Tanaman aren memperbanyak diri hanya
melalui biji. Karenanya, untuk keperluan budidaya dibutuhkan biji. Biji
yang dipilih untuk pembibitan tentu harus berkualitas baik dan sudah
matang sempurna. Biji untuk pembibitan bisa berasal aren yang keluar
dari perut musang, biji tua hasil pemetikan langsung dari pohon, dan
biji aren tua dari pohon yang ditebang.
Ada beberapa cara dan asal pengumpulan biji untuk persiapan bibit antara lain dengan cara :
a). Pembibitan dan biji yang keluar dari perut musang
Mula–mula direndam dalam air dingin
selama lebih dari kurang 5 menit. Kemudian dibersihkan dan dijemur
sekitar 2 hari. Setelah kering, biji disemaikan dalan polibag yang telah
diisi dengan tanah subur dan gembur (jika perlu bisa dicampur dengan
sedikit pupuk organik) dengan kedalaman sekitar 1 cm. Biasanya dalam
waktu 12-13 hari biji aren mulai berkecambah, yang ditandai dengan
munculnya hipokotil. Selanjutnya setelah 30 hari disemaikan, biji
tersebut muncul ke permukaan tanah polibag. Persentase perkecambah biji
aren dengan cara ini mencapai 80-85 %.
b). Pembibitan biji aren tua yang dipetik langsung dari pohon
Biji Aren yang siap dikecambahkan
Mula-mula biji dipendam di dalan tumpukan
sampah yang masih basah dan sudah agak membusuk , selama lebih kurang
15 hari. Tujuannya, selain untuk memudahkan pengupasan kulit buah juga
untuk merangsang proses fisiologi perkecambah biji. Setelah itu biji
dicuci dengan air dingin dan dikeringkan di bawah panas matahari sekitar
2 hari. Selanjutnya biji di semaikan dalam polibag seperti untuk
penyemaian dari biji yang keluar dari perut musang. Tempat persemaian
sebaiknya dinaungi, bahkan beberapa petani biasa menutupi bedengan,
setelah berkecambah tutup bedengan baru dibuka. Kecambah di dalam
bedengan tetap dinaungi dan disiram secukupnya untuk menjaga kelembaban.
Biasanya setelah 34 hari biji akan mulai berkecambah dan sekitar 2-3
minggu kemudian biji akan muncul kepermukaan tanah polibag. Persentase
perkecambahaan bahan biji dengan cara ini sekitar 45 %.
c). Pembibitan biji aren tua yang berasal dari pohon yang di tebang
Cara ini merupakan modifikasi dari model
pembibitan biji aren yang dipetik langsung dari pohon. Urutannya dimulai
dengan memetik buah, pemendaman, dalam sampah, pengulitan, pembersihan,
dan penjemuran. Sebelum disemaikan, bagian punggung biji diiris (dekat
bakal tunas) selebar kira-kira 5 mm. Selanjutnya biji direndam dalam air
dingin sekitar 24 jam untuk mempercepat proses imbibisi. Setelah itu
biji disemaikan dalam polibag dan biasanya sesudah 16-17 hari mulai
berkecambah, dan 2-3 minggu kemudian akan muncul kepermukaan. Persentase
perkecambahan biji aren dengan cara ini sekitar 75 %.
d). Pembibitan aren dapat juga dilakukan
dengan menggunakan biji aren tua yang berasal dari buah yang berjatuhan.
Caranya dapat dilakukan dengan sistem pembibitan dari biji yang buahnya
dipetik langsung dari pohon yang ditebang.
Karena tanaman aren dapat diperbanyak
secara generatif (dengan biji), maka akan diperoleh bibit tanaman dalam
jumlah besar, sehingga dapat dengan mudah mengembangkan (membudidayakan)
tanaman aren secara besar-besaran.
Langkah yang perlu dilakukan dalam pengumpulan dan pemilihan biji adalah sebagai berikut :
- Pengumpulan buah aren yang memenuhi persyaratan.
- Berasal dari pohon aren yang pertumbuhannya sehat, berdaun lebat.
- Buah aren masak benar (warna kuning kecoklatan dan daging buah lunak).
- Buah berukuran besar (diameter minimal 4 cm)
- Kulit buah halus (tidak diserang penyaklit).
- Keluarkan biji aren buah yang telah dikumpulkan dengan membelahnya.
- Memilih biji-bijian aren yang memenuhi syarat :
- Ukuran biji relative besar
- Berwarna hitam kecoklat-coklatan
- Permukaan halus (tidak keriput)
- Biji dalam keadaan sehat/tidak berpenyakit.
Yang perlu diperhatikan dalam pengumpulan
biji adalah bahwa buah aren terkandung asam oksalat yang apabila
mengenai kulit kita akan menimbulkan rasa sangat gatal. Oleh Karena itu
perlu perlu dilakukan pencegahan antara lain dengan cara :
- Memakai sarung tangan apabila kita sedang mengambil biji dari buahnya.
- Hindari agar tangan kita tidak menyentuh bagian tubuh lain, ketika mengeluarkan biji-biji aren tersebut dari buahnya.
- Cara lain untuk mencegah agar tidak terkena getah aren ketika kita
sedang mengeluarkan bijinya dari buah yaitu dengan memeram terlebih
dahulu buah-buah aren yang sudah tua sampai membusuk.
Pemeraman dapat dilakukan dengan memasukan buah aren ke dalam kotak kayu
dan ditutup dengan karung goni yang selalu dibasahi. Setelah ± 10 hari,
buah aren menjadi busuk yang akan memudahkan pengambilan biji-bijian.
Pembibitan
Pengadaan bibit dapat dilakukan dengan dua cara yaitu bibit dari : permudaan alam dan bibit dari hasil persemaian biji.
Pengadaan bibit dari permudaan alam/anakan liar.
- Dari Bibit Alam
Proses pembibitan secara alami dibantu
oleh binatang yaitu musang (Paradoxurus hermaproditus). Binatang
tersebut memakan buah-buahan aren dan bijinya dan bijinya keluar secara
utuh dari perutnya bersama kotoran. Bibit tumbuh tersebar secara tidak
teratur dan berkelompok. Untuk menanamnya dilapangan, dapat dilakukan
dengan mencabut secara putaran (bibit diambil bersama-sama dengan
tanahnya).
Pemindahan bibit ini dapat langsung
segera ditanam di lapangan atau melalui proses penyapihan dengan
memasukan anakan ke dalam kantong plastic (polybag) selama 2-4 minggu.
Pengadaan bibit melalui persemaian
Untuk mendapatkan bibit dalam jumlah
yang besar dengan kualitas yang baik, dilakukan melalui pengadaan bibit
dengan persemaian. Namun untuk mendapakan benih yang baik perlu memilih
pohon induk yang memenuhi syarat. Adapun kriteria pohon induk yang baik
adalah sebagai berikut :
1. Batang pohon harus besar dengan pelepah daun merunduk dan rimbun
Sampai saat ini tanaman aren yang tumbuh dilapangan dikategorikan dalam 2
aksesi yaitu Aren Genjah (pohon agak kecil dan pendek) dengan produksi
nira antara 10 – 15 liter/tandan/hari, dan Aren Dalam (pohon besar dan
tinggi) dengan produksi nira 20 – 30 liter/tandan/hari. Untuk pohon
induk dianjurkan adalah aksesi Dalam.
- Bibit pindahan dari semaian alam ke persemaian
Oleh karena itu hal yang harus
diperhatikan dalam memilih dan menentukan pohon induk sebagai sumber
benih yaitu pohon yang sudah berbunga baik sistem pembungaan betina
maupun sistem pembungaan jantan dan sedang disadap niranya. Hal ini
penting karena tanaman aren dikenal sebagai tanaman hapaksantik yaitu
fase reproduktifnya membatasi pertumbuhan batang dengan daya tahan hidup
mencapai 3 tahun.
2. Pohon terpilih harus memiliki produktifitas yang tinggi
Untuk mengetahui bahwa pohon induk yang
telah dipilih sebagai sumber benih dari mayang betina dengan memiliki
produktifitas nira yang tinggi antara 20 – 30 liter/mayang/hari, maka
perlu dilakukan penyadapan nira dari mayang jantan pertama atau kedua.
Sebab tidak semua mayang jantan yang keluar (9 – 11 mayang) dan tidak
semua pohon mengeluarkan nira. Hal ini sangat dipengaruhi oleh proses
fisiologi tanaman. Apabila yang disadap mayang jantan pertama atau kedua
produksi niranya banyak maka pohon tersebut adalah produktif untuk
pohon induk sebagai sumber benih. Pohon yang terpilih sebagai sumber
benih dengan produksi nira yang banyak maka tidak dianjurkan untuk
proses penyadapan untuk tandan-tandan selanjutnya secara berturut-turut.
Bila pohon induk dilakukan penyadapan terus menerus (dipaksa) maka akan
menghasilkan buah yang kelihatannya utuh tetapi bijinya berkerut bahkan
kempes sehingga bila ditanam menghasilkan pohon aren yang tidak baik.
Pengumpulan buah dan biji
1. Pengumpulan buah
Buah yang digunakan sebagai sumber benih
harus matang, sehat yang ditandai dengan kulit buah yang berwarna kuning
kecoklatan, tidak terserang hama dan penyakit dengan diameter buah ± 4
cm. Sebaiknya buah yang diambil adalah yang terletak dibagian luar
rakila. Buah aren ini dapat disimpan selama 2 minggu pada karung plastik
atau kardus untuk memudahkan pemisahan biji (benih) dari kulit.
2. Pengambilan biji dari buah
Pengambilan biji dari dalam buah aren
harus menggunakan sarung tangan karena buah aren mengandung asam oksalat
yang akan menimbulkan rasa gatal apabila kena kulit. Cara lain, yaitu
dengan memeram buah-buah aren yang telah dikumpulkan sampai kulit buah
menjadi busuk sehingga biji telah terpisah dari daging buah. Dengan cara
ini, biji dapat diambil dengan mudah dan pada kondisi ini kulit buah
aren tidak gatal lagi.
Pematahan Dormansi Biji untuk mempercepat perkececambahan
Secara alami biji aren memiliki masa
dormansi yang cukup lama, yaitu bervariasi dari 1-12 bulan yang terutama
disebabkan oleh kulit biji yang keras dan impermeabel sehingga
menghambat terjadinya imbibisi air ke dalam biji. Upaya pematahan
dormansi telah dilakukan untuk mengatasi impermeabilitas kulit biji ini
melalui perendaman dengan HCl, H2SO4, air panas dan skarifikasi.
Dormansi biji aren juga disebabkan oleh adanya zat inhibitor
perkecambahan seperti ABA, kematangan embrio yang belum sempurna dan
faktor genetis tanaman aren.
- Bibit Aren tumbuh tunas di Persemaian
Dapat dikatakan bahwa penyebab dormansi
kemungkinan besar berasal dari kulit biji yang impermeabel dan inhibitor
perkecambahan yang ada pada kulit biji dan endosperm biji, karena
embrio yang ditanam langsung secara in vitro dapat tumbuh lebih cepat
dibandingkan dengan eksplan embrio+endosperm. Artinya endosperm
berpengaruh menghambat pertumbuhan embrio itu sendiri.
Pembibitan Aren memerlukan waktu yang
lama, karena benih aren memiliki sifat dormansi. Walaupun dormansi benih
merupakan sifat alami untuk dapat bertahan hidup agar spesiesnya tetap
lestari, tetapi sifat dormansi benih tersebut dapat mengganggu
pelaksanaan kegiatan pembibitan. Kendala yang masih dihadapi dalam
penyediaan bibit aren antara lain belum tersedianya teknologi yang dapat
memperpendek dormansi benih
Hasil penelitian menunjukkan bahwa daya
berkecambah sangat rendah dan beragam (10 – 65%), dan waktu yang
diperlukan untuk memulai berkecambah cukup lama yakni sekitar 4 – 6
bulan (Mashud, dkk.,1989).
Penyebab kedormanan benih aren antara
lain adalah tebalnya kulit benih dan ketidakseimbangan senyawa
perangsang dan senyawa penghambat dalam memacu aktivitas perkecambahan
benih. Disamping itu meningkatnya senyawa kalsium oksalat pada buah aren
yang telah matang juga diduga sebagai penghambat perkecambahan, disisi
lain kalsium oksalat dikeluhkan oleh petani karena dapat menimbulkan
rasa gatal. Pada dasarnya dormansi benih aren dapat diperpendek dengan
berbagai perlakuan sebelum dikecambahkan, baik secara fisik, kimia dan
biologi.
Dikenal beberapa cara untuk memecahkan dormansi biji aren.
Cara I :
- Merendam biji dalam larutan HCL dengan kepekatan 95 % dalam waktu 15 – 25 menit.
- Meredam biji dalam air panas bersuhu 50º selama 3 menit.
- Biji dikikis kulitnya di daerah pertumbuhan kecambah, lalu direndam
dalam air selama 4 hari , kemudian disimpan pada suhu 28°-30°C sampai
terjadi perkecambahan. Kecambah kemudian ditanam dalam pasir halus yang
lembab hingga mencapai pertumbuhan daun ketiga
- Media penyemaian dapat dibuat dengan kantong plastic ukuran 20 x 25
cm yang diisi dengan kompos, pasir dan tanah 3 : 1 : 1 dan lubangi
secukupnya pada bagian bawahnya sebagai saluran drainase. Biji-biji yang
telah diperlakukan tersebut dimasukan kedalam kantong plastic tersebut
sedalam sekitar ¾ bagian biji di bawah permukaan tanah dengan lembaga
menghadap ke bawah dengan posisi agak miring.
- Untuk mencapai bibit siap tanam di lapangan (ukuran = 40 cm) diperlukan waktu persemaian 12 – 15 bulan.
Cara II :
- Merendam biji dengan larutan KNO3 dengan kepekatan 0,5 % selama 36 jam (Saleh, 2003)
- Meredam biji dalam air panas bersuhu 50º selama 3 menit.
- Memberi perlakuan fisik dengan mengikis punggung (dekat embrio) atau skarifikasi dengan kertas amplas
- Media penyemaian dapat dibuat dengan kantong plastic ukuran 20 x 25
cm yang diisi dengan kompos, pasir dan tanah 3 : 1 : 1 dan lubangi
secukupnya pada bagian bawahnya sebagai saluran drainase. Biji-biji yang
telah diperlakukan tersebut dimasukan kedalam kantong plastic tersebut
sedalam sekitar ¾ bagian biji di bawah permukaan tanah dengan lembaga
menghadap ke bawah dengan posisi agak miring.
- Daya kecambah sekitar 40 – 50 %, kecepatan berkecambah sekitar 40 – 55 hari.
- Bibit yang telah ditanam memerlukan penyiraman dan naungan agar
terhindar dari cahaya matahari secara langsung. Bibit aren dapat
dipindahkan ke lapangan (ditanam) setelah berumur 6-8 bulan sejak daun
pertama terbentuk.
Cara III
- Biji yang sudah dikumpulkan dikeringkan dengan cara dijemur selama 1-2 hari.
- Kemudian biji direndam selama 24 jam
- Biji diangkat dan dimasukkan kantongan plastik yang kedap udara dan
diikat tertutup, hal ini dilakukan sampai biji pecah dan kecambah
muncul. Menurut pengalaman petani tahap ini memerlukan waktu sekitar 7
hari.
- Hanya biji-biji yang berkecambah yang diambil untuk dipindakan di
polibag, sedang biji yang belum berkecambah dikembalikan lagi ke dalam
kantong plastik. Kantong plastik yang berisi benih ini disimpan pada
tempat tertutup. Penyimpanan kantong-kantong yang berisi biji ini
sebaiknya pada media sekam padi. Karena dengan kondisi yang lembab di
dalam kantong plastik sekaligus hangat di timbunan sekam padi, dapat
memacu embrio untuk berkecambah. Pengalaman ini adalah dari petani aren
dari Sulawesi Selatan dan sudah dipraktekkan di kebun pembibitan aren di
Nunukan Kalimantan Timur.
Cara IV
- Apabila bibit aren sudah berumur sekitar 4 bulan atau sudah setinggi
3 cm, maka bibit dipindahkan ke polibag lain yang telah diisi dengan
media tanam yang lebih subur (terdiri dari tanah dan pupuk organik atau
pupuk kandang dengan perbandingan 1:2). Ukuran polibagnya pun harus
lebih besar, misalnya lebarnya 25 cm dan tingginya 30 cm.
Pemeliharaan selama pembibitan
Pemeliharaan selama pembibitan meliputi
penyiraman rutin, penyiangan, pengemburan tanah, dan pemupukan. Sampai
bibit umur 2-3 tahun pemberian pupuk cukup dua kali. Pupuk yang
diberikan berupa NPK atau Urea, TSP, dan ZK dengan perbandingan yang
sama. Untuk tahun pertama setiap bibit cukup diberi 20 g dan tahun
berikutnya 40 g.
Pemeliharaan bibit polibag kecil di persemaian tahap 1 dilakukan dengan cara :
- Benih yang sudah berkecambah di tanam dalam polibag ukuran 15 x 20
cm dengan media tanam campuran tanah : sekam : pupuk kompos (3 : 1 :1)
atau bahan dan perbandingan yang lain.
- Bibit polibag ini disusun dengan agak dijarangkan dengan jarak antar polibag sekitar 20-30 cm.
- Penyiraman bibit 2 kali sehari, pagi jam 08.00 – 09.00 dan sore hari jam 15.00 – 16.00
- Penyiangan persemaian yaitu menghilangkan rumput-rumput pengganggu
yang tumbuh baik di polibag maupun di tanah tempat persemaian.
- Pemberantasan hama dan penyakit, apabila ada gejala serangan hama dan penyakit.
- Pemberian pupuk pada bibit kecil ini dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu pada tanah di sekitar bibit tanaman.
- Adapun jenis dan jumlah pupuk yang diberikan pada saat persemaian ini belum terlalu banyak, karena tanamannya masih kecil.
- Persemaian 1 ini berjalan selama antara 4-5 bulan atau sesuai
perkembangan tanaman, sehingga polibag terasa sudah tidak nyaman lagi
bagi bibit tanaman aren ini, karena perkembangan akar, batang dan
daunnya sudah agak besar.
Pemeliharaan bibit polibag besar di persemaian tahap 2 dilakukan dengan cara :
- Ukuran polibag yang digunakan pada persemaian 2 ini sama dengan yang
digunakan untuk bibit kelapa sawit, yaitu ukuran 20 kg atau berukuran ,
50×80 atau 60×90 cm.
- Media tanam yang digunakan adalah tanah : sekam : pupuk kompos (4:2:2)
- Setelah polibag besar diisi media sekitar 1/2 volume polibag,
polibag bibit disusun teratur dengan jarak antar polibag sekitar 80 –
100 cm.
- Pemindahan bibit dari polibag pertama ke polibag besar dilakukan
tidak merubah posisi letak polibag besar yang sudah berisi tanah. Bibit
dan medianya diambil dengan cara merobek polibag kecil dengan pisau
tanpa membongkar media dan susunan perakarannya, kemudian diletakkan
pada polibag yang sudah berisi tanah tersebut. Media tanah ditambahkan
untuk menutup bibit tersebut sehingga polibag terlihat penuh.
- Penyiraman pada persemaian bibit polibag besar ini pada pembibitan
skala besar biasa menggunakan sistem irigasi springkler. Pengairan
dilakukan minimal satu hari sekali, tergantung kelembaban tanah atau
curah hujan.
- Pemupukan dilakukan setiap sebulan sekali dengan jenis pupuk Urea
& SP 36 sebanyak 10 -20 gram/ pohon, atau bisa juga dilakukan setiap
2 bulan dengan jenis pupuk Urea & SP 36 sebanyak 20 -40 gram/
pohon.
- Pemeliharaan dilakukan sampai bibit siap ditanam di lapangan, dengan umur bibit sekitar 16-18 bulan setelah semai.
Penanaman
Bibit yang baik dan siap ditanam mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
- Perkembangan pertumbuhan akar batang dan daunnya proporsional.
- Akar sudah menembus keluar dari polibag, batangnya cukup kokoh dan
daunnya membuka lebar dengan susunan daun yang merekah (tidak
menguncup).
- Jumlah daun cukup banyak (sekitar 6 -10 lembar), warna daun hijau segar dengan permukaan yang mengkilat.
Kelebihan tanaman aren dibanding tanaman
perkebunan lainnya seperti sawit adalah, tanaman aren bisa ditanam
secara berdampingan dengan tanaman lain atau dengan sistem tumpang sari.
Namun demikian penanaman aren dapat dilakukan dengan sistim monokultur
atau dengan sistim agroforestri/tumpangsari.
Dengan sistim monokultur terlebih dahulu
dilakukan pembersihan lapangan dari vegetasi yang ada (land clearing)
dan pengolahan tanah dengan pembajakan atau pencangkulan serta pembuatan
lubang tanaman.
Pembuatan lubang tanaman dengan ukuran 30
x 30 x 30 cm dan jarak antar lubang (jarak tanam) 5 x 5 m atau 9 x 9 m.
untuk mempercepat pertumbuhan pada lubang tanaman diberi tanah yang
telah dicampur dengan pupuk kandang, urea, TSP, sekitar 3 – 5 hari
setelah lubang tanaman disiapkan, baru dilakukan penanaman. Bibit yang
baru ditanam, sebaiknya diberi naungan atau peneduh.
Sistim agroforestri/tumpangsari, ini
dapat dilakukan dengan menamai bagian lahan yang terbuka yaitu diantara
kedua tanaman pokok dengan tanaman penutup tanah seperti leguminose atau
tanaman palawija
Setelah bibit aren berumur 2-3 tahun,
maka penanaman dapat dilaksanakan. Lubang tanaman harus sudah dibuat 2-3
bulan sebelum penanaman dengan ukuran 50x50x50 cm atau lebih besar.
Jarak antar lubang idealnya 9×9 m, tetapi dapat juga lebih besar atau
lebih kecil tergantung kondisi lahan. Sekitar satu bulan menjelang
penanaman, dan baiknya galian dari lubang tanaman dimasukkan serta
dicampur pupuk kandang sebanyak dua kaleng minyak tanah.
Penanaman sebaiknya dilakukan pada awal
musim hujan agar diperoleh lingkungan yang lembab dan cukup air.
Pekerjaan yang penting selama pemeliharaan tanaman aren tidaklah banyak,
kecuali membersihkan lahan di sekitar tanaman dan membuang pelepah daun
kering. Sambil menunggu tanaman berbunga , ijuk dan daun mudanya sudah
dapat dinikmati hasil penjualannya.
Sampai sekarang belum ada aturan baku
tentang cara pemupukan serta jenis dan dosis pupuk untuk tanaman aren
dewasa. Bahkan dapat dikatakan belum ada yang melakukannya. Sementara
masalah hama dan penyakit, juga dilaporkan tidak ada jenis pengganggu
yang sangat membahayakan tanaman aren.
26-12-2007
Sumber Benih Dan Teknologi Pembibitan Aren
Pendahuluan
Tanaman aren (Arenga pinnata MERR)
merupakan tanaman dari suku Palmae yang tersebar pada hampir di seluruh
wilayah Indonesia, terutama terdapat di 14 provinsi, seperti: Papua,
Maluku, Maluku Utara, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jawa Barat, Jawa
Tengah, Banten, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara,
Bengkulu, Kalimantan Selatan dan Nangroe Aceh Darussalam. Total luas di
14 provinsi sekitar 70.000 Ha.
Pengelolaan dan pembudidayaan tanaman
aren perlu dilakukan mengingat tanaman aren memiliki keunggulan dalam
mencegah erosi tanah terutama pada daerah-daerah yang terjal karena akar
tanaman aren dapat mencapai kurang lebih enam meter pada kedalam tanah.
Nira aren juga berpeluang untuk diolah menjadi salah satu alternatif
biofuel, yaitu menjadi etanol.
Aren juga memiliki nilai ekonomis jika
diusahakan secara serius, karena seluruh bagian dari tanaman ini baik
batang, daun, buah, mayang, ijuk yang dihasilkan dapat digunakan untuk
keperluan kehidupan manusia. Aren ternyata dapat menghasilkan 60 jenis
produk bernilai ekonomi dan beberapa produk berpotensi untuk diekspor,
bahkan aren berperan sebagai penyuplai energi dan untuk pelestarian
lingkungan hidup. Pemanfaatan tanaman aren di Indonesia sudah
berlangsung lama, namun agak lambat perkembangannya menjadi komoditi
agribisnis karena sebagian tanaman aren yang dihasilkan adalah tumbuh
secara alamiah atau belum dibudidayakan.
Beberapa hal yang perlu mendapat
perhatian dalam pembudidayaan tanaman aren yang sangat penting adalah
sumber benih dan teknologi pembibitan aren.
Sumber Benih
Tanaman aren dapat dikembangkan secara generatif yaitu melalui biji dari pohon induk yang memiliki kriteria sebagai berikut :
1. Batang pohon harus besar dengan pelepah daun merunduk dan rimbun
Sampai saat ini tanaman aren yang tumbuh
dilapangan dikategorikan dalam 2 aksesi yaitu Aren Genjah (pohon agak
kecil dan pendek) dengan produksi nira antara 10 -15 liter/tandan/hari,
dan Aren Dalam (pohon besar dan tinggi) dengan produksi nira 20 – 30
liter/tandan/hari. Untuk pohon induk dianjurkan adalah aksesi Dalam.
Oleh karena itu hal yang harus
diperhatikan dalam memilih dan menentukan pohon induk sebagai sumber
benih yaitu pohon yang sudah berbunga baik sistem pembungaan betina
maupun sistem pembungaan jantan dan sedang disadap niranya. Hal ini
penting karena tanaman aren dikenal sebagai tanaman hapaksantik yaitu
fase reproduktifnya membatasi pertumbuhan batang dengan daya tahan hidup
mencapai 3 tahun.
2. Pohon terpilih harus memiliki produktifitas yang tinggi
Untuk mengetahui bahwa pohon induk yang
telah dipilih sebagai sumber benih dari mayang betina dengan memiliki
produktifitas nira yang tinggi antara 20 – 30 liter/mayang/hari, maka
perlu dilakukan penyadapan nira dari mayang jantan pertama atau kedua.
Sebab tidak semua mayang jantan yang keluar (9 – 11 mayang) dan tidak
semua pohon mengeluarkan nira. Hal ini sangat dipengaruhi oleh proses
fisiologi tanaman.
Apabila yang disadap mayang jantan
pertama atau kedua produksi niranya banyak maka pohon tersebut adalah
produktif untuk pohon induk sebagai sumber benih. Pohon yang terpilih
sebagi sumber benih dengan produksi nira yang banyak maka tidak
dianjurkan untuk proses penyadapan untuk tandan-tandan selanjutnya
secara berturut-turut. Bila pohon induk dilakukan penyadapan terus
menerus (dipaksa) maka akan menghasilkan buah yang kelihatannya utuh
tetapi bijinya berkerut bahkan kempes sehingga bila ditanam menghasilkan
pohon aren yang tidak baik.
Teknologi Pembibitan
Tahapan penyediaan benih tanaman aren dilakukan sebagai berikut :
1. Pengumpulan buah
Buah yang digunakan sebagai sumber benih
harus matang, sehat yang ditandai dengan kulit buah yang berwarna kuning
kecoklatan, tidak terserang hama dan penyakit dengan diameter buah ± 4
cm. Sebaiknya buah yang diambil adalah yang terletak dibagian luar
rakila. Buah aren ini dapat disimpan selama 2 minggu pada karung plastik
atau dus untuk memudahkan pemisahan biji (benih) dari kulit.
2. Pengambilan biji dari buah
Pengambilan biji dari dalam buah aren
harus menggunakan sarung tangan karena buah aren mengandung asam
oksalat yang akan menimbulkan rasa gatal apabila kena kulit. Cara lain,
yaitu dengan memeram buah-buah aren yang telah dikumpulkan sampai kulit
buah menjadi busuk sehingga biji telah terpisah dari daging buah. Dengan
cara ini, biji dapat diambil dengan mudah dan pada kondisi ini kulit
buah aren tidak gatal lagi.
3. Perkecambahan
Benih disemaikan dalam tempat pesemaian
misalnya kotak plastik (Gambar 1) dengan media campuran pasir + serbuk
gergaji (2:1). Cara untuk perkecambahan yaitu biji digosok dengan kertas
pasir bagian punggungnya, tempat keluar apokol, selebar kira-kira 3 mm
kemudian biji direndam dalam air agar air meresap ke dalam endosperm
sampai jenuh, lalu disemaikan.
Benih disiram setiap hari untukmempertahankan kelembaban yang tinggi sekitar 80%.
4. Pembibitan
Kecambah aren yaitu setelah terbentuk
apokol yang telah mencapai panjang 3 – 5 cm dipindahkan ke tempat
pembibitan atau dalam polybag yang berdiameter 25 cm. Media yang
digunakan untuk pembibitan dalam kantong plastik (polibag) adalah
tanah-tanah lapisan atas yang dicampur dengan pupuk kandang dengan
perbandingan 1:2, dan diisi ¾ bagian kantong polibag. Bibit yang telah
ditanam memerlukan penyiraman dan naungan agar terhindar dari cahaya
matahari secara langsung. Bibit aren dapat dipindahkan ke lapangan
(ditanam) setelah berumur 6-8 bulan sejak daun pertama terbentuk.
Penutup
Tanaman aren selain memiliki nilai
ekonomi tinggi, juga sebagai tanaman penahan erosi. Nira aren juga
berpeluang untuk diolah menjadi etanol sebagai sumber energi.
Pengembangan tanaman aren ke depan, harus diusahakan dalam bentuk
agribisnis aren. Sehingga salah satu komponen produksi yang mutlak
diperhatikan dan dikelola dengan baik ke depan, yaitu budidaya aren,
termasuk penyediaan benih bermutu dan pembibitan aren sebagai bahan
tanaman.
Balai Penelitian Kelapa dan Palma Lain, Manado
SUTRISNO, KOLANG-KALING, DAN MUSANG
Apabila penyebaran tanaman aren (Arenga
pinnata) hanya mengandalkan alam saja, penggemar kolang-kaling atau buah
muda aren untuk dijadikan kolak, manisan, campuran es, sampai bahan
campuran bajigur lambat laun bakal kesulitan mendapatkan buah berdaging
kenyal itu. Demikian pula pembuat gula aren dan pembuat sagu aren akan
kesulitan mendapat bahan baku.
Jumlah pohon aren di alam memang semakin
berkurang karena banyak pohon sudah tua dan tidak produktif lagi,
sedangkan upaya peremajaan belum maksimal. Sementara itu, eksploitasi
pohon aren untuk diambil tepung sagunya justru semakin meluas.
“Selama ini penyebaran aren dilakukan
musang. Baru tahun 1990-an, staf peneliti Kebun Raya Bogor mulai
menggagas perbanyakan aren. Kini kami mampu mulai mengambil alih peran
musang dan saat ini menunggu produksi perdana pohon aren hasil semaian
yang kami lakukan, kata Kepala Subbidang Reintroduksi Tumbuhan Langka
pada Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor (PKT-KRB) Ir Sutrisno.
Menurut Koordinator Pengembangan Budidaya
Tanaman Aren di Kabupaten Sumedang tahun 1999-2003 ini, pohon aren
mulai berproduksi sekitar 10 tahun, sedangkan semaian tim di daerah
Sumedang baru berusia sekitar lima tahun.
Musang, yang dikenal sebagai binatang
malam, besar perannya dalam mengembangkan tanaman aren. Binatang yang
paling diburu warga kampung ini paling suka memakan buah aren masak
berwarna kuning kecoklatan yang jatuh dari pohon. Buah mudanya, yakni
kolang-kaling, dimakan oleh pemburu musang.
Biji buah aren yang tidak hancur kemudian
terbawa keluar bersama kotoran musang. Biji itu lalu mudah berkecambah
dan tumbuh liar menjadi tanaman aren yang potensial secara ekonomi
karena hampir seluruh bagian tanaman dapat dimanfaatkan, mulai dari
akar, batang, daun, nira, buah, dan ijuk.
Sejak tahun 1990-an, sejumlah peneliti di
KRB ada yang mencoba mengambil alih peran musang. Adalah Ir Holif
Imamudin (kini Kepala Kebun Raya Cibodas, Pacet, Kabupaten Cianjur) yang
menjadi penggagas kegiatan, disusul Darwandi yang merintis pengembangan
budidaya aren di daerah Sumedang yang merupakan salah satu sentra
tumbuhan aren di Jawa Barat.
Kemudian Sutrisno ditunjuk sebagai
Koordinator Pengembangan Budidaya Tanaman Aren di Kabupaten Sumedang.
Sutrisno bersama Holif Imamudin dan Darwandi pada tahun 1999 mulai
mengembangkan aren dengan biji, bekerja sama dengan Pemerintah Kabupaten
Sumedang.
Hasil lebih baik
Sutrisno, kelahiran Gunung Kidul,
Yogyakarta, tahun 1962, menyelesaikan studinya di Fakultas Pertanian
Institut Pertanian Bogor (Faperta IPB) tahun 1986 dan menyelesaikan
studi S2-nya tahun 2002 di IPB. Sejak tahun 1999 sampai 2003, Sutrisno
bersama teman-temannya telah menyemaikan 60.000 bibit aren di daerah
Sumedang.
Sutrisno mengutarakan, perbanyakan aren
melalui biji sebelumnya pernah dilakukan oleh pihak kehutanan dan
lembaga swadaya masyarakat. “Sayang, hasilnya belum memuaskan. Kadang
hasilnya bagus dan kadang jelek, konsistensi hasilnya kurang,”
ungkapnya.
Dari hasil penelitiannya, biji yang
disemai dari biji jatuhan hasilnya kurang baik. Tim kemudian mengambil
biji berkualitas yang masih di atas pohon dengan cara memangkas tandan
buah, lalu dipilih buah yang masak. Dari satu tandan yang berisi 300-500
buah, hanya dipilih sekitar 75 persen yang bagus.
“Musang,” demikian Sutrisno, “paling banyak memakan buah aren sekitar 10-15 buah setiap kali makan.”
Namun, sejauh ini belum diketahui
kecepatan tumbuh penyemaian antara yang dilakukan oleh musang dan oleh
para peneliti KRB di Sumedang. Ini karena belum diperoleh data akurat
hasil “penyemaian” yang dilakukan musang sejak dikeluarkan sebagai
kotoran sampai menjadi biji berkecambah.
Meskipun demikian, kualitas penyemaian
aren yang dilakukan musang dapat diimbangi Sutrisno dan kawan-kawan,
bahkan dapat diungguli. Dari segi jumlah penyemaian, aren musang dapat
dipastikan tak bisa menandingi Sutrisno dan kawan-kawan sebab penyemaian
yang dilakukan Sutrisno dan kawan-kawan jumlahnya bisa sampai 15.000
setahun. Bahkan, para peneliti KRB telah menemukan teknik perkecambahan
biji aren yang mudah dan murah.
Dari Sumedang, proyek penyemaian
dilanjutkan ke Tasikmalaya. Di daerah ini telah disemai 12.000-an bibit
aren. Sementara itu, untuk menghapus anggapan tentang sulitnya budidaya
aren, sejak tahun 2003 KRB telah menerbitkan buku yang disusun oleh
Sutrisno, Mujahidin, Dian Latifah, Tri Handayani, dan Izu Andri
Fijridianto.
Buku ini berisi petunjuk praktis budidaya
aren, manfaat produk aren, teknik pemanenan hasil, penanganan
pascapanen, dan analisis usahanya.
Balitbang Kembangkan Aren Kapur dengan Sistem Kultur Jaringan
Kapanlagi.com
– Balai Penelitian dan Pengembangan (Balitban) Provinsi Bengkulu akan
mengembangkan tanaman aren kapur melalui sitem kultur jagingan guna
memperoleh turunan bibit berkualitas.
“Pengembangan dengan sistem kultur
jaringan ini akan memperoleh bibit yang kualitasnya sama dengan
induknya,” kata Kepala Balitbang Provinsi Bengkulu, Syarifuddin Khalik
di Bengkulu, Sabtu.
Selama ini, katanya, pengembangan aren
kapur melalui pembibitan dari biji/buah sehingga bibit yang diperolehnya
terkadang berkualitas rendah atau tidak sama dengan induknya.
Terkait dengan rencana itu, Balitbang
kini sedang mencari pohon aren kapur bekualitas yang akan dijadikan
induk pengembangan sistem kultur jaringan tersebut.
“Kesulitan dalam pembibitan sistem kultur
jaringan ini yakni mencari bibit unggul sebagai induk, karena kesalahan
pemilihan bibit akan berakibat buruk pada pengembangan turunannya,”
katanya.
Dijelaskan, Pemerintah Provinsi Bengkulu
akan mengembangkan pohon aren kapur guna ditanam pada kawasan penyangga
hutan lindung dalam rangka mencegah terjadinya perambahan pada kawasan
dilindungi tersebut.
“Kita sudah melakukan pembibitan dari
biji sebanyak 300 batang, di UPT Kuro Tidur Kab. Bengkulu Utara,”
katanya dan menambahkan, masih diperlukan ribuan batang aren untuk
menanami kawasan penyangga hutan lindung di daerah itu.
Kekurungan bibit aren akan diupayan dari hasil pengembangan sistem kultur jaringan.
Pohon aren sangat cocok ditanam di
kawasan penyangga hutan lindung, karena dengan akarnya yang merambat
akan mampu mencegah agar tidak terjadi longsor.
Selain itu, lanjut dia, secara ekonomis
pohon aren juga cukup menjanjikan karena dapat menghasilkan gula merah
yang mempunyai harga jual tinggi.
“Kawasan penyangga hutan lindung di
Bengkulu ratusan hektare jadi jika seluruhnaya ditanami pohon aren akan
menghasilkan pemasukan cukup besar bagi daerah,” katanya.
Satu haktare (ha) lahan dapat ditanami
400 batang aren dengan produksi dua ton per ha per hari. Jika dijual
Rp3.000 per-kg maka uang masuk sekitar Rp8 juga per ha per hari.
“Untuk jangka panjang penanaman pohon
aren ini akan diserahkan pada masyarakat, namun guna `merangsang` minata
penduduk pemerintah akan memulainya dengan mananam 300 batang,”
katanya.
Ia menjelaskan, selain gula merah
beberapa bagian pohon aren seperti ijuk, batang dan sagunya (isi batang)
dapat diolah dan memiliki nilai jual.
“Ijuknya sebagai bahan sapu, batangnya untuk menbuat rumah dan sagunya dijadikan untuk membuat kue,” katanya. (*/rit)
Sumber: http://arenindonesia.wordpress.com/pembibitan-aren/