Zaman
sekarang, semua serba praktis dan instan, termasuk sewaktu menyeruput
bandrek. Itu sebabnya, minuman tradisional khas Sunda yang mulai
merambah pasar ekspor tersebut kini banyak dijual dalam pelbagai
kemasan.
Sekarang, minuman tradisional Sunda berbahan baku jahe dan gula aren ini tidak cuma menjadi monopoli warung-warung makan di pinggir jalan. Bandrek juga merangsek ke pasar ritel dalam bentuk kemasan. Jadi, tinggal seduh dengan air panas, bandrek siap diseruput panas-panas.
Ada sebuah produsen bandrek instan bernama Hanjuang, mulai memproduksi bandrek instan sejak 2000 lalu. Pasarnya sudah jauh menjangkau ke luar Jawa Barat, mulai Medan, Pekanbaru, Jakarta, Semarang, Yogyakarta, dan Surabaya.
Bahkan, bandrek Hanjuang juga mulai merambah pasar ekspor. "Agen kami sempat mengirimkan produk kami ke Australia dan sejumlah negara di Timur Tengah, ya meskipun masih dalam jumlah yang kecil," kata Muhammad Sanusi, Humas Cihanjuang Inti Teknik.
Sekarang, minuman tradisional Sunda berbahan baku jahe dan gula aren ini tidak cuma menjadi monopoli warung-warung makan di pinggir jalan. Bandrek juga merangsek ke pasar ritel dalam bentuk kemasan. Jadi, tinggal seduh dengan air panas, bandrek siap diseruput panas-panas.
Ada sebuah produsen bandrek instan bernama Hanjuang, mulai memproduksi bandrek instan sejak 2000 lalu. Pasarnya sudah jauh menjangkau ke luar Jawa Barat, mulai Medan, Pekanbaru, Jakarta, Semarang, Yogyakarta, dan Surabaya.
Bahkan, bandrek Hanjuang juga mulai merambah pasar ekspor. "Agen kami sempat mengirimkan produk kami ke Australia dan sejumlah negara di Timur Tengah, ya meskipun masih dalam jumlah yang kecil," kata Muhammad Sanusi, Humas Cihanjuang Inti Teknik.
Perusahaan
yang dulunya bergerak di bidang teknik ini bisa memproduksi 40.000
kemasan bandrek instan per hari dengan bermacam varian rasa. Saat ini,
Cihanjuang Inti Teknik mempekerjakan 68 karyawan. Itu belum termasuk
tenaga outsourcing, misalnya ibu-ibu di sekitar pabrik yang tergabung
dalam Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK).
Proses produksi melibatkan penduduk sekitar pabrik, terutama untuk tenaga pengemasan. Adapun untuk keperluan produksi bandrek instan, Cihanjuang Inti Teknik sudah punya mesin pengolah sendiri.
Kini, Cihanjuang Inti Teknik memproduksi 11 bandrek instan beraneka rasa dan permen bandrek dengan empat rasa. Contohnya, Bandrek Hanjuang, Bajigur Hanjuang, Bandrek Spesial dengan ekstra ginseng dan pinang, Beas Cikur, Coklat Bandrek, Teh Bandrek, Kopi Bandrek, serta Kopi Bajigur. "Omzet per bulan kami Rp 30 juta hingga Rp 40 juta," ujar Sanusi.
Cihanjuang Inti Teknik memerhatikan betul soal proses pengemasan bandrek instan mereka. Selain dalam bentuk rencengan yang bisa dijual di warung-warung, perusahaan yang berbasis di Cimahi, Jawa Barat, ini juga memproduksi bandrek instan dalam kemasan kantong kertas yang lebih klasik dan berkelas. "Banyak yang mencari produk ini untuk oleh-oleh," imbuh Sanusi.
Menurut Sanusi, keunggulan bandrek instan Cihanjuang Inti Teknik ada pada rasa yang khas. Soalnya, mereka memakai pelbagai bahan rempah pelengkap, seperti serai, merica, cabe, lada, cengkeh, dan kayu manis.
Nah, untuk pasokan bahan baku utama jahe, Cihanjuang Inti Teknik mendatangkannya khusus dari luar Jawa. "Selama ini, untuk bahan baku jahe, kami bekerjasama dengan petani di daerah Lampung," kata Sanusi.
Setiap tahun, Cihanjuang Inti Teknik memasok sekitar 100 ton jahe dari Lampung. Sementara itu, untuk gula aren, mereka mendapat suplai dari para petani binaan di wilayah Sukabumi Selatan.
Proses produksi melibatkan penduduk sekitar pabrik, terutama untuk tenaga pengemasan. Adapun untuk keperluan produksi bandrek instan, Cihanjuang Inti Teknik sudah punya mesin pengolah sendiri.
Kini, Cihanjuang Inti Teknik memproduksi 11 bandrek instan beraneka rasa dan permen bandrek dengan empat rasa. Contohnya, Bandrek Hanjuang, Bajigur Hanjuang, Bandrek Spesial dengan ekstra ginseng dan pinang, Beas Cikur, Coklat Bandrek, Teh Bandrek, Kopi Bandrek, serta Kopi Bajigur. "Omzet per bulan kami Rp 30 juta hingga Rp 40 juta," ujar Sanusi.
Cihanjuang Inti Teknik memerhatikan betul soal proses pengemasan bandrek instan mereka. Selain dalam bentuk rencengan yang bisa dijual di warung-warung, perusahaan yang berbasis di Cimahi, Jawa Barat, ini juga memproduksi bandrek instan dalam kemasan kantong kertas yang lebih klasik dan berkelas. "Banyak yang mencari produk ini untuk oleh-oleh," imbuh Sanusi.
Menurut Sanusi, keunggulan bandrek instan Cihanjuang Inti Teknik ada pada rasa yang khas. Soalnya, mereka memakai pelbagai bahan rempah pelengkap, seperti serai, merica, cabe, lada, cengkeh, dan kayu manis.
Nah, untuk pasokan bahan baku utama jahe, Cihanjuang Inti Teknik mendatangkannya khusus dari luar Jawa. "Selama ini, untuk bahan baku jahe, kami bekerjasama dengan petani di daerah Lampung," kata Sanusi.
Setiap tahun, Cihanjuang Inti Teknik memasok sekitar 100 ton jahe dari Lampung. Sementara itu, untuk gula aren, mereka mendapat suplai dari para petani binaan di wilayah Sukabumi Selatan.
Bandrek
Cihanjuang, demikian merek sebuah produk dari usaha kecil yang
berlokasi di kawasan Cihanjuang Kota Cimahi, Jabar. Nama dipilih sesuai
asal daerah agar mudah diingat. Padahal kawasan itu pada tahun 2000-an,
lebih dikenal sebagai kawasan usaha teknik pembuatan turbin untuk mikro
hidro.
Kini setiap kali mendengar Cihanjuang, pasti selalu melekat di pikiran sebuah produk minuman khas Jabar, bandrek dan bajigur.
Sanusi,
salah satu penggagas pembuatan Bandrek Cihanjuangbercerita, bahwa usaha
membuat bandrek pada awalnya hanya coba-coba saja karena usaha utamanya
adalah pembuatan turbin dan tekhnik lainnya.
Berada
di bawah usaha CV Cihanjuang Inti Tekhnik, sebut saja Sanusi dan Eli
Juniati, sering kedatangan konsumen yang hendak membeli turbin. Turbin
digunakan untuk pembangkitan listrik mikro hidro sebagai penerangan di
daerah terpencil.
Karena
hanya digunakan untuk pembangkitan listrik skala kecil, turbin biasanya
dibeli oleh dinas-dinas sebagai proyek percontohan saja. Inovasi
penggunaan turbin selain untuk listrikpun dibuat, yakni menjadi mesin
pemotong/ slicer. Setiap kali berpromosi, Sanusi menggunakan contoh
tanaman jahe untuk dipotong dengan mesin buatannya.
Turbin
tetap laku terjual, namun jahe yang sudah terpotong-potong itu, tidak
mungkin dijual kembali. Dengan kreatifitasnya, maka dibuatlah sisa jahe
itu sebagai minuman khas yakni bandrek.
Sumber: http://www.fiqhislam.com/index.php?option=com_content&view=article&id=19149&Itemid=326
Tidak ada komentar:
Posting Komentar