Jakarta -Ada yang mengibaratkan bisnis
perkebunan di Indonesia saat ini seperti sebuah lagu karangan Rhoma
Irama yang berjudul Perjuangan dan Doa. Hal ini untuk menggambarkan
sedang lesunya bisnis ini akibat dampak melemahnya ekonomi global
beberapa tahun terakhir.
"Bisnis perkebunan di Indonesia seperti judul lagu Rhoma Irama yaitu Perjuangan dan Doa. Hal ini karena 60% hanya bisa kita berdoa sedangkan 40% kita usahakan bagaimana caranya," ungkap Deputi Industri Primer Kementerian BUMN Muhammad Zamkani saat Konferensi Pers GPI Conex, forum pertemuan internasional bagi seluruh stakeholder industri perkebunan di Aula Kantor Kementerian BUMN, Lantai 21 Jakarta, Kamis (21/11/2013).
Ia menuturkan selama beberapa tahun terakhir ini bisnis perkebunan di Indonesia kurang bergairah. Salah satu penyebabnya adalah krisis ekonomi global yang berakibat turunnya nilai atau harga dari komoditas perkebunan tersebut di pasar ekspor.
"2 tahun belakang ini harga komoditas perkebunan selalu turun. Walaupun 2 bulan terakhir nilai kurs rupiah melemah sehingga pengusaha banyak mendapatkan rupiah tetapi tidak menutup harga komoditas perkebunan dunia yang terus turun," tambahnya.
Ditambah lagi dengan perubahan iklim yang berpengaruh terhadap jumlah produksi serta biaya produksi yang terus meningkat, membuat bisnis perkebunan di Indonesia semakin lesu.
"Lalu ada perubahan musim. Kadang-kadang musim di kita ini terlalu banyak hujan tetapi kurang hujan. Yang benar yang mana sehingga kita perlu penyesuaian dengan alam dan cuaca yang sudah berubah. Kemudian di tengah upah minimum provinsi (UMP) yang selalu naik, BBM juga sama serta biaya listrik sehingga praktis biaya internal perusahaan banyak yang dikeluarkan," katanya.
Mau tidak mau perusahaan perkebunan bisa menyesuaikan dengan kondisi yang ada. Ia memberi masukan cara yang bisa dilakukan adalah dengan pengembangan teknologi dan inovasi agar perusahaan dapat bertahan di tengah ketidakpastian perekonomian global dan biaya produksi yang terus naik.
"Yang harus dilakukan perusahaan perkebunan adalah efektivitas cost yang menambah produktivitas. Selain tentunya rujukan atas penemuan dan inovasi baru," jelasnya.
(wij/hen)
Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!
"Bisnis perkebunan di Indonesia seperti judul lagu Rhoma Irama yaitu Perjuangan dan Doa. Hal ini karena 60% hanya bisa kita berdoa sedangkan 40% kita usahakan bagaimana caranya," ungkap Deputi Industri Primer Kementerian BUMN Muhammad Zamkani saat Konferensi Pers GPI Conex, forum pertemuan internasional bagi seluruh stakeholder industri perkebunan di Aula Kantor Kementerian BUMN, Lantai 21 Jakarta, Kamis (21/11/2013).
Ia menuturkan selama beberapa tahun terakhir ini bisnis perkebunan di Indonesia kurang bergairah. Salah satu penyebabnya adalah krisis ekonomi global yang berakibat turunnya nilai atau harga dari komoditas perkebunan tersebut di pasar ekspor.
"2 tahun belakang ini harga komoditas perkebunan selalu turun. Walaupun 2 bulan terakhir nilai kurs rupiah melemah sehingga pengusaha banyak mendapatkan rupiah tetapi tidak menutup harga komoditas perkebunan dunia yang terus turun," tambahnya.
Ditambah lagi dengan perubahan iklim yang berpengaruh terhadap jumlah produksi serta biaya produksi yang terus meningkat, membuat bisnis perkebunan di Indonesia semakin lesu.
"Lalu ada perubahan musim. Kadang-kadang musim di kita ini terlalu banyak hujan tetapi kurang hujan. Yang benar yang mana sehingga kita perlu penyesuaian dengan alam dan cuaca yang sudah berubah. Kemudian di tengah upah minimum provinsi (UMP) yang selalu naik, BBM juga sama serta biaya listrik sehingga praktis biaya internal perusahaan banyak yang dikeluarkan," katanya.
Mau tidak mau perusahaan perkebunan bisa menyesuaikan dengan kondisi yang ada. Ia memberi masukan cara yang bisa dilakukan adalah dengan pengembangan teknologi dan inovasi agar perusahaan dapat bertahan di tengah ketidakpastian perekonomian global dan biaya produksi yang terus naik.
"Yang harus dilakukan perusahaan perkebunan adalah efektivitas cost yang menambah produktivitas. Selain tentunya rujukan atas penemuan dan inovasi baru," jelasnya.
(wij/hen)
Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!
Sumber:http://finance.detik.com/read/2013/11/21/104241/2419314/4/cerita-lesunya-bisnis-perkebunan-di-indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar