I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ikan gurami (Oshpronemus gouramy, Lacepede)
merupakan ikan asli Indonesia dan berasal dari perairan daerah Jawa
Barat. Ikan ini merupakan salah satu komoditi perikanan air tawar yang
cukup penting apabila dilihat dari permintaannya yang cukup besar dan
harganya yang relatif tinggi dibandingkan dengan ikan air tawar lainnya
seperti ikan mas, nila, tambakan dan tawes, dan merupakan salah satu
sumber protein yang cukup tinggi. Bagi masyarakat umum, ikan ini
dipandang sebagai salah satu ikan bergengsi dan biasanya disajikan pada
acara-acara yang dianggap penting. Oleh sebab itu, tidak mengherankan
apabila ikan gurami menjadi salah satu komoditi unggulan di sektor
perikanan air tawar.
Umumnya
budidaya ikan gurami masih dilaksanakan oleh masyarakat dengan teknologi
semi intensif. Masa pemeliharaanya relatif lama sehingga dilakukan
dalam beberapa tahap pemeliharaan yaitu tahap pembenihan, tahap
pendederan dan tahap pembesaran, dimana pada masing-masing tahapan
menghasilkan produk yang dapat di pasarkan secara tersendiri.
Pasar ikan
gurami mengandalkan pada permintaan domestik. Namun demikian prospek
bisnisnya cukup menjanjikan mengingat permintaan dari masyarakat yang
cukup besar. Ikan gurami lebih digemari dijual dalam keadaan hidup atau
segar, dan biasanya harganya juga lebih tinggi dalam keadaan hidup.
Sementara itu, belum diperoleh informasi mengenai diversifikasi produk
olahan dari ikan ini kecuali dalam bentuk fillet.
Peranan
Balai Benih Ikan dalam rangka pengembangan ikan gurami dilaksanakan
antara lain berupa penyediaan induk dan benih unggul dan pengenalan
teknologi budidaya secara intensif kepada pembudidaya ikan. Namun
demikian, langkah pengembangan selanjutnya yang masih perlu digarap
adalah aspek pemasaran baik di pasar domestik maupun ekspor.
1.2 Biologi Ikan Gurami
1.2.1 Klasifikasi dan Morfologi Ikan Gurami
Dari hasil penelusuran wikipedia indonesia (2010), Ikan Gurami dapat di klasifikasikan sebagai berikut :
Filum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Perciformes
Subordo : Belontiidae
Famili : Osphronemidae
Genus : Osphronemus
Spesies : Osphronemus gouramy, Lac.
Secara
morfologi, ikan ini memiliki garis lateral tunggal, lengkap dan tidak
terputus, bersisik stenoid serta memiliki gigi pada rahang bawah. Sirip
ekor membulat. Jari-jari lemah pertama sirip perut merupakan benang
panjang yang berfungsi sebagai alat peraba. Tinggi badan 2,0-2,1 kali
dari panjang standar. Pada ikan muda terdapat garis-garis tegak berwarna
hitam berjumlah 8 sampai dengan 10 buah dan pada daerah pangkal ekor
terdapat titik hitam bulat. (Rusdi,
Pada ikan
yang sudah dewasa, lebar badannya hampir dua kali panjang kepala atau
kali panjang tubuhnya. Bentuk kepala ikan gurami yang masih berusia muda
lancip ke depan, dan setelah tua menjadi dempak. Warna tubuhnya
terutama di bagian punggung adalah merah sawo sedangkan pada bagian
perut berwarna kekuning-kuningan atau keperak-perakan. Sepasang sirip
perut gurami akan mengalami perubahan menjadi sepasang benang panjang
yang berfungsi sebagai alat peraba. Sirip yang keras menempel pada
punggungnya sedangkan garis rusuknya menyilang di bagian bawah sirip
punggung. Panjang tubuh maksimum 65 cm.
1.2.2 Makanan dan Kebiasaan Hidup Ikan gurami
Ikan gurame
merupakan ikan air tawar. Sangat menyenangi perairan tenang (tidak
berarus deras), dalam dan jernih dan banyak memiliki tumbuh-tumbuhan
seperti danau, rawa-rawa atau sungai. Ikan gurame dapat tumbuh dengan
baik pada kondisi air yang memiliki suhu antara 24C-28C dengan pH air
antara 6,5 sampai 7,8.
Ikan gurame
mempunyai alat pernafasan tambahan (labirin) selain ingsang, sehingga
mudah berkembang biak meskipun pada air yang rendah kadar oksigennya,
alat pernapasan tambahan ini memudahkan kita memelihara ikan gurame
meskipun pada kolam yang tidak mendapat aliran air secara terus-menerus.
Dengan catatan bahwa air kolam harus tetap dijaga dan diperhatikan
kebersihannya.
Ikan ini termasuk ikan malas. Hanya bila ada benda asing atau makanan saja bisa ikan bergerak gesit.
Ikan ini termasuk ikan malas. Hanya bila ada benda asing atau makanan saja bisa ikan bergerak gesit.
Ikan gurame
termasuk jenis ikan omnivora (memakan makanan hewani dan nabati). Larva
ikan gurame menyukai jasad renik berupa rotifer dan infusaria, setelah
berumur beberapa hari benih-benih ikan gurame makan larva insect,
crustacean dan zooplankton setelah beberapa bulan baru memilih tumbuhan
air yang lunak. Ikan gurame dewasa memakan tumbuh-tumbuhan air, daun
lamtoro. Ikan gurame yang dipelihara oleh petani biasanya diberi makanan
kesukaan ikan guramie muda dan induknya.
1.2.3 Reproduksi Ikan Gurami
Ikan gurame
berkembang biak pada musim kemarau dengan membangun sarang dari
bahan-bahan yang tersedia di sekitar hidupnya. Ukuran sarang berdiameter
25-30 cm. ikan gurame dewasa mulai dipijahkan ketika berumur 4 tahun.
Ikan ini termasuk ikan yang pertumbuhannya lambat tetapi mudah berkembang biak. Pada tahun pertama pemeliharaan panjangnya hanya mencapai 15 cm, tahun kedua 25 cm dan pada tahun ketiga 30 cm. namun, harga ikan ini tergolong bagus maka para petani sabar memeliharanya.
Ikan ini termasuk ikan yang pertumbuhannya lambat tetapi mudah berkembang biak. Pada tahun pertama pemeliharaan panjangnya hanya mencapai 15 cm, tahun kedua 25 cm dan pada tahun ketiga 30 cm. namun, harga ikan ini tergolong bagus maka para petani sabar memeliharanya.
Adapun ciri ciri untuk membedakan induk jantan dan betina gurami dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 1. Ciri-ciri Ikan Gurami Betina dan Jantan
Betina
|
Jantan
|
Dahi dempak (papak)
|
Dahi menonjol
|
Dasar sirip dada gelap kehitaman
|
Dasar sirip dada terang keputihan
|
Dagu keputihan sedikit coklat
|
Dagu kuning
|
Jika diletakkan pada tempat yang datar ekor bergerak-gerak
|
Jika diletakkan pada tempat datar ekor akan naik
|
Bentuk bibir tipis
|
Bentuk bibir tebal
|
.
Di perairan
alam ikan gurame hidup di sungai-sungai, rawa-rawa air tawar yang
berada 50 m 600 m di atas permukaan laut. Tempat yang paling ideal
untuk budi daya ikan gurame adalah yang berada pada kitinggian 50 m 400
m di atas permukaan laut dengan temperatur optimal untuk kehidupannya
24 C - 28C (Adi Asmara dan lgo,2006).
1.2.4 Kualitas Air
Kualitas air untuk pemeliharaan ikan gurame harus bersih dan dasar kolam
tidak berlumpur, tidak terlalu keruh dan tidak tercemar bahan-bahan kimia beracun, dan minyak/limbah pabrik. Kolam dengan kedalaman 70-100 cm dan sistem pengairannya yang mengalir sangat baik bagi pertumbuhan dan perkembangan fisik ikan gurame Keasaman air (pH) yang baik adalah antara 6,5-8. Suhu air yang baik berkisar antara 24-28 derajat C.
1.3 Jenis Ikan Gurami
Jenis ikan gurame yang dikenal masyarakat berdasarkan
bentuknya ada 2 (dua) yaitu: 1) Gurame angsa (soang) : badan relatif
panjang, sisik relatif lebar. Ukuranyang bisa dicapainya berat 8 kg, panjang 65 cm.
2) Gurame Jepang : badan relatif pendek dan sisik lebih kecil. Ukuran yang dicapai hanya 45 cm dengan berat kurang dari 4,5 kg.
Jika dilihat dari warnanya terdapat gurame hitam, putih dan belang.
II. BUDIDAYA IKAN GURAMI
Budidaya ikan gurami dapat dibagi kedalam beberapa tahapan sebagai berikut :
1. Tahap
pembenihan yang mencakup tahap pemijahan, penetesan telur dan perawatan
larva. Telur yang telah menetas dari induknya dipelihara hingga menjadi
larva dengan berat 0,5 gram selama 1 bulan.
2. Tahap
pendederan yaitu tahap pemeliharaan benih gurami sejak 0,5 gram sampai
menjadi berat 200-250 gram yang siap dibesarkan. Penderan dibagi kedalam
5 tahap sebagai berikut :
1. Pendederan 1 (D1) : pemeliharaan benih 0,5 gram hingga mencapai berat 1 gram selama 1 bulan
2. Pendederan 2 (D2) : pemeliharaan benih 1 gram hingga mencapai berat 5 gram selama 1 bulan
3. Pendederan 3 (D3) : pemeliharaan benih 5 gram hingga mencapai berat 20-25 gram selama 2 bulan
4. Pendederan 4 (D4) : pemeliharaan benih 20 -25 gram hingga mencapai berat 75-100 gram selama 2 bulan
5. Pendederan 5 (D5) : pemeliharaan benih 75 -100 gram hingga mencapai berat 200 -250 gram selama 3 bulan.
3. Tahap
pembesaran yaitu pemeliharaan benih 250-250 gram hingga mencapai ukuran
konsumsi dengan berat lebih dari 700 gram selama 6 bulan.
2.1 Pembenihan
2.1.1 Pemeliharaan induk
Induk-induk
disimpan dalam kolam penyimpanan induk. Seekor induk membutuhkan luas
kolam kurang lebih 5 meter dengan dasar kolam berpasir dan kedalaman air
sekitar 75-100 cm. Pakan yang diberikan adalah daun-daunan sebanyak
kurang lebih 5% dari berat populasi dan pakan diberikan pada setiap sore
hari. Makanan tambahan dapat diberikan berupa pelet sebanyak 0,5-1%
dari berat populasi. Pemberian pelet untuk induk dibatasi untuk mencegah
timbunan lemak pada induk karena dapat mempengaruhi jumlah telur yang
dihasilkan. Ukuran berat induk jantan sekitar 2-3 kg/ekor dan induk
betina 2-2,5 kg/ekor.
Induk
gurami dapat dipijahkan 2 kali dalam setahun selama usia produktif (5
tahun) . Induk gurami dapat dipijahkan tidak lebih dari 10 kali karena
jika lebih dari 10 kali memijah dikhawatirkan fekunditas (yaitu daya
tetas telur menjadi larva), rendah dan mortalitas telur dan benih yang
dihasilkan meningkat.
2.1.2 Penebaran induk dan proses pemijahan
Setelah
proses pematangan gonad (yaitu organ hewan yang menghasilkan sperma dan
telur) di kolam penampungan telah mencapai puncaknya, induk dimasukkan
ke dalam petak kolam pemijahan. Luas kolam yang diperlukan untuk
pemijahan adalah kurang lebih 20 m2 per pasang induk yang terdiri dari 1
ekor pejantan dan 3-4 ekor betina. Untuk mengetahui apakah induk telah
siap memijah dapat diketahui dari ciri-ciri sebagai berikut :
a. Induk betina
Bagian perut belakang sirip dada kelihatan menggembung
Sisik -sisik agak terbuka
b. Induk jantan
Kedua belah rusuknya bagian perut membentuk sudut tumpul
Tingkahnya sangat agresif
Induk
jantan akan membuat sarang setelah 15-30 hari dilepaskan dalam kolam
pemijahan. Oleh karena itu dipersiapkan perlengkapan kolam pemijahan
terdiri dari sosog, anjang-anjang dan bahan sarang. Sosog sebagai tempat
sarang terbuat dari bambu yang dipasang di bawah permukaan air.
Anjang-anjang adalah tempat meletakkan bahan sarang yang terbuat dari
bambu dengan lubang anyaman 1010 cm di pasang di atas permukaan air.
Bahan sarang berupa ijuk halus, serabut kelapa atau serat karung. Satu
ekor jantan dapat membuat 2 buah sarang. Pembuatan sarang berlangsung
selama 1 minggu.
Pemijahan
berlangsung sekitar 2 hari setelah pembuatan sarang. Induk gurami betina
melepaskan telurnya ke sarang dan induk jantan menyemprotkan spermanya
sehingga terjadi pembuahan. Telur-telur yang jatuh ke dasar kolam di
ambil oleh induk jantan dengan mulutnya kemudian di masukkan dalam
sarang. Pemijahan berlangsung 2-3 hari dan sementara pemijahan
berlangsung induk betina menjaga sarang. Sarang yang berisi telur
kemudian ditutup dan di jaga oleh induk jantan. Untuk menjaga sirkulasi
dan pasokan oksigen ke dalam sarang, induk betina menggerak-gerakkan
sirip ekor ke arah sarang. Satu ekor betina dapat menghasilkan
3.000-4.000 butir, bahkan ada yang mencapai 10.000 butir telur. Tanda
telah terjadi pemijahan adalah terciumnya bau amis dan permukaan air di
atas sarang terlihat berminyak.
2.1.3 Penetasan telur
Telur dapat
diambil 1 hari setelah pemijahan. Telur-telur ini kemudian dipisahkan
dari sarangnya dan dicuci dengan air bersih untuk menghilangkan lemak
yang menempel pada telur kemudian ditetaskan dalam wadah yang sudah
disiapkan. Telur dapat menetas dalam waktu 30-35 jam setelah dilepaskan
induknya. Penetasan telur dapat dilakukan di bak plastik berdiameter 60
cm. Bak dapat diisi sampai 1.000 butir. Benih yang baru menetas mendapat
makanan dari sisa-sisa kuning telur yang ada pada tubuhnya. Setelah
cadangan makanan tersebut habis ( 10 hari), larva baru diberi pakan
berupa pakan alami (misalnya tubifex) secukupnya dan dipelihara hingga
menjadi larva dengan berat 0,5 gram selama 30 hari.
Perawatan
larva juga dapat dilakukan di kolam sawah sebagai pernyeling di sawah
pada sistem mina padi dengan cara mengambil larva yang berumur 7 hari
yaitu menjelang kuning telurnya habis. Larva di tebar di sawah dengan
kepadatan 10 ekor/m2 dan dapat dipelihara selama 1 bulan.
2.2 Pendederan
2.2.1 Penebaran benih
Sebelum
benih ukuran 0,5 sampai 25 gram ditebar terlebih dahulu dilakukan
pemilihan benih yang berkualitas baik untuk menjamin kualitas produksi
ikan yang dipelihara. Dalam pemilihan benih tebaran yang perlu
diperhatikan antara lain :
- Kondisi benih sehat, tidak cacat/luka dan gerakan lincah
- Warna sisik tidak terlalu hitam
- Sisik tubuh lengkap/tidak ada yang lepas
- Tubuh tidak kaku
- Ukuran seragam
Penebaran
benih dilakukan 5 hari setelah pemupukan, dengan padat tebar dan tinggi
air sesuai ukuran benih (lihat Tabel 4.3). Penebaran dilakukan pada pagi
atau sore hari pada saat suhu udara rendah. Sebelum ditebar, dilakukan
penyesuaian suhu air dalam wadah angkut dengan suhu air kolam (proses
aklimitasi) dengan cara memasukkan air kolam sedikit demi sedikit secara
perlahan ke dalam wadah angkut. Setelah terjadi penyesuaian suhu, wadah
angkut dimasukkan ke dalam kolam. Air akan bercampur sedikit demi
sedikit dan ikan-ikan akan keluar dan berenang ke tengah kolam.
2.2.2 Pemberian pakan
Selama masa
pertumbuhannyam ikan gurami mengalami perubahan tingkah laku makan
(feeding habit) yang sangat signifikan. Larva bersifat karnivora
(pemakan daging) sampai dengan ukuran dan umur tertentu, sedangkan
juvenil muda bersifat omnivora (pemakan segala) dan setelah ukuran induk
menjadi herbivora (pemakan daun). Pola perubahan tersebut terkait
dengan pola perubahan enzimatik dalam saluran pencernaannya.
Adapun
jenis pakan ikan gurami terdiri dari pakan alami (organik) berupa
daun-daunan maupun pakan buatan (anorganik), berupa pelet. Pakan alami
yang digunakan antara lain daun sente (Alocasia macrorrhiza (L),
Schott), pepaya (Carica papaya Linn), keladi (Colocasia esculenta
Schott), ketela pohon (Manihot utililissima Bohl), genjer (Limnocharis
flava (L) Buch ), Kimpul (Xanthosoma violaceum Schott), Kangkung (Ipomea
reptans Poin), Ubi jalar (Ipomea batatas Lamk), ketimun (Cucumis
sativus L), labu (Curcubita moshata Duch en Poir), dadap (Erythrina sp).
Untuk benih
yang masih kecil diberi pakan yang berukuran kecil berupa zooplankton,
tubilex dll dimana seiring dengan semakin besarnya ikan makan dapat
mnggunakan pakan dengan ukuran yang lebih besar dan pakan berupa
daun-daunan. Pada usaha budidaya yang hanya menggunakan pakan
daun-daunan (teknologi tradisional) pertumbuhan ikan relatif lambat.
Sebagai gambaran, berdasarkan pengalaman pembudidaya pemeliharaan benih
ikan ukuran 200 gram dengan hanya diberi pakan daun-daunan saja
membutuhkan waktu 1 tahun untuk mencapai ukuran 500 gram, sedangkan jika
menggunakan pelet dan daun-daunan hanya membutuhkan waktu 4 bulan untuk
mencapai ukuran 500 gram. Sehingga dianjurkan untuk dilakukan kombinasi
antara daun-daunan dengan pelet.
Kebutuhan
pakan berupa pelet per hari adalah 3% dari berat ikan namun jika pakan
berupa daun-daunan kebutuhan pakan perhari sebanyak 5-10% dari berat
ikan. Untuk penggunaan pakan secara kombinasi diberikan pelet sebanyak
1,5% per hari dari berat ikan dan hijauan sebanyak 5% per hari dari
berat ikan. Pemberian pakan secara teratur dalam jumlah yang tepat dapat
menghasilkan pertumbuhan ikan gurami yang optimal. Konversi pakan untuk
pemeliharaan dalam kolam adalan 1,5-2%, artinya untuk menghasilkan 1 kg
daging ikan memerlukan pakan sebanyak 1,5 kg sampai dengan 2 kg. Untuk
memberikan pakan yang tepat sesuai kebutuhan dilakukan sampling berat
ikan.
2.2.3 Pemanenan
Pemanenan
ditahap pendederan dilakukan setelah benih mencapai berat 20-25 gram.
Dalam pelaksanaan pemanenan yang perlu diperhatikan antara lain :
- Waktu pemanenan sebaiknya pagi atau sore hari
- Untuk memudahkan penangkapan, sebelum dilakukan penangkapan perlu dimasukkan daun pisang ke dalam kolam sebagai tempat berkumpulnya benih ikan.
- Proses penangkapan dilakukan secara hati-hati sehingga tidak sampai menyebabkan lepasnya sisik terutama pada bagian punggung
- Penangkapan benih ikan di kolam dilakukan pada kondisi temperatur air rendah dan tidak dalam kondisi hujan. Saat penangkapan kedalaman air kolam dibiarkan setinggi 20-30 cm.
- Pengangkutan benih juga sebaiknya dilakukan pada pagi/sore hari. Wadah angkut yang digunakan berupa drum (Volume 200 lt) atau jerigen. Drum diisi air setengan dari volume, posisi drum ditidurkan. Jumlah benih dalam setiap drum berkisar antara 10-15 kg tergantung lamanya proses pengangkutan.
Setelah
pemanenan, benih di jual kepada pengusaha pembesaran gurami atau
dipelihara lagi di kolam lain untuk mendapatkan ukuran ikan yang lebih
besar. Untuk mengupayakan agar tingkat kematian benih rendah, dalam
pengiriman benih menggunakan jerigen atau drum yang diisi air bersih dan
selama pengiriman benih ikan tidak diberi pakan (perut dikosongkan).
2.3 Pembesaran
Dalam
tahapan pembesaran, luas kolam optimal sekitar 200 m2 dengan konstruksi
kolam berupa kolam tanah. Kedalaman air kolam sekitar 1 m dari dasar
kolam dibuat tidak terlalu berlumpur. Persiapan kolam dalam tahapan ini
tidak jauh berbeda dengan persiapan yang dilakukan pada tahap
pendederan.
Ikan yang
dipelihara dapat berukuran berat 200-250 gram/ekor dan ditebar dengan
kepadatan benih 1 -2 kg/m2. Pakan yang diberikan terdiri dari pelet
dengan jumlah pemberian sebanyak 1,5 2% pada pagi dan sore hari serta
daun-daunan sebanyak 5% diberikan pada sore hari. Dalam waktu 5 bulan
ikan akan mencapai ukuran konsumsi dengan berat 500-700 gram/ekor.
Pemanenan
dilakukan sama seperti pada tahap pendederan, hanya saja pada tahap
pembesaran pemanenen sebaiknya tanpa menggunakan alat tangkap.
2.4 Hama Dan Penyakit
2.4.1 Hama
Hama yang
biasanya menganggu ikan gurami adalah ikan liar pemangsa seperti gabus
(Ophiocephalus striatur BI), belut (Monopterus albus Zueiw), lele
(Clarias batrachus L) dan lain-lain. Musuh lainnya adalah biawak
(Varanus salvator Dour), kura-kura (Tryonix cartilagineus Bodd), katak
(Rana spec), ular dan bermacam-macam jenis burung. Beberapa jenis ikan
peliharaan seperti tawes, mujair dan sepat dapat menjadi pesaing dalam
perolehan makanan. Oleh karena itu sebaiknya benih gurami tidak dicampur
pemeliharaannya dengan jenis ikan yang lain. Untuk menghindari gurami
dari ikan-ikan pemangsa, pada pipa pemasukan air dipasangi serumbung
atau saringan ikan agar hama tidak masuk dalam kolam.
2.4.2 Penyakit
Gangguan
penyakit dapat berupa penyakit non parasiter dan penyakit parasiter.
Gangguan penyakit dapat lebih mudah menyerang ikan gurami pada saat
musim kemarau dimana suhu menjadi lebih lebih dingin.
Penyakit
non parasiter adalah penyakit yang timbul bukan karena serangan parasit,
tapi biasanya bersumber dari faktor lingkungan fisika dan kimia air dan
makanan. Penyakit ini bisa berupa pencemaran air karena adanya gas
beracun seperti asam belerang atau amoniak, kerusakan akibat penangkapan
atau kelainan tubuh karena keturanan. Untuk mengetahui gangguan yang
dialami oleh ikan yang dipelihara dapat diketahui dari pengamatan
terhadap ikan. Bila ada gas beracun dalam air, ikan biasanya lebih suka
berenang pada permukaan air untuk mencari udara segar.
Penyakit
parasiter diakibatkan parasit. Parasit adalah hewan atau tumbuh-tumbuhan
yang berada pada tubuh, insang, maupun lendir inangnya dan mengambil
manfaat dari inang tersebut. Parasit dapat berupa udang renik, protozoa,
cacing, bakteri, virus, jamur dan berbagai mikroorganisme lainnya.
Berdasarkan letak penyerangannya parasit dibagi menjadi dua kelompok
yaitu ektoparasit yang menempel pada bagian luar tubuh ikan dan
endoparasit yang berada dalam tubuh ikan.
Ciri-ciri ikan yang terkena penyakit parasiter adalah sebagai berikut :
Penyakit pada kulit :
Pada bagian
tertentu kulit berwarna merah, terutama pada bagian dada, perut dan
pangkal sirip. Warna ikan menjadi pucat dan tubuhnya berlendir.
Penyakit pada insang :
Tutup insang mengembang, lembaran insang menjadi pucat, kadang-kadang tampak semburat merah dan kelabu.
Penyakit pada organ dalam :
Perut ikan
membengkak, sisik berdiri. Kadang-kadang sebaiknya perut menjadi amat
kurus, ikan menjadi lemah dan mudah ditangkap.\\
2.5 Penanganan Bau Lumpur Pada Daging Ikan Gurami
Salah satu
permasalah yang dihadapi pada budidaya ikan gurami adalah adanya cita
rasa lumpur pada daging ikan gurami yang berasal dari bau yang
ditimbulkan oleh lingkungan terutama pada budidaya intensif di kolam
dengan sistem air tergenang.
Berdasarkan
hasil penelitian Balai Penelitian Perikanan Air Tawar, Departemen
Kelautan dan Perikanan, bau lumpur secara umum dan khusus pada ikan
gurami dapat dihilangkan dengan perlakuan berupa pemberokkan ikan gurami
pada air yang bersalinitas 8 atau 12 ppt selama 7 hari. Pemberokan ikan
gurami ini mengakibatkan perubahan waktu kulit yang semula sangat
mengkilat menjadi kusam, dan tesktur semula lembek (banyak mengandung
air dan mudah pemisahaan) menjadi kenyal (struktur daging kompak, kering
dan tidak mudah terjadi pemisahan). Setelah pemberokan selama 7 hari
ternyata menyebabkan daging ikan terasa sangat gurih.
Sumber: http://putra85.blogdetik.com/teknik-budidaya-ikan-gurami
Tidak ada komentar:
Posting Komentar