Selama ini kayu kelapa jarang dilirik pengusaha dan perajin furniture karena karakter kayunya yang memiliki penanganan khusus. Jika tidak tahu memprosesnya, produk mebel yang terbuat dari kayu kelapa bisa rusak gara-gara kayunya melintir atau pecah seratnya. Marsal, pemilik CV Mitra Khairi mencoba mengakaliya.
Beberapa tahun yang lalu, Marsal pulang ke kampungnya di Sumatera Barat. Disana, Marsal melihat pohon kelapa ditebang dan kayunya dibiarkan begitu saja atau dijadikan kayu bakar. Iseng-iseng Marsal mencoba membelah sebatang kayu kelapa. Ternyata, mutunya bagus sekali, dan tidak kalah dengan kayu jati."Ini seperti harta karun yang tidak diolah," katanya.
Akhirnya, tahun 2004, Marsal meninggalkan bisnis pemasok aneka barang yang waktu itu dilakoninya,. Ia memulai menggeluti bisnis kayu kelapa. Marsal mengaku, usahanya sempat merugi karena dihadapkan pada kayu kelapa yang susah penanganannya. "Kayunya melintir, mudah pecah rambut, atau bergerak terus. Seperti menyusut atau mengembang lagi," ujarnya.
Modal awal usahanya yang Rp 250 juta cepat menipis. Namun, Marsal justru semakin panasaran mencari solusinya. Dengan ketekunan dan pantang menyerah, pria kelahiran 5 Juni 1959 ini akhirnya menemukan ramuan khusus agar kayu kelapa tidak pecah serat dan berubah bentuk.
Kini, dengan total investasi sekitar Rp 400 juta, bisnis Marsal terus berkembang. Omsetnya yang semula Rp 10 juta per bulan, kini bisa menembus Rp 30-40 juta per bulan.
Bahkan, kata Marsal pernah dalam sehari mampu menjual Rp 12 juta dari order membuat pintu dan jendela.Untuk bahan baku, Marsal mengaku lebih memilih kayu kelapa yang tua. Pasalnya, kayu kelapa tua lebih banyak seratnya dibanding yang muda. Setelah di oven, kayu kepala tua lebih berat daripada yang muda dan masih banyak berisi air. "Sebaiknya memakai kayu berumur diatas 60 tahun," kata Marsal.
Marsal mendatangkan kayu kelapa dari Sumatra Barat. Produk mebel dari kayu kelapa buatan Marsal berupa meja makan, sofa, meja ruang tamu, bufet, dan balai-balai. Masalah harga, bervariasi. Misalnya, bufet dijual dengan harga rata-rata sekitar Rp 1,5 juta. Marsal juga memproduksi lