Suatu
pelajaran yang berharga hanya karena iseng bertanya. Sebenarnya ga
iseng sih, saya memang suka bertanya untuk riset market di lapangan dan
juga kejadian nyata di sekitar tentang kehidupan. :P
Jadi kalau saya lagi berpergian, saya
selalu bawa notes baik di tab, blackberry atau apapun kejadian yang
terjadi atau pada saat saya tanya-tanya, selalu saya catat sebagai
evaluasi. Karena dari hal kecil tersebut, akan ada pelajaran-pelajaran
berharga yang sangat jarang ditemukan.
Kemarin tepatnya hari Senin tanggal 24
Juni 2013, kebetulan saya memang telah menyiapkan waktu untuk melihat
pameran-pameran serta mencari peluang-peluang yang ada di PRJ.
Awalnya saya berpikir bahwa PRJ akan buka
jam 11 siang sampai jam 10 malam, ternyata setelah sampai, PRJ buka jam
4 sore sampai jam 10 malam.
Sambil menunggu jam 4 sore, akhirnya saya melirik salah satu pedagang kerak telur dan mencoba makanan khas betawi tersebut.
Sambil makan, saya iseng bertanya-tanya
kepada pak Yunus, nama pedagang kerak telur yang saya makan. Dan dari
pertanyaan serta jawaban, saya sedikit terkejut karena ternyata
penghasilan pak Yunus mampu mencapai minimal 9 juta per bulan dengan
asumsi keuntungan bersih sehari Rp. 300.000,-.
Rangkuman Pertanyaan dan Jawaban
Sudah berapa lama bapak jualan Kerak Telur?
Pak Yunus: Kurang lebih 15 tahun, mas.
Apakah ini usaha sendiri atau lanjutan dari orang tua atau sewa dengan setoran?.
Pak Yunus:
Alhamdullilah, ini usaha saya sendiri berdasarkan pesan dari almarhum
ayah saya. Beliau ingin ada yang melanjutkan usaha kerak telur ini untuk
memperkenalkan makanan khas betawi kepada masyarakat, mas.
Apakah berarti, sekeluarga pak Yunus berdagang Kerak Telur?.
Pak Yunus: Oh tidak,
mas. Hanya saya saja. Kedua adik saya masih harus lanjut kuliah. Saya
tidak ingin mereka seperti saya yang putus sekolah.
Maaf pak, kalau boleh saya tahu, Pak Yunus lulusan apa?.
Pak Yunus: saya hanya sampai bangku SMP dan itu pun tidak lulus. Karena dulu saya nakal, suka ikut tawuran, bolos, dan lainnya, mas.
Apakah biaya sekolah dan kuliah kedua adik pak Yunus, bapak yang biayai?
Pak Yunus: Benar mas,
saya berusaha agar mereka tidak menjadi seperti saya. Bila perlu, saya
akan berjuang untuk adik-adik saya agar mereka mendapatkan pendidikan
terbaik walaupun tidak di tempat kuliah atau sekolah terbaik.
Oh ya, pak Yunus sudah menikah atau belum?.
Pak Yunus: Wah saya sudah punya 3 orang anak, mas.
Lho? Uda punya 3 anak pak?. Wajahnya tidak kelihatan memiliki 3 orang anak. Hehehe
Pak Yunus: wah mas bisa saja.
Kalau boleh saya tahu, berapa penghasilan paling sepi dan paling rame yang pernah pak Yunus dapatkan?
Pak Yunus: Tergantung
mas, tapi saya ambil tengahnya saja ya. Kurang lebih bersih dari
penjualan kerak telur untuk sehari Rp. 300.000,- masih bisa saya bawa
pulang.
Berarti dalam sebulan pak Yunus menghasilkan kurang lebih Rp. 9.000.000,-?.
Pak Yunus: masa sih mas?. Saya hanya tahu memutar balikan modal dan menutupi biaa keluarga dan jualan saya.
Apakah sebelum usaha Kerak Telur,
pak Yunus pernah bekerja atau melamar pekerjaan?. Soalnya dari cara
bicara pak Yunus, pernah bekerja sebagai asuransi ya?.
Pak Yunus: Lho?. Benar
mas!. Kok mas bisa tahu kalau saya pernah kerja di asuransi. Jadi, dulu
saya pernah cari-cari orang untuk gabung dalam asuransi, tapi ya begitu.
Pakaian boleh rapi tapi dompet saya kosong, buat apa cuman keren tapi
kere. Hehehe.
Kenapa pak Yunus tidak mencoba lagi untuk jadi agen asuransi?
Pak Yunus: saya hanya
menuruti pesan almarhum ayah saya, mas. Dan kehidupan saya sudah
terbukti bahwa kerak telur mampu menghidupi saya dan keluarga saya.
Oh gitu. Apakah ada pesan dari pak Yunus untuk anak muda sekarang dalam hal wirausaha?.
Pak Yunus: Ada mas. Pesan saya adalah selagi masih mudah, belajarlah setinggi mungkin dan jangan foya-foya. Saya
banyak melihat anak muda yang baru berpakaian rapih sedikit tapi uda
belagu. Padahal banyak hutangnya dengan kartu kredit atau pun masih
menggunakan keuangan orang tuanya. Yang kedua, menurut saya kalau
bisa, kuliah sambil berbisnis, maka akan lebih baik mas. Jangan sampai
seperti saya yang menyesal karena tidak belajar dengan baik.
Apakah ada pesan Pak Yunus untuk pemerintahan terhadap UKM atau pedagang kecil?
Pak Yunus: sangat ada
mas!. Saya akan berterima kasih ke mas kalau bisa menyampaikan suara
saya yang mungkin mewakili pedagang disini juga. Pesan saya, kita
sebagai pedagang kecil juga manusia. Khususnya KamTib, kalau melarang
jualan, cukup bicarakan tanpa harus merusak gerobak atau alat jualan
kami. Dan kalau memang sudah usir, jangan minta uang ke kami lagi.
Lho? Mereka minta uang lagi pak?
Pak Yunus: iya mas, mereka suka minta tebusan. Saya pernah kena 1,5juta untuk menebus gerobak kerak telur saya yang sudah di sita mereka.
Setelah selesai tanya jawab, saya pun
membayar makanan kerak telur seharga Rp. 20.000,- dan gantian si pak
Yunus yang nanya ke saya. :P
Pak Yunus: maaf, mas wartawan ya?
Saya: Oh bukan pak. Saya
hanya pengunjung biasa yang suka bertanya-tanya pak. Saya memang
memiliki keingin-tahuan akan dunia wirausaha dari kecil hingga besar
pak.
Setelah satu pertanyaan, pak Yunus pun
memberikan kembalian uang yang saya keluarkan dan saya pun mengucapkan
terima kasih dan mulai masuk ke arena PRJ.
Seorang pedangan Kerak Telur, yang
kesehariannya adalah memasak kerak telur dan berlari membawa gerobak
kerak telur, mampu membiayai kedua adiknya ditambah keluarganya yang
memiliki tiga anak.
Terkadang kita tidak menyadari bahwa
mereka, pedagang kecil adalah seorang Entrepreneur juga. Mereka berusaha
dan berjuang sendiri tanpa melamar di sebuah perusahaan. Jiwa
Entrepreneur mereka lebih besar daripada kebanyakan orang yang sering
bertanya dan mengeluh “Ga ada modal”, “Belajar dulu”, “Ngumpulin modal”
dan sebagainya.
Semoga dapat memberikan inspirasi bagi Anda dan khususnya anak muda Indonesia yang ingin menjadi Entrepreneur.
Sumber: http://andhikawijayas.wordpress.com/2013/06/26/belajar-dari-pak-yunus-pedagang-kerak-telur-omzet-9-juta-per-bulan/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar