1. SEJARAH SINGKAT
Sapi yang ada sekarang ini berasal dari
Homacodontidae yang dijumpai pada babak Palaeoceen. Jenis-jenis
primitifnya ditemukan pada babak Plioceen di India. Sapi Bali yang
banyak dijadikan komoditi daging/sapi potong pada awalnya dikembangkan
di Bali dan kemudian menyebar ke beberapa wilayah seperti: Nusa Tenggara
Barat (NTB), Sulawesi.
2. SENTRA PETERNAKAN
Sapi Bali, sapi Ongole, sapi PO
(peranakan ongole) dan sapi Madura banyak terdapat di wilayah Nusa
Tenggara Barat (NTB), Sulawesi. Sapi jenis Aberdeen angus banyak
terdapat di Skotlandia.
Sapi Simental banyak terdapat di Swiss. Sapi Brahman berasal dari India dan banyak dikembangkan di Amerika.
3. J E N I S
Jenis-jenis sapi potong yang terdapat di
Indonesia saat ini adalah sapi asli Indonesia dan sapi yang diimpor.
Dari jenis-jenis sapi potong itu, masing-masing mempunyai sifat-sifat
yang khas, baik ditinjau dari bentuk luarnya (ukuran tubuh, warna bulu)
maupun dari genetiknya (laju pertumbuhan).
Sapi-sapi Indonesia yang dijadikan
sumber daging adalah sapi Bali, sapi Ongole, sapi PO (peranakan ongole)
dan sapi Madura. Selain itu juga sapi
Aceh yang banyak diekspor ke Malaysia
(Pinang). Dari populasi sapi potong yang ada, yang penyebarannya
dianggap merata masing-masing adalah: sapi Bali, sapi PO, Madura dan
Brahman.
Sapi Bali berat badan mencapai 300-400
kg. dan persentase karkasnya 56,9%. Sapi Aberdeen angus (Skotlandia)
bulu berwarna hitam, tidak bertanduk, bentuk tubuh rata seperti papan
dan dagingnya padat, berat badan umur 1,5 tahun dapat mencapai 650 kg,
sehingga lebih cocok untuk dipelihara sebagai sapi potong. Sapi Simental
(Swiss) bertanduk kecil, bulu berwarna coklat muda atau
kekuning-kuningan. Pada bagian muka, lutut kebawah dan jenis gelambir,
ujung ekor berwarna putih.
Sapi Brahman (dari India), banyak
dikembangkan di Amerika. Persentase karkasnya 45%. Keistimewaan sapi ini
tidak terlalu selektif terhadap pakan yang diberikan, jenis pakan
(rumput dan pakan tambahan) apapun akan dimakannya, termasuk pakan yang
jelek sekalipun. Sapi potong ini juga lebih kebal terhadap gigitan
caplak dan nyamuk serta tahan panas.
4. MANFAAT
Memelihara sapi potong sangat
menguntungkan, karena tidak hanya menghasilkan daging dan susu, tetapi
juga menghasilkan pupuk kandang dan
sebagai tenaga kerja. Sapi juga dapat
digunakan meranih gerobak, kotoran sapi juga mempunyai nilai ekonomis,
karena termasuk pupuk organik yang dibutuhkan oleh semua jenis tumbuhan.
Kotoran sapi dapat menjadi sumber hara yang dapat memperbaiki struktur
tanah sehingga menjadi lebih gembur dan subur.
Semua organ tubuh sapi dapat dimanfaatkan antara lain:
1) Kulit, sebagai bahan industri tas, sepatu, ikat pinggang, topi, jaket.
2) Tulang, dapat diolah menjadi bahan bahan perekat/lem, tepung tulang dan barang kerajinan
3) Tanduk, digunakan sebagai bahan
kerajinan seperti: sisir, hiasan dinding dan masih banyak manfaat sapi
bagi kepentingan manusia.
5. PERSYARATAN LOKASI
Lokasi yang ideal untuk membangun
kandang adalah daerah yang letaknya cukup jauh dari pemukiman penduduk
tetapi mudah dicapai oleh kendaraan. Kandang harus terpisah dari rumah
tinggal dengan jarak minimal 10 meter dan sinar matahari harus dapat
menembus pelataran kandang serta dekat dengan lahan pertanian.
Pembuatannya dapat dilakukan secara berkelompok di tengah sawah atau
ladang.
6. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
6.1. Penyiapan Sarana dan Peralatan
Kandang dapat dibuat dalam bentuk ganda
atau tunggal, tergantung dari jumlah sapi yang dimiliki. Pada kandang
tipe tunggal, penempatan sapi dilakukan pada satu baris atau satu
jajaran, sementara kandang yang bertipe ganda penempatannya dilakukan
pada dua jajaran yang saling berhadapan atau saling bertolak belakang.
Diantara kedua jajaran tersebut biasanya dibuat jalur untuk jalan.
Pembuatan kandang untuk tujuan
penggemukan (kereman) biasanya berbentuk tunggal apabila kapasitas
ternak yang dipelihara hanya sedikit. Namun, apabila kegiatan
penggemukan sapi ditujukan untuk komersial, ukuran kandang harus lebih
luas dan lebih besar sehingga dapat menampung jumlah sapi yang lebih
banyak.
Lantai kandang harus diusahakan tetap
bersih guna mencegah timbulnya berbagai penyakit. Lantai terbuat dari
tanah padat atau semen, dan mudah dibersihkan dari kotoran sapi. Lantai
tanah dialasi dengan jerami kering sebagai alas kandang yang hangat.
Seluruh bagian kandang dan peralatan
yang pernah dipakai harus disuci hamakan terlebih dahulu dengan
desinfektan, seperti creolin, lysol, dan bahanbahan lainnya.
Ukuran kandang yang dibuat untuk seekor
sapi jantan dewasa adalah 1,5x2 m atau 2,5x2 m, sedangkan untuk sapi
betina dewasa adalah 1,8x2 m dan untuk anak sapi cukup 1,5x1 m per ekor,
dengan tinggi atas + 2-2,5 m dari tanah. Temperatur di sekitar kandang
25-40 derajat C (rata-rata 33 derajat C) dan kelembaban 75%. Lokasi
pemeliharaan dapat dilakukan pada dataran rendah (100-500 m) hingga
dataran tinggi (> 500 m).
Kandang untuk pemeliharaan sapi harus
bersih dan tidak lembab. Pembuatan kandang harus memperhatikan beberapa
persyaratan pokok yang meliputi konstruksi, letak, ukuran dan
perlengkapan kandang.
1) Konstruksi dan letak kandang
Konstruksi kandang sapi seperti rumah
kayu. Atap kandang berbentuk kuncup dan salah satu/kedua sisinya miring.
Lantai kandang dibuat padat, lebih tinggi dari pada tanah sekelilingnya
dan agak miring kearah selokan di luar kandang. Maksudnya adalah agar
air yang tampak, termasuk kencing
sapi mudah mengalir ke luar lantai kandang tetap kering.
Bahan konstruksi kandang adalah kayu gelondongan/papan yang berasal
dari kayu yang kuat. Kandang sapi tidak boleh tertutup rapat, tetapi agak
terbuka agar sirkulasi udara didalamnya lancar.
Termasuk dalam rangkaian penyediaan pakan sapi adalah air minum yang
bersih. Air minum diberikan secara ad libitum, artinya harus tersedia dan
tidak boleh kehabisan setiap saat.
Kandang harus terpisah dari rumah tinggal dengan jarak minimal 10 meter
dan sinar matahari harus dapat menembus pelataran kandang. Pembuatan
kandang sapi dapat dilakukan secara berkelompok di tengah sawah/ladang.
2) Ukuran Kandang
Sebelum membuat kandang sebaiknya
diperhitungkan lebih dulu jumlah sapi yang akan dipelihara. Ukuran
kandang untuk seekor sapi jantan dewasa adalah 1,5 x 2 m. Sedangkan
untuk seekor sapi betina dewasa adalah 1,8 x 2 m dan untuk seekor anak
sapi cukup 1,5x1 m.
3) Perlengkapan Kandang
Termasuk dalam perlengkapan kandang
adalah tempat pakan dan minum, yang sebaiknya dibuat di luar kandang,
tetapi masih dibawah atap. Tempat pakan dibuat agak lebih tinggi agar
pakan yang diberikan tidak diinjak-injak/ tercampur kotoran. Tempat air
minum sebaiknya dibuat permanen berupa bak semen dan sedikit lebih
tinggi dari pada permukaan lantai.
Dengan demikian kotoran dan air kencing
tidak tercampur didalamnya. Perlengkapan lain yang perlu disediakan
adalah sapu, sikat, sekop, sabit, dan tempat untuk memandikan sapi.
Semua peralatan tersebut adalah untuk membersihkan kandang agar sapi
terhindar dari gangguan penyakit sekaligus bisa dipakai untuk memandikan
sapi.
6.2. Pembibitan
Syarat ternak yang harus diperhatikan adalah:
1) Mempunyai tanda telinga, artinya pedet tersebut telah terdaftar dan lengkap silsilahnya.
2) Matanya tampak cerah dan bersih.
3) Tidak terdapat tanda-tanda sering butuh, terganggu pernafasannya serta dari hidung tidak keluar lendir.
4) Kukunya tidak terasa panas bila diraba.
5) Tidak terlihat adanya eksternal parasit pada kulit dan bulunya.
6) Tidak terdapat adanya tanda-tanda mencret pada bagian ekor dan dubur.
7) Tidak ada tanda-tanda kerusakan kulit dan kerontokan bulu.
8) Pusarnya bersih dan kering, bila masih lunak dan tidak berbulu menandakan bahwa pedet masih berumur kurang lebih dua hari.
Untuk menghasilkan daging, pilihlah tipe
sapi yang cocok yaitu jenis sapi Bali, sapi Brahman, sapi PO, dan sapi
yang cocok serta banyak dijumpai di daerah setempat. Ciri-ciri sapi
potong tipe pedaging adalah sebagai berikut:
1) tubuh dalam, besar, berbentuk persegi empat/bola.
2) kualitas dagingnya maksimum dan mudah dipasarkan.
3) laju pertumbuhannya relatif cepat.
4) efisiensi bahannya tinggi.
6.3. Pemeliharaan
Pemeliharaan sapi potong mencakup
penyediaan pakan (ransum) dan pengelolaan kandang. Fungsi kandang dalam
pemeliharaan sapi adalah :
a) Melindungi sapi dari hujan dan panas matahari.
b) Mempermudah perawatan dan pemantauan.
c) Menjaga keamanan dan kesehatan sapi.
Pakan merupakan sumber energi utama
untuk pertumbuhan dan pembangkit tenaga. Makin baik mutu dan jumlah
pakan yang diberikan, makin besar tenaga yang ditimbulkan dan masih
besar pula energi yang tersimpan dalam bentuk daging.
1. Sanitasi dan Tindakan Preventif
Pada pemeliharaan secara intensif
sapi-sapi dikandangkan sehingga peternak mudah mengawasinya, sementara
pemeliharaan secara ekstensif pengawasannya sulit dilakukan karena
sapi-sapi yang dipelihara dibiarkan hidup bebas.
2. Pemberian Pakan
Pada umumnya, setiap sapi membutuhkan
makanan berupa hijauan. Sapi dalam masa pertumbuhan, sedang menyusui,
dan supaya tidak jenuh memerlukan pakan yang memadai dari segi kualitas
maupun kuantitasnya.
Pemberian pakan dapat dilakukan dengan 3
cara: yaitu penggembalaan (Pasture fattening), kereman (dry lot
faatening) dan kombinasi cara pertama dan kedua.
Penggembalaan dilakukan dengan melepas
sapi-sapi di padang rumput, yang biasanya dilakukan di daerah yang
mempunyai tempat penggembalaan cukup luas, dan memerlukan waktu sekitar
5-7 jam per hari. Dengan cara ini, maka tidak memerlukan ransum tambahan
pakan penguat karena sapi telah memakan bermacam-macam jenis rumput.
Pakan dapat diberikan dengan cara
dijatah/disuguhkan yang yang dikenal dengan istilah kereman. Sapi yang
dikandangkan dan pakan diperoleh dari ladang, sawah/tempat lain. Setiap
hari sapi memerlukan pakan kira-kira sebanyak 10% dari berat badannya
dan juga pakan tambahan 1% - 2% dari berat badan. Ransum tambahan berupa
dedak halus atau bekatul, bungkil kelapa, gaplek, ampas tahu. yang
diberikan dengan cara dicampurkan dalam rumput ditempat pakan. Selain
itu, dapat ditambah mineral sebagai penguat berupa garam dapur, kapus.
Pakan sapi dalam bentuk campuran dengan jumlah dan perbandingan tertentu
ini dikenal dengan istilah ransum.
Pemberian pakan sapi yang terbaik adalah kombinasi antara penggembalaan dan keraman. Menurut keadaannya, jenis hijauan dibagi
menjadi 3 katagori, yaitu hijauan segar,
hijauan kering, dan silase. Macam hijauan segar adalah rumput-rumputan,
kacang-kacangan (legu minosa) dan tanaman hijau lainnya. Rumput yang
baik untuk pakan sapi adalah rumput gajah, rumput raja (king grass),
daun turi, daun lamtoro.
Hijauan kering berasal dari hijauan
segar yang sengaja dikeringkan dengan tujuan agar tahan disimpan lebih
lama. Termasuk dalam hijauan kering adalah jerami padi, jerami kacang
tanah, jerami jagung, dsb. yang biasa digunakan pada musim kemarau.
Hijauan ini tergolong jenis pakan yang banyak mengandung serat kasar.
Hijauan segar dapat diawetkan menjadi
silase. Secara singkat pembuatan silase ini dapat dijelaskan sebagai
berikut: hijauan yang akan dibuat silase ditutup rapat, sehingga terjadi
proses fermentasi. Hasil dari proses inilah yang disebut silase.
Contoh-contoh silase yang telah memasyarakat antara lain silase jagung,
silase rumput, silase jerami padi, dll.
3. Pemeliharaan Kandang
Kotoran ditimbun di tempat lain agar
mengalami proses fermentasi (+1-2 minggu) dan berubah menjadi pupuk
kandang yang sudah matang dan baik. Kandang sapi tidak boleh tertutup
rapat (agak terbuka) agar sirkulasi udara didalamnya berjalan lancar.
Air minum yang bersih harus tersedia
setiap saat. Tempat pakan dan minum sebaiknya dibuat di luar kandang
tetapi masih di bawah atap. Tempat pakan dibuat agak lebih tinggi agar
pakan yang diberikan tidak diinjak-injak atau tercampur dengan kotoran.
Sementara tempat air minum sebaiknya dibuat permanen berupa bak semen
dan sedikit lebih tinggi daripada permukaan lantai. Sediakan pula
peralatan untuk memandikan sapi.
7. HAMA DAN PENYAKIT
7.1. Penyakit
1. Penyakit antraks
Penyebab: Bacillus anthracis yang menular melalui kontak langsung, makanan/minuman atau pernafasan.
Gejala: (1) demam tinggi, badan lemah
dan gemetar; (2) gangguan pernafasan; (3) pembengkakan pada kelenjar
dada, leher, alat kelamin dan badan penuh bisul; (4) kadang-kadang darah
berwarna merah hitam yang keluar melalui hidung, telinga, mulut, anus
dan vagina; (5) kotoran ternak cair dan sering bercampur darah; (6)
limpa bengkak dan berwarna kehitaman.
Pengendalian: vaksinasi, pengobatan antibiotika, mengisolasi sapi yang terinfeksi serta mengubur/membakar sapi yang mati.
2. Penyakit mulut dan kuku (PMK) atau penyakit Apthae epizootica (AE)
Penyebab: virus ini menular melalui
kontak langsung melalui air kencing, air susu, air liur dan benda lain
yang tercemar kuman AE.
Gejala: (1) rongga mulut, lidah, dan
telapak kaki atau tracak melepuh serta terdapat tonjolan bulat berisi
cairan yang bening; (2) demam atau panas, suhu badan menurun drastis;
(3) nafsu makan menurun bahkan tidak mau makan sama sekali; (4) air liur
keluar berlebihan.
Pengendalian: vaksinasi dan sapi yang sakit diasingkan dan diobati secara terpisah.
3. Penyakit ngorok/mendekur atau penyakit Septichaema epizootica (SE)
Penyebab: bakteri Pasturella multocida. Penularannya melalui makanan dan minuman yang tercemar bakteri.
Gejala: (1) kulit kepala dan selaput
lendir lidah membengkak, berwarna merah dan kebiruan; (2) leher, anus,
dan vulva membengkak; (3) paru-paru meradang, selaput lendir usus dan
perut masam dan berwarna merah tua; (4) demam dan sulit bernafas
sehingga mirip orang yang ngorok. Dalam keadaan sangat parah, sapi akan
mati dalam waktu antara 12-36 jam.
Pengendalian: vaksinasi anti SE dan diberi antibiotika atau sulfa.
4. Penyakit radang kuku atau kuku busuk (foot rot)
Penyakit ini menyerang sapi yang dipelihara dalam kandang yang basah dan kotor.
Gejala: (1) mula-mula sekitar celah kuku
bengkak dan mengeluarkan cairan putih keruh; (2) kulit kuku mengelupas;
(3) tumbuh benjolan yang menimbulkan rasa sakit; (4) sapi pincang dan
akhirnya bisa lumpuh.
7.2. Pengendalian
Pengendalian penyakit sapi yang paling
baik menjaga kesehatan sapi dengan tindakan pencegahan. Tindakan
pencegahan untuk menjaga kesehatan sapi adalah:
1. Menjaga kebersihan kandang beserta peralatannya, termasuk memandikan sapi.
2. Sapi yang sakit dipisahkan dengan sapi sehat dan segera dilakukan pengobatan.
3. Mengusakan lantai kandang selalu kering.
4. Memeriksa kesehatan sapi secara teratur dan dilakukan vaksinasi sesuai petunjuk.
8. P A N E N
8.1. Hasil Utama
Hasil utama dari budidaya sapi potong adalah dagingnya
8.2. Hasil Tambahan
Selain daging yang menjadi hasil budidaya, kulit dan kotorannya juga sebagai hasil tambahan dari budidaya sapi potong.
9. PASCA PANEN
9.1. Stoving
Ada beberapa prinsip teknis yang harus diperhatikan dalam pemotongan sapi agar diperoleh hasil pemotongan yang baik, yaitu:
1. Ternak sapi harus diistirahatkan sebelum pemotongan
2. Ternak sapi harus bersih, bebas dari tanah dan kotoran lain yang dapat mencemari daging.
3. Pemotongan ternak harus dilakukan
secepat mungkin, dan rasa sakit yang diderita ternak diusahakan sekecil
mungkin dan darah harus keluar secara tuntas.
4. Semua proses yang digunakan harus dirancang untuk mengurangi jumlah dan jenis mikroorganisme pencemar seminimal mungkin.
9.2. Pengulitan
Pengulitan pada sapi yang telah
disembelih dapat dilakukan dengan menggunakan pisau tumpul atau kikir
agar kulit tidak rusak. Kulit sapi
dibersihkan dari daging, lemak, noda
darah atau kotoran yang menempel. Jika sudah bersih, dengan alat
perentang yang dibuat dari kayu, kulit sapi dijemur dalam keadaan
terbentang. Posisi yang paling baik untuk penjemuran dengan sinar
matahari adalah dalam posisi sudut 45 derajat.
9.3. Pengeluaran Jeroan
Setelah sapi dikuliti, isi perut
(visceral) atau yang sering disebut dengan jeroan dikeluarkan dengan
cara menyayat karkas (daging) pada bagian perut sapi.
9.4. Pemotongan Karkas
Akhir dari suatu peternakan sapi potong
adalah menghasilkan karkas berkualitas dan berkuantitas tinggi sehingga
recahan daging yang dapat dikonsumsipun tinggi. Seekor ternak sapi
dianggap baik apabila dapat menghasilkan karkas sebesar 59% dari bobot
tubuh sapi tersebut dan akhirnya akan diperoleh 46,50% recahan daging
yang dapat dikonsumsi. Sehingga dapat dikatakan bahwa dari seekor sapi
yang dipotong tidak akan seluruhnya menjadi karkas dan dari seluruh
karkas tidak akan seluruhnya menghasilkan daging yang dapat dikonsumsi
manusia. Oleh karena itu, untuk menduga hasil karkas dan daging yang
akan diperoleh, dilakukan penilaian dahulu sebelum ternak sapi potong.
Di negara maju terdapat spesifikasi untuk pengkelasan (grading) terhadap
steer, heifer dan cow yang akan dipotong.
Karkas dibelah menjadi dua bagian yaitu
karkas tubuh bagian kiri dan karkas tubuh bagian kanan. Karkas
dipotong-potong menjadi sub-bagian leher, paha depan, paha belakang,
rusuk dan punggung. Potongan tersebut dipisahkan menjadi komponen
daging, lemak, tulang dan tendon. Pemotongan karkas harus mendapat
penanganan yang baik supaya tidak cepat menjadi rusak, terutama kualitas
dan hygienitasnya. Sebab kondisi karkas dipengaruhi oleh peran
mikroorganisme selama proses pemotongan dan pengeluaran jeroan.
