Kamis, 24 Juli 2014

BUDIDAYA CACING SUTRA (Tubifex sp) DENGAN MEDIA NAMPAN

http://mahmudsmadawangi.blogspot.com/
  ( Ditemukan Oleh : Bpk Agus Tiyoso, Bulu Kec. Bulu Kab. Temanggung)
(Maaf Tehnologi ini Rencana Akan di Patenkan dan Di Franchisekan oleh teman di Jakarta)
Ditulis dan Dalam Pembinaan  : Mahmud Efendi, Penyuluh Perikanan Parakan
Menanggapi Antusiasme Masyarakat Khususnya Para Peminat Budidaya Cacing Sutera Cara Modern ala Bapak AGus Tiyoso Temanggung yang Begitu Besar, Maka mulai Kedepannya silahkan menghubungi CALL CENTRE "Manajemen JOGLO CACING" (di No HP :082227129909) sebagai PUSAT INFORMASI SEPUTAR BUDIDAYA CACING SUTERA yang ada di Semarang. Termasuk untuk Pemesanan Sarana dan Prasarana Budidaya, Kunjungan ke lokasi, Seminar/Pelatihan dan lain-lain. Semua ini dimaksudkan agar Pelayanan dimulai dari satu pintu untuk kebaikan bersama.
Sekian Harap maklum.
 
A.    Pendahuluan
Tehnologi perikanan belakangan ini telah berhasil memijahkan beberapa jenis ikan baik ikan hias ataupun ikan konsumsi dengan pemijahan alami ataupun buatan, akan tetapi keberhasilan dalam pemijahan larva ini tidak diikuti oleh keberhasilan dalam pengembangan teknologi pemeliharaan larva, yang ditandai dengan tingkat mortalitas yang masih tinggi. Padahal usaha budidaya ikan dan udang semakin giat dilaksanakan baik secara intesif maupun secara ekstensif. Salah satu penyebab rendahnya SR (Survival Rates/Tingkat Kehidupan) larva adalah masih rendahnya penguasaan teknologi penyediaan pakan, khususnya pakan alami.
Berdasarkan permasalahan tersebut, salah satu alternatif pemecahannya adalah mencari pakan alami yang lebih murah untuk menekan biaya akan tetapi nilai nutrisinya lebih lengkap. Penggunaan  pakan alami untuk budidaya ikan memiliki beberapa keuntungan selain harganya yang lebih murah juga tidak mudah busuk sehingga dapat mengurangi pencemaran kualitas air, lebih mendekati pada kebutuhan biologis ikan karena merupakan jasad hidup dan mempunyai kandungan gizi yang lebih lengkap jika dibandingkan dengan pakan buatan.
Salah satu diantara banyak pakan alami adalah cacing sutra atau juga dikenal dengan cacing rambut. Cacing sutra ini menjadi favorit bagi semua benih ikan yang sudah bisa memakan pakan alami. Cacing sutra ini biasanya diberikan dalam keadaan hidup atau masih segar ke dalam air karena lebih sukai ikan. Cacing sutra (Tubifex sp) cukup mudah untuk dijumpai, dan jika dibudidayakan tidaklah sulit untuk melakukannya. Kemampuanya beradaptasi dengan kualitas air yang jelek membuatnya bisa dipelihara di perairan mengalir mana saja, bahkan pada perairan tercemar sekalipun. Selain itu juga bisa bertahan lama hidup di air dan nilai gizi yang ada pada cacing ini cukup baik untuk pertumbuhan ikan. Berbagai keunggulan ini membuat Cacing sutra (Tubifex sp) menjadi primadona pakan alami bagi dunia pembenihan. Namun ketersediaan pakan alami berupa cacing sutra masih tergantung pada kondisi alam sehingga dalam waktu – waktu tertentu sulit diperoleh

Pengembangan pakan alami cacing sutra masih tergolong tradisional. Sebagian besar pemenuhan kebutuhan akan cacing sutra didapat dari alam. Hal tersebut dikarenakan teknologi budidaya dari cacing sutra ini belum berkembang dengan baik, sehingga masih mengandalkan tangkapan dari alam. Proses pengambilan cacing sutra dari alam membutuhkan penanganan khusus dan ketelatenan agar didapatkan cacing yang tahan dan dapat hidup di luar habitatnya hingga dapat didistribusaikan kepada konsumen.
Kandungan gizi cacing sutra cukup baik bagi pakan ikan yaitu berupa protein         (57 %), lemak (13,3 %), serat kasar (2,04 %), kadar abu (3,6 %) dan air (87,7 %). Kandungan nutrisi cacing sutra tidak  kalah dibanding pakan ikan alami lainya seperti Infusoria, Chalama domunas, Kotioero Monas .sp, Artemia .sp (Khairuman et al., 2008) 

B.     Budidaya Dengan Tray/Nampan Plastik
Budidaya cacing sutra dengan Tray/Nampan terhitung baru dilakukan. Sistem budidaya dengan menggunakan nampan ini baru ditemukan beberapa waktu yang lalu oleh pembudidaya cacing sutra, Bapak Agus Tiyoso. Pembudidaya tubifex sp  yang beralamat di Kecamatan Bulu Kabupaten Temanggung ini menemukan ide budidaya dengan sistem tray ketika ada temannya bertamu dan lagi membicarakan cara budidaya cacing rambut. Ketika istrinya mau menyuguhkan minuman yang dibawa dengan nampan,  saat itulah terbersit ide untuk menggunakan nampan dalam berbudidaya “Si Emas Merah Berambut” ini.

