Sabtu, 28 Juni 2014

Jangan Tinggalkan Medan, Tanpa Bolu Meranti

Berawal ketika 21 tahun yang lalu, ibu Ayling setiap pagi membuat kue bolu untuk bekal sekolah anak-anaknya yang masih duduk di bangku sekolah dasar. Cita rasa dan aroma kue bolu buatan ibu Ayling pun mulai menyebar mulai dari teman sekolah anak-anaknya, sanak saudara, tetangga hingga ke seluruh kota Medan.
Seiring dengan berjalannya waktu, pesanan demi pesanan pun berdatangan. Ada yang memesan sebagai bekal sekolah, arisan keluarga, hingga oleh-oleh untuk family yang bertandang ke kota Medan. Namun karena Jalan tempat tinggal Ayling dan keluarganya sempit dan buntu, pengambilan pesanan pun dialihkan ke rumah saudaranya di Jalan Meranti. Lokasinya berada di balik gang rumah Ayling.
“Kami tidak membuka gerai sama sekali waktu itu. Kadang-kadang titip ke tante yang rumahnya di Jalan Meranti. Soalnya jalan di rumah tante lebih besar dan bisa dilewati kendaraan,” ucap Ricca anak pertama Ayling kepada Wacana Mitra beberapa waktu lalu. 
Produk awal yang dibuat Ayling terbatas pada empat jenis roll cake yaitu rasa keju, mocca, nanas dan strawberry. Saat itu pembeli masih terbatas pada penduduk sekitar kota Medan.
Dari bekal sarapan untuk keempat anaknya di sekolah, Ayling pun meraih sukses. Dari semula hanya mengonsumsi 1-2 kilogram terigu Segitiga Biru per hari, kini menjadi tidak kurang dari 25 kilogram, atau rata-rata 30 sak per bulannya. Jumlah pemakaian ini menurut  Ricca bisa bertambah lagi  saat musim liburan hari besar keagamaan seperti Lebaran, Natal dan Tahun Baru. “Bisa mencapai 100 kilogram lebih per harinya atau meninggkat sekitar 20 persen dibanding hari biasa,” jelas Ricca.

Usaha Keluarga

Ketika usahanya semakin berkembang dan permintaan semakin banyak, maka agar pelayanan kepada konsumen menjadi lebih lancar, maka pada tahun 2005 mereka membuka toko yang dinamai “Bolu Meranti” di rumah tempat tinggal mereka di Jalan  Kruing No 2-K Medan. Kami tetap memakai nama Bolu Meranti karena bagaimanapun sejak awalnya orang mengenal dengan nama Bolu Meranti yang dulu numpang jualan di Jalan Meranti,” ungkap Ricca yang bertugas untuk mengurusi keuangan usaha Bolu Meranti  “Bahkan kemasan khusus dan diberi label Bolu Meranti ini atas permintaan para pelanggan,” lanjutnya.
Tinggal sebut saja pesanan dari mana, nanti seorang karyawan segera menyiapkan bolu pesanan lengkap dengan kardus yang dirancang special dilengkapi dengan tali kain warna putih sehingga kardus mudah ditenteng.
Kini Bolu Meranti menjadi oleh-oleh khas kebanggaan mereka yang berlibur ke kota Medan. Sering terlihat kotak berwarna kuning dengan tali warna putih menjadi barang bawaaan para penumpang di Bandara Polonia Medan. Bahkan tidak jarang penumpang membawanya dalam beberapa kardus berukuran besar. “Sekarang zamannya Bolu Meranti,” ucap Elita, wartawan Kompas yang sedang mengadakan perjalanan jurnalistik ke kota Medan.
Tak salah memang, saat Wacana Mitra berkunjung ke lokasi, nampak antrean pembeli mencapai puluhan orang. Agar lebih tertib, setiap pembeli yang datang mendapat kupon antrian sekaligus bukti pemesanan. Kendati begitu, Ricca dan adiknya Rissa cukup piawai memimpin karyawannya sehingga pembeli tidak perlu berlama-lama menunggu, hanya sekitar 20 menit panggilan nomor antrian akan terdengar. “Bisa juga dengan cara pesan lewat telepon sehari sebelumnya,” saran Rissa yang lebih banyak mengurusi produksi.
Untuk mendapatkan bolu yang diinginkan dalam keadaan fresh ada baiknya melakukan pemesanan di muka melalui telepon, karena jika mendadak datang langsung bisa dipastikan tidak banyak pilihan karena sudah diborong orang lewat pesanan telepon. “Memang kami punya konsep untuk menjual bolu gulung fresh,” lanjut Rissa.
Kini Ibu Ayling sendiri sudah tidak banyak terlibat secara langsung. Berkat hobinya membuat cake sejak masih muda telah berhasil menorehkan sukses besar dan menjadi usaha keluarga. Kalau kedua putrinya Ricca dan Rissa lebih banyak mengurus masalah keuangan dan produksi, dua putranya, Kusno dan Tomy bertanggungjawab mengurus distribusi dan pengadaan bahan.
Memang sejak kecil, keempat anak Ayling sudah terbiasa membantu menerima pesanan kue. ”Ini semua bukan proses yang singkat, tetapi melalui perjalanan serta pengorbanan panjang dan tentunya menjadi berkat yang pantas kami syukuri,” kenang Ricca.
Dalam perjalanan usahanya, Bolu Meranti terus mengembangkan resep. Ada 6 ukuran bolu gulung buatan Meranti, antara lain bolu gulung 3 in 1, bolu gulung standar, bolu gulung meses, bolu gulung topping keju, bolu gulung topping kacang, dan bolu gulung spesial. Mengenai variasi rasa, ada delapan citarasa yang disajikan yakni cokelat, pandan, keju, moka, nanas, kacang, abon, dan blueberry. Harganya pun relatif terjangkau dari Rp 40 ribu sampai Rp 70 ribu.
Menarik. Jadi jangan tinggalkan Kota Medan tanpa kesan. Tanpa Bolu Meranti. Begitulah pesan dalam layanan brosur Bolu Meranti. (RAP)
 Sumber:"http://www.bogasari.com/zona-mitra/baca-testimoni.aspx?t=jangan-tinggalkan-medan--tanpa-bolu-meranti

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Label