Daging dari karkas mempunyai beberapa
golongan kualitas kelas sesuai dengan lokasinya pada rangka tubuh.
Daging kualitas pertama adalah daging di daerah paha (round) kurang
lebih 20%, nomor dua adalah daging daerah pinggang (loin), lebih kurang
17%, nomor tiga adalah daging daerah punggung dan tulang rusuk (rib)
kurang lebih 9%, nomor empat adalah daging daerah bahu (chuck) lebih
kurang 26%, nomor lima adalah daging daerah dada (brisk) lebih kurang
5%, nomor enam daging daerah perut (frank) lebih kurang 4%, nomor tujuh
adalah daging daerah rusuk bagian bawah sampai perut bagian bawah (plate
& suet) lebih kurang 11%, dan nomor delapan adalah daging bagian
kaki depan (foreshank) lebih kurang 2,1%. Persentase bagian-bagian dari
karkas tersebut di atas dihitung dari berat karkas (100%).
Persentase recahan karkas dihitung sebagai berikut:
Persentase recahan karkas = Jumlah berat recahan / berat karkas x 100 %
Istilah untuk sisa karkas yang dapat
dimakan disebut edible offal, sedangkan yang tidak dapat dimakan disebut
inedible offal (misalnya: tanduk, bulu, saluran kemih, dan bagian lain
yang tidak dapat dimakan).
10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA TANAMAN
10.1. Analisis Usaha Budidaya
Perkiraan analisis budidaya sapi potong kereman setahun di Bangli skala 25 ekor pada tahun 1999 adalah sebagai berikut:
1) Biaya Produksi
a. Pembelian 25 ekor bakalan : 25 x 250 kg x Rp. 7.800,- Rp. 48.750.000,-
b. Kandang Rp. 1.000.000,-
c. Pakan
- Hijauan: 25 x 35 kg x Rp.37,50 x 365 hari
- Konsentrat: 25 x 2kg x Rp. 410,- x 365 hari
Rp. 12.000.000,-
Rp. 7.482.500,-
d. Retribusi kesehatan ternak: 25 x Rp. 3.000,- Rp. 75.000,-
Jumlah biaya produksi Rp. 69.307.500,-
2) Pendapatan
a. Penjualan sapi kereman
Tambahan >Rp. 75.000,-
Jumlah biaya produksi Rp. 69.307.500,-
2) Pendapatan
a. Penjualan sapi kereman
Tambahan berat badan: 25 x 365 x 0,8 kg = 7.300 kg
Berat sapi setelah setahun: (25 x 250 kg) + 7.300 kg = 13.550 kg
Harga jual sapi hidup: Rp. 8.200,-/kg x 13.550 kg
Rp. 111.110.000,-
b. Penjualan kotoran basah: 25 x 365 x 10 kg x Rp. 12,- Rp. 1.095.000,-
Jumlah pendapatan Rp. 112.205.000,-
3) Keuntungan
a. Tanpa memperhitungkan biaya tenaga internal keuntungan Penggemukan 25 ekor sapi selama setahun. Rp. 42.897.500,-
4) Parameter kelayakan usaha
a. B/C ratio = 1,61
10.2. Gambaran Peluang Agribisnis
Sapi potong mempunyai potensi ekonomi
yang tinggi baik sebagai ternak potong maupun ternak bibit. Selama ini
sapi potong dapat mempunyai kebutuhan daging untuk lokal seperti rumah
tangga, hotel, restoran, industri pengolahan, perdagangan antar pulau.
Pasaran utamanya adalah kota-kota besar seperti kota metropolitan
Jakarta.
Konsumen untuk daging di Indonesia dapat digolongkan ke dalam beberapa segmen yaitu :
a) Konsumen Akhir
Konsumen akhir, atau disebut konsumen
rumah tangga adalah pembeli-pembeli yang membeli untuk memenuhi
kebutuhan dan keinginan individunya. Golongan ini mencakup porsi yang
paling besar dalam konsumsi daging, diperkirakan mencapai 98% dari
konsumsi total.
Sumber :http://epetani.deptan.go.id/budidaya/budidaya-ternak-sapi-potong-7907
Tidak ada komentar:
Posting Komentar