Sabtu, 28 Juni 2014

Cara Baru Membuahkan Kurma

Berbuahnya kurma di tanahair sejatinya bukan kisah baru. Tujuh tahun silam Trubus mencicip kurma segar di halaman rumah Titi Adi Warsito di Pondokindah, Jakarta Selatan. Bedanya pohon kurma di rumah Titi tingginya 5,5 m. (baca: Kurma Segar dari Halaman Rumah, Trubus September Membuahkan Kurma2006).
Pupuk racikan
Kurma di kediaman dr A Bakarman SpB juga istimewa karena berasal dari pohon muda. Umurnya baru 5 tahun hasil penanaman dari biji. Kurma itu berbuah hasil perangsangan dari pupuk racikan penangkar tanaman buah dan juga staf di Dinas Kehutanan Kabupaten Banyuwangi,        Ir Eko Mulyanto.
Eko meracik beragam unsur hara seperti klor (Cl), mangan (Mn), molibdenum (Mo), boron (Bo), dan kalsium (Ca) dengan asam amino dan zat perangsang tumbuh. Bakarman lalu mengencerkan pupuk itu dengan seember air bersih dan menyiramkan semua pupuk di sekitar pangkal batang kurma.
Dua  bulan berselang, 5 tandan bunga muncul.  Pada Juni—Juli 2012 buah pun matang. Itulah kali pertama Bakarman dan Eko mencicip tamar—sebutan kurma di Timur Tengah—dalam kondisi segar hasil petikan sendiri. Sayangnya, buah kecil-kecil dan sedikit.
Pada akhir September 2012 Eko membuat racikan pupuk serupa sebanyak 20 liter. Nutrisi mengandung unsur Cl, Mn, Mo, Bo, Ca, asam amino, dan benzyl amino klorin dengan komposisi 12 : 10 : 12 : 10 : 10 : 20 : 6. “Saya racik agar semua unsur itu tersedia dalam bentuk ion sehingga mudah diserap tanaman,” katanya. Eko juga menambahkan sedikit tembaga (Cu), magnesium (Mg), belerang (S), kalium (K), seng (Zn), besi (Fe), dan fosfor (P). Eko lalu menyiramkan ramuan di sekitar pangkal batang kurma.
Dalam meracik nutrisi, Eko memilih beberapa unsur dengan bilangan oksidasi tinggi. Misal, Cl yang bersifat sebagai oksidator diambil bukan dari KCl (kalium klorida) tetapi dari KClO3 (potasium klorat). Yang disebut pertama  memiliki bilangan oksidasi -1, sedangkan yang kedua 3. “Di dalam tanaman potasium klorat lebih tidak stabil sehingga begitu dikombinasi dengan pupuk mikro dan asam amino akan memicu produksi senyawa florigen yang merangsang pembungaan,” katanya. Selama ini potasium klorat juga dikenal sebagai perangsang lengkeng itoh.
Benar saja dua bulan berselang pada Desember 2012, pohon mulai berbunga. Dua bulan berikutnya buah pohon anggota famili Arecaceae itu  mulai  tua meski belum matang penuh. Ukuran buah pun lebih besar daripada buah pertama. “Buah sudah terasa manis meski belum matang optimal. Buah pun tanpa biji,” kata Eko. Kali ini Eko juga menyiramkan ramuan pupuk ke kurma lain di belakang rumah Bakarman. Pohon kedua pun terpicu mengeluarkan tandan bunga. Sayang, bunga tak berkembang menjadi buah karena ternyata pohon kedua tergolong bunga jantan.
“Ini benar-benar bukti sekarang kurma bisa dirangsang berbunga,” kata Lutfi yang gemar mengamati bunga beragam buah-buahan seperti bunga durian, cempedak, dan nangka.  Sejatinya kurma berbuah pendek bukan hanya di Banyuwangi. Pada Mei 2012, Syamsul Asinar Radjam, praktikus buah di Kabupaten Sukabumi,  Provinsi Jawa Barat, mengabarkan kurma yang ditanam pamannya, Taswin di Prabumulih, Provinsi Sumatera Selatan, juga berbuah meski tingginya belum genap 1 m. Sayang, persentasi bunga yang menjadi buah kecil. “Hanya beberapa buah yang jadi. Dalam satu tandan paling 3—5 buah saja,” kata Syamsul.
Berumah dua
Menurut Gregori Garnadi Hambali, pakar buah di Bogor, Jawa Barat, selama ini kurma yang berbuah di tanahair berukuran mini. Paling sebesar ujung ibu jari orang dewasa dan tak berbiji. Padahal, kurma segar di Israel hampir sama dengan telur ayam kampung. Kurma tanpa biji lantaran buah muncul bukan hasil perkawinan bunga jantan dan betina. Buah berasal dari pohon yang bersifat partenokarpi. Artinya, pohon mampu membentuk buah tanpa ada penyerbukan jantan pada betina.
Itu karena sebetulnya kurma tergolong berumah dua yaitu hanya menghasilkan 1 jenis bunga saja. Bunga jantan atau betina. Penyerbukan alami terjadi bila terdapat pohon jantan dan betina di lokasi berdekatan. Di Indonesia kurma sulit berbuah karena kebanyakan ditanam tunggal sehingga penyerbukan tidak terjadi. Menurut Greg Hambali, pada kasus perangsangan bunga yang dilakukan Bakarman dan Eko, peluang memperbaiki kualitas buah lebih besar.
“Bila benar-benar pohon jantan dan betina dapat dirangsang, maka serbuk sari jantan dapat digunakan untuk menyerbuki putik betina. Ukuran, rasa, dan tekstur buah dapat lebih bagus seperti kurma di Timur Tengah dan Kalifornia,” tutur Greg.
Dengan bantuan penyerbukan, satu pohon jantan dapat menyerbuki 100 pohon betina. Di Irak ahli terampil berpengalaman melakukan penyerbukan manual dengan memanjat pohon. Di tanahair  keberhasilan Eko itu tentu saja menjadi kabar gembira bagi dunia buah. Dengan begitu pembuahan buah untuk berbuka puasa itu dapat diatur sesuai keinginan pemilik pohon
Sumber: http://www.pojokalam.com/buah-dan-tanaman-hias/cara-baru-membuahkan-kurma/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Label