Beruntung
sekali Peserta Pelatihan Lele Angkatan 13 ini, berniat ikut pelatihan
lele, tetapi dapat juga materi lainnya, yaitu budidaya cacing tanah dan
Azolla. Kedua materi ini sangat penting dalam mendukung bisnis lele,
karena sangat berguna untuk menurunkan biaya produksi. Bukan dari saya
sebagai pemateri, tetapi dari peserta lain, Endang dari Cileunsi Bogor
dan Riyan dari Ciamis. Justru, saya sedang memperdalamnya. Tanpa pikir
lagi, keduanya diminta untuk mempresentasikan kemahirannya. Bersedia ?
Tentu saja, karena dapat menyumbangkan ilmu kepada orang lain, katanya.
Gampang,
budidaya cacing itu gampang, kata Endang, sambil mengisap sebatang
rokok kretek, lalu duduk di tepi teras saung. Sementara itu peserta yang
lain memperhatikannya. Menurutnya, kultur cacing itu harus di tempat
teduh, misalnya di bawah pohon atau saung yang sengaja dibuat khusus.
Wadahnya cukup kotak bekas sabun atau telur. Bahan untuk kuluturnya nya
juga mudah didapat sekitar kita, yaitu sekam, jerami dan kulit pohon
pisang. Sedangkan induk cacing bisa diperoleh dari tempat sampah. Satu
kotak bisa menghasilkan 2 kg cacing. jika kita setiap hari bisa
memproduksinya, berarti kita sudah bisa menghemat pakan sebanyak itu.
Kulturnya juga mudah, namun terlalu panjang untuk diungkapkan dalam
artikel ini.
Seperti
kata Endang, Riyan, pria bertubuh gemuk juga mengatakan hal yang sama,
bahwa kultur Azolla juga sangat mudah. Menurut Riyan, tanaman yang air
bernama Indonesia mata kucing ini sangat penting dalam bisnis lele,
karena tanaman air ini mengandung protein yang cukup tinggi. Azolla bisa
langsung diberikan untuk lele, terutama benih yang berukuran besar,
mulai ukuran 5 cm hingga konsumsi. Kultur Azolla sangat mudah. Wadahnya
dapat berupa kolam terpal, bak tembok atau kolam tanah. Untuk media
cukup dengan kotoran sapi yang ditebar di kolam stebal 5 cm, lalu diberi
air setinggi 15 cm. Bibit Azolla bisa diambil dari sawah atau solokan
sehabis hujan. Dengan media itu, dalam 2 minggu sudah dipanen dalam
jumlah banyak.
Sebenarnya
tak hanya kedua materi itu. Dalam setiap pelatihan juga banyak
informasi yang diperoleh, terutama pangsa pasar, baik dari saya sebagai
pemateri maupun peserta lainnya. Sebagai contoh, permintaan pasar untuk
Jakarta dan sekitarnya sangat tinggi. Seperti yang diungkapkan oleh
Lanang dan Faris, peserta angkatan terdahulu, dalam sehari pasara
Jakarta dapat menyerap puluhan ton lele konsumsi. Sedangkan pasokannya
masih rendah. Tentu saja, ini dapat menjadi peluang bagi para
pembudidaya. Tingginya permintan lele konsumsi sudah pasti dengan
permintaan benih. Sekarang tinggal kita memilih pada tahap mana yang
akan dipilih dan bagaimana agar dapat memproduksi sebanyak mungkin.
Sumber: http://www.uftwo.com/index.php?option=com_content&view=article&id=183:dari-pelatihan-lele-bisa-tahu-kultur-cacing-tanah-dan-azola&catid=27:perikanan&Itemid=53
Tidak ada komentar:
Posting Komentar