Senin, 18 Agustus 2014

MANDEKNYA USAHA FLORIKULTURA INDONESIA


19 Apr
Hmm, tren tanaman hias. Sudah lama bukan anda tidak mendengarnya? Hampir semua majalah dan tabloid tanaman hias tidak membahasnya lagi. Kenapa bisa seperti itu? Baiklah akan saya bahas disini :D
Mandeknya usaha tanaman hias belakangan ini sangat disayangkan oleh para petani tanaman hias di Indonesia. Mereka sangat amat bergantung pada tren ini karena penjualan bisa naik sampai 500% dari sebelumnnya. Kita ambil contoh, pada tren tanaman Anthurium sp. yang sempat menggila pada tahun 2006 dan sampai titik puncak di tahun 2008, para petani tanaman tersebut bisa dibilang kaya mendadak. Tanaman yang pernah populer juga di tahun 90an tersebut telah membantu mereka ke level ekonomi yang tinggi. Permintaan yang bisa dibilang tidak masuk akal dari para pengepul membuat tanaman yang mereka budidayakan naik tajam harganya, kita ambil salah satu contoh A. jemannii, tanaman ini pada tahun 2006 harganya paling mahal hanya Rp100.000 untuk daun seukuran koin Rp.500,00 tetapi pada saat tren harga yang ditawarkan bisa sampai Rp 1000.000,00. Tetapi pada 2008 akhir tanaman ini jatuh pamor dan akhirnya menutup rangkaian tren tanaman hias bermula pada tahun 2004 dengan pelaku utama Adenium sp., walaupun pada tahun 2009 ada sedikit tren dari Sansevieria sp, dan bromelia sp, itu pun tidak berlangsung lama.
Sebelum saya menjelaskan mengapa, lebih baiknnya saya urutkan kronologisnya tren tanaman hias dari th 2004-2009
2004
Tahun awal yang bisa dibilang awal kenaikan tren tanaman hias. Diawali dengan kehadiran mawar gurun, Adenium sp, bunga yang yang indah dan bonggol yang unik menjadi daya tarik tersendiri bagi para kolektor tanaman hias. Jenis tanaman ini mulai perlahan naik dan sempat memuncaki penjualan terbanyak diantara Aglaonema dan Anthurium pada tahun 2006. Pada tahun-tahun berikutnya para pemulia berasal dari taiwan berhasil membuat Adenium berwarna kuning, padahal tidak ada gen kuning dari alam! Sebelumnya ditemukan Adenium tumpuk pertama (doxon) juga ditemukan para pemulia dari taiwan. Tren Adenium stak pada tahun 2008 dan memudar ditinggal oleh kolektor musiman ==a
2004 pertengahan
Periuk monyet, atau dalam bahasa jawa disebut kantong semar ,Nepenthes sp, menggebrak pasar tanaman hias Indonesia dengan keindahan kantongnnya. Tetapi tren ini tidak terlalu lama karena tidak ada “pemain utama” (akan dibahas selanjutnya).
2005
Pasar masih dikuasai oleh mawar gurun, tetapi tanaman dari famili apocynaceae ini mulai “di ganggu” oleh kehadiran dari suku Aracea yaitu Aglaonema dan Anthurium
2006-2007
Pada tahun ini pasar mulai kehilangan stok Aglaonema dan Anthurium. Dua tanaman dari suku yang sama saling berebut hati kolektor musiman. Walau harga yang mulai tidak masuk akal (pada Aglaonema sistem pembeliaan dihitung harga perdaun yang mencapai 2,5 juta untuk jenis widuri, dan Anthurium yang dihitung pada saat mentis [kecambah] dengan 3 daun yang mencapai Rp. 350.000 untuk jenis A. jenmannii “cobra” ), para kolektor saling berebut bahkan sampai ada sistem inden untuk beberapa breeder terkenal.
2007-2008
Tahun emas dan juga tahun kejatuhan Anthurium, tiba-taba pada tahun ini “demam” Adenium, Aglaonema sunyi senyap tidak ada kabar, hanya beberapa kali ada gebrakan tetapi tidak dapat mengungguli hasil penjualan Anthurium. Anthurium sendiri berjaya, pada saat krusial ini tanaman tersebut mencetak rekor harga fantastis, 1,5M !!! bukan main, saya pikir hanya di Indonesia saja yang ada tanaman daun yang diperjualbelikan dengan harga rumah dikawasan elite Jakarta. Tetapi pada kuartal terakhir  tahun 2008 ahli ekonomi mulai memberikan komentar tentang pasar Anthurium. Dan benar saja, ramalan ahli ekonomi yang menyebutkan bahwa Anthurium akan turun pamor sebentar lagi tak terbantahkan. Hanya berselang dua bulan permintaan pasar turun.
2009-sekarang (2011)
Pasar tanaman hias mandek ==a
Ada apa ini? Pasar tanaman hias yang terbuka lebar justru bisa mati suri seperti ini. Dilihat dari pasar yang sudah saya amati mulai tahun 2004-2011 saya dapat berkesimpulan bahwa ada beberapa aspek yang dapat berpengaruh pada tren tanaman hias, aspek-aspek yang dapat saya kemukakan ialah:
  1. Keunikan, keindahan, dan kemudahan dalam perawatan dari sebuah tanaman
Hal ini bisa kita lihat dari Adenium, wajar bila tanaman tersebut dapat naik pamor sampai tahun 2008
  1. Expose media yang besar
Bila anda memiliki satu tabloid atau majalah yang anda koleksi dari tahun 2004-2011 anda akan melihat bagaimana sebuah media dapat memengaruhi permintaan pasar
  1. Kepercayaan pada tahayul
Yeah, walau kita berada pada dunia modern seperti sekarang, banyak juga orang yang masih percaya pada tahayul. Kita dapat melihat pada tren Aglaonema, pada tahun 2006 orang menyebutnya sri rejeki, karena orang percaya bahwa dengan menanam tanaman ini dapat meningkatkan rejeki sang pemilik. Bahkan warna merah yang ada pada daun Aglaonema disebut-sebut dapat menambah rejeki pemilik ==a
  1. Import tanaman hias populer dari negara lain
Import juga memengaruhi suatu tren tanaman hias di Indonesia, kita bisa melihat pada tren tanaman hias Caladium sp, Sansivieria, Alokasia sp. Tetapi tren tanaman yang disebabkan oleh import tanaman dari luar biasannya tidak bertahan lama. Caladium sp hanya beberapa bulan di tahun 2008, Sansivieria muncul hanya beberapa kali di tahun 2008, 2009, 2010 itupun tidak menjadi tren. Alokasia sp. hanya beberapa bulan di tahun 2008/2009 (saya lupa ^,^v). Biasanya kita melakukan import dari Thailand dan Taiwan.
  1. Pemain utama
Bahasa kerennya tengkulak, oknum-oknum ini yang memicu tren tanaman hias. Mereka melakukan pengosongan stok tanaman hias pada tanaman yang berpotensi dapat naik pamor. Hal ini dapat kita temukan pada tren Anthurium. Di pasar saya mendapat sedikit gambaran bagaimana para tengkulak bermain licik.
  1. Para tengkulak mengosongkan tanaman (korban: Anthurium [sukses], Alokasia [gagal], Philodendron [gagal]).
  2. Setelah mengosongkan tengkulak yang memiliki rekanan kolektor melakukan promosi gencar dengan cara mulut ke mulut. Agar terjadi pasar semu, pasar semu yang dimaksud ialah pasar yang bergelut di pasar tersebut orangnya sama misal tanaman a dijual ke A, lalu dijual lagi ke B dijual lagi ke C, tentu dengan promosi, sampai pada akhirnya kembali lagi ke penjual awal. Hal ini efektif membuat orang mencari barang yang sama dan lalu menjual ke orang lain, tetapi akan sulit didapat karena stok telah kosong.
  3. Setelah pasar jenuh, orang yang tau pertama ialah para tengkulak, mereka lalu berbondong-bondong mengosongkan stok mereka dan PASAR BERHENTI, dan karena telat PETANI RUGI!
  4. Muncul pehobi musiman
Salah satu kelompok yang mudah sekali terbujuk rayuan penjual, dan kelompok inilah yang menjadi sasaran utama para pedagang. Biasannya pehobi musiman ini akan hadir bila ada tren dan hilang ketika tren berhenti.
  1. Muncul penjual musiman
Ada pehobi musiman adapula penjual musiman, pada bagian selanjutnya saya sebut sebagai tengkulak yang bangkrut. Para penjual musiman biasannya bukan berasal dari kalangan petani, tengkulak atau pehobi tanaman hias mereka biasannya hanya muncul pada saat tanaman naik pamor. Barang yang mereka miliki biasannya langsung laku terjual. Tetapi ada juga yang tidak mengerti sistem pasar dan akhirnya stok menumpuk di mereka. Mereka adalah orang yang akan rugi pada saat tren berakhir. Karena biasannya para tengkulak besar yang akan mengosongkan barang menjual barang ke mereka, lalu penjual musiman akan kebingungan sendiri dengan stok yang mereka miliki karena ternyata permintaan 0.
Mungkin segitu yang bisa saya jabarkan selebihnya siih banyak.
Dari sekian aspek tersebut tenggkulak lah yang menjadi aktor utama yang bermain dalam 2 sifat, protagonis dan antagonis. Di sisi lain mereka dapat membuat tren tanaman hias, tetapi disisi lain mereka dapat merugikan orang banyak. Pada tren yang berhenti pada tahun 2009 saya melihat adanya kekapokkan dari pihak petani dan tengkulak bangkrut. Para petani menjadi malas untuk mengikuti pasar, karena pergerakan pasar yang sangat cepat. Para tengkulak yang bangkrut juga kapok karena banyak menelan kerugian karena telat membaca pasar. Selain itu pada tren terakhir yaitu Anthurium sp, banyak terjadi penipuan bibit dan benih bahakan pencurian tanaman hias sempat meningkat pada tahun 2008-2009.
Ada baiknya usah tanaman hias dilakukan dengan bijak tanpa ada perlakuan untuk menaikkan harga. Bila begitu seterusnya yang akan dirugikan pasar tanaman itu sendiri. Bisa kita lihat, pasar menjadi stak karena ulah para tengkulak serakah yang hanya mengambil untung cepat. Bila kita dapat mengelola pasar tanaman dengan baik, tidak menutup kemungkinan tanaman yang hanya berharga Rp 5000,00 dapat meningkatkan kesejahteraan petani bila dikelola dengan baik.
Sumber: https://blog.ub.ac.id/odiernt/2011/04/19/mandeknya-usaha-florikultura-indonesia/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Label