Budidaya cacing sutra dengan menggunakan media nampan/tray ini bisa menggunakan System SCRS( Semi Closed Resirculating System). Sistem SCRS ini sebetulnya bukan hal baru pada sistem pembesaran pada budidaya udang. Sistem ini pada dasarnya mengolah dan menggunakan kembali air yang sudah dipakai pada proses budidaya udang. Pengisian air  baru dari luar sistem hanya dilakukan untuk mengganti air yang susut/berkurang akibat kebocoran ataupun evaporasi.
Pada sistem budidaya cacing sutra dengan menggunakan nampan/tray ini mempunyai beberapa keuntungan, yaitu :
1)      Lebih hemat dalam penggunaan air.
Air yang sudah melewati susunan media pada nampan/tray ditampung dengan wadah yang ada dibagian bawah rak untuk kemudian dialirkan kembali ke media yang paling atas dengan menggunakan pompa air/dab.
2)      Menghemat Penggunaan Probiotik dan Obat-obatan lainnya.
Probiotik dan obat-obatan yang dicampur pada media tumbuh/substrat budidaya cacing sutra yang ikut terbawa arus air tidak terbuang dengan percuma ke perairan luar. Probiotik yang ikut tertampung pada wadah bagian bawah wadah rak bersama air bisa digunakan kembali dengan cara dialirkan ke media yang paling atas dengan bantuan pompa air/dab.
3)      Budidaya cacing sutra dengan sistem ini tidak membutuhkan lahan yang luas, karena medianya disusun ke atas secar vertikal yang cenderung bisa juga dilahan yang sempit seperti disela-sela sekatan rumah ataupun tempat lainnya.
Agar kapasitas produksinya bisa maksimal ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam budidaya tubifex sp  dengan sistem tray/nampan ini, yaitu : 
Ø  Nampan diusahakan agar yang awet dan tahan pecah, sehingga bibit yang sudah ada dimedia tidak mesti mengulang dari awal budidaya yang biasanya membutuhkan waktu 50 – 57 hari mulai dari awal sampai dengan panen.
Ø  Kayu balok dan reng bambu yang dipakai juga diusahakan agar kwalitasnya juga bagus untuk menghindari kejadian yang tidak diinginkan seperti patah/roboh akibat kayu/reng bambunya patah atau gampang rapuh.
Ø  Jumlah nampan/tray diatur sebanyak mungkin dengan tetap memperhatikan kekuatan rangka yang ada
Ø  Semakin banyak rak/susunan kerangka akan semakin banyak produksi cacing sutra yang akan dihasilkan

Produksi cacing sutra dengan media nampan, menurut informasi Bapak Agus Tiyoso Penemu Budidaya cacing sutra dengan media nampan ini, bisa mencapai 1 gelas/nampan dengan siklus panen sesudah masa panen perdana bisa 5 – 10 sehari sekali. Dengan asumsi 1 gelas = 250 ml, maka apabila kita bisa memanen 10 nampan/hari maka produksinya  akan  mencapai 2,5 liter/hari. Terkadang panennya bisa mencapai 15 – 20 nampan/hari. Jika dikalikan dengan Rp. 15.000,00 rupiah maka penghasilan dalam sehari bisa mencapai Rp. 37.500,00. Tentu saja penghasilannya bisa lebih dari itu apabila jumlah cacing sutra dalam nampan yang dipanen lebih dari 10 nampan. Jadi semakin banyak nampan yang dibuat dengan semakin banyak rak-rak budidaya cacing sutra yang dibuat maka kapasitas produksi yang ingin dicapai pun bisa semakin meningkat.
C.    Analisa Usaha
Sebuah analisis usaha sangatlah penting untuk mengetahui kelayakan suatu usaha apakah  bisa mendapatkan keuntungan yang layak atau tidak. Langkah pertama untuk menganalisa suatu usaha adalah menentukan biaya produksi kemudiabiaya produksi merupakan modal yang harus dikeluarkan untuk melakukan usaha. Biaya produksi dapat dibedakan antara biaya tetap dan biaya tidak tetap. Biaya tetap merupakan biaya yang penggunaanya tidak habis dalam satu musim produksi, sedangkan biaya variable merupakan biaya yang habis dalam satu musim produksi. Analisis finansial sangat dibutuhkan dalam usaha apapun untuk mengetahui tingkat efisiensi, serta tingkat keberhasilan usaha dan layak tidaknya usaha tersebut untuk dijalankan. 
Usaha budidaya cacing sutra dengan nampan ini sangat menjanjikan. Bayangkan hanya dengan 100 buah dan biaya produksi Rp 3.508.250,-  setahun bisa menghasilkan pendapatan dari penjualan cacing sutra setahun yang mencapai Rp 11.625.000,-.Berarti bisa mendapatkan keuntungan sebesar Rp 8.116.750,-/ 1 rangkaian rak. Penghasilan dalam 1 bulan hanya dengan 1 rangkaian rak nampan yang berisi 100 nampan besar adalah Rp 676.396,- Apabila kita mempunyai 10 rangkaian rak nampan besar maka keuntungan pertahun yang bisa didapat adalah sekitar Rp 81.167.500,-, dan penghasilan/bulannya bisa mencapai Rp 6.763.960,- sebuah penghasilan yang tinggi untuk ukuran sekarang. Apalagi dengan berbudidaya cacing sutra dengan nampan ini tidak membutuhkan lahan yang terlalu luas dan bisa juga di pekarangan atau sekatan rumah kita. 
Berdasarkan nilai pendapatan dan biaya produksi, didapatkan nilai rationya 3,31. R/C rasio tersebut menunjukkan bahwa setiap Rp.1,- biaya yang dikeluarkan untuk usaha budidaya cacing sutra dengan media kolam semen ini akan memperoleh penghasilan Rp. 3,31,-.
Sumber: http://epetani.pertanian.go.id/budidaya/budidaya-cacing-sutra-tubifex-sp-dengan-media-nampan-8152

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Label