Kondisi tersebut telah mengusik perhatian Marsal, seorang pengusaha kelahiran Batusangkar, Sumatera Barat 58 tahun lalu. Dia merasa terpanggil untuk memberdayakan kayu kelapa yang selama ini cenderung kurang mendapatkan perhatian serius dari para pengusaha mebel di dalam negeri. Padahal ketersediaan kayu kelapa yang cukup melimpah di negeri yang pernah mendapatkan julukan sebagai Kepulauan Nyiur (Pulau Kelapa) ini menyimpan potensi ekonomi yang sangat besar untuk dikembangkan.
Rasa penasaran Marsal semakin menjadi-jadi setelah dirinya melihat produk mebel kayu kelapa impor dari Filipina yang kualitasnya sangat baik dengan motif serat kayu kelapayang sangat indah, unik dan khas. Untuk memuaskan rasa penasarannya, Marsal rela bersusah payah melakukan kegiatan riset untuk mempelajari teknologi pengolahan kayu kelapa agar bisa dimanfaatkan sebagai bahan baku mebel. Marsal pun kemudian melakukan serangkaian uji coba mulai tahun 2004 hingga tahun 2007 dengan menghabiskan dana yang tidak sedikit. Tidak tanggung-tanggung, Marsal mencurahkan semua sumber daya dan perhatiannya untuk melakukan riset kayu kelapa tersebut. Dia pun rela meninggalkan kegiatan usaha dagangnya sebagai supplier barang-barang dan peralatan kantor yang sudah digelutinya sejak tahu 1980-an.
Formula bahan kimia tersebut selain berfungsi untuk mengawetkan kayu kelapa agar bisa tahan lama dan tahan air, juga berfungsi untuk mencegah kayu kelapa dari serangan hama dan penyakit (terutama terhadap serangan hama serangga dan penyakit jamur atau bakteri) pasca panen yang sangat merugikan. Formula bahan kimia yang dikembangkan Marsal juga dapat menjaga konsistensi kualitas kayu kelapa sehingga dapat terhindar dari fenomena pecah rambut (pecah serat) dan pembengkokan atau pemelintiran. Formula bahan kimia buatan Marsal (yang sampai saat ini belum diberi nama khusus) mampu mengikat serat-serat kayu kelapa yang tidak beraturan dan tidak saling mengikat itu menjadi serat-serat kayu yang kompak dan kuat serta saling mengikat satu sama lain.
Kelebihan lainnya, formula kimia ciptaan Marsal dapat memunculkan motif serat kayu kelapa menjadi tampak lebih jelas dan indah. Karena itu, produk mebel kayu kelapa buatan Marsal tidak perlu mendapatkan tambahan pewarnaan lagi karena warna yang dipakai merupakan warna natural kayu kelapa.
Kalangan konsumen produk mebel buatan Marsal pun selama ini tidak pernah komplain dengan produk mebel kayu kelapanya. Bahkan sebaliknya kalangan konsumen mengaku cukup puas dengan produk mebel kayu kelapa itu karena harganya jauh lebih murah tetapi kualitasnya tidak kalah dari mebel kayu jati.
Sebagai perbandingan, harga bahan mebel dari kayu jati sekarang mencapai Rp 12 juta per meter kubik, sedangkan bahan mebel dari kayu kelapa yang sudah diperlakukan dengan formula khusus yang saya kembangkan harganya hanya sekitar Rp 3,5 juta per meter kubik. Padahal setelah diolah, produk mebel kayu kelepa memiliki motif serat kayu yang sangat indah, khas dan unik, kata Marsal.
Menurut Marsal, hanya ada satu syarat yang harus dipenuhi agar kayu kelapa yang dipakai untuk produk mebel dapat memiliki sifat-sifat seperti disebutkan di atas, yaitu kayu kelapa itu harus berasal dari pohon kelapa yang sudah cukup tua (masak tebang) dengan umur lebih dari 70 tahun (pohon kelapa yang sudah tidak produktif lagi).
Satu-satunya kekurangan (namun bisa juga menjadi kelebihan untuk penggunaan tertentu) kayu kelapa dibandingkan dengan kayu jati adalah berat jenis kayu kelapa dua kali lipat lebih berat dari kayu jati. Dengan demikian, dilihat dari sisi biaya pengangkutan tentunya kayu kelapa membutuhkan biaya pengangkutan yang relatif lebih tinggi ketimbang kayu jati.
Sumber: http://arifh.blogdetik.com/mengolah-kayu-kelapa-menjadi-bahan-baku-mebel/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar