsa untuk tumbuh. Ini karena putsa adalah jenis tanaman yang bisa tumbuh di dataran rendah.
Melihat habitat tumbuhnya, apel India ini akan berkembang dengan maksimal apabila berada dalam kondisi lingkungan yang sesuai. Seperti halnya pemenuhan kebutuhan intensitas cahaya. “Semakin tinggi intensitas cahaya, tentu makin bagus pula hasilnya,” tandas Dani.
Namun juga harus diimbangi dengan kebutuhan resapan air yang sesuai. Artinya, media ada dalam kondisi tidak terlalu kering ataupun basah. Pada musim kemarau, frekuensi penyiraman 6 kali dalam satu minggu. Sementara di musim hujan, dalam satu minggu cukup 2-3 kali penyiraman.
Demikian dengan penerapan media tanam yang membutuhkan beberapa kombinasi bahan. Diantaranya tanah, sekam, dan pupuk kandang dengan perbandingan 1:2:3. Kombinasi ini disesuaikan dengan karakter tanaman, dimana putsa gemar dengan media yang sifatnya porous, sehingga sirkulasi air dan udara tak mengganggu pertumbuhan akar.
Pemupukan harus dilakukan dengan dosis tertentu. Kelebihan dan kekurangan dosis tentu berdampak buruk bagi tanaman.
Jenis pupuk yang bisa dipilih memang beragam. Pastinya, tanaman buah butuh unsur hara makro, seperti N, P, K, dan unsur hara mikro macam Ca, Mg, dan S. Unsur hara mineral itu merupakan sumber nutrisi bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Cermati pula waktu dan cara pemupukan. Begitu juga dengan pengawasan terhadap hama dan penyakit tanaman. Faktor pengganggu ini jangan sampai mengacaukan mimpi Anda untuk memanen buah. Bayangkan, betapa kecewanya saat tahu pertumbuhan tanaman buah terhambat oleh hama dan penyakit. [santi]

Buah Sepanjang Masa

Selain bentuk yang berbeda dari apel umumnya, kelebihan putsa juga ada pada frekuensinya dalam berbuah. Jenis ini tidak mengenal musim untuk berbuah. Itu berbeda dengan buah-buah lainnya – harus menunggu musim. Pantas, jika sosoknya dikenal juga dengan buah sepanjang masa.
Siklus pertumbuhan putsa itu tergolong bandel dan rajin berbuah. Dengan pupuk seimbang, buah akan bermunculan. Sekitar 1-2 bulan kemudian, buah mulai bermunculan. Bakal buah yang muncul tak perlu dibesarkan semua. Biasanya, buah muncul berpasangan, maka pilihlah satu buah yang sehat untuk dibesarkan.
“Penjarangan atau penyeleksian, mesti dilakukan saat buah seukuran kelereng. Artinya, 50 % dari munculnya buah, sebaiknya dibuang. Pada saat penjarangan buah, juga dilakukan pemangkasan cabang dan ranting kering,” ujar Dani.
Berdasar umur tanaman, pemangkasan terbagi jadi tiga, yaitu pemangkasan pada pembibitan, pemangkasan tanaman yang belum menghasilkan, dan pemangkasan tanaman yang sudah menghasilkan. Sedang dilihat dari tujuannya, pemangkasan dibedakan jadi empat, yaitu pemangkasan bentuk, pemeliharaan, produksi, dan peremajaan.
Daun yang menguning sebaiknya dibuang. Tujuannya, agar aliran makanan ke buah berjalan optimal. Perlakuan-perlakuan ini membuat pertumbuhan putsa jadi bongsor dan berbuah montok. Begitu juga dengan penggantian pot, dapat dilakukan bila ukuran tanaman semakin besar. Itu akan berdampak pada perakaran.
Mengingat, akar memiliki peran penting dalam pertumbuhan tanaman secara keseluruhan. Di habitat aslinya – India, putsa tidak ditanam dalam pot. Melainkan dibiarkan tumbuh di area terbuka, sehingga pertumbuhannya pun bisa maksimal. Alasan ditanam dalam pot merupakan salah satu alternatif, karena tak tersedianya lahan cukup luas untuk tumbuh. Terlebih bagi penggemar tanaman hortikultura yang tak memiliki lahan lebih. Proses tumbuh ini tak jadi soal bagi pertumbuhan tanaman.
“Terpenting, kebutuhan tanaman dapat terpenuhi dengan baik, itu sudah cukup. Terlebih jika diimbangi dengan perlakuan yang sesuai dengan karakter tanaman. Dengan perawatan yang cermat, tanaman buah dalam pot (tabulampot) mampu menyedot perhatian siapa saja,” ungkap Dani. [santi]
Sumber: http://tabloidgallery.wordpress.com/2008/03/15/putsa-apel-india/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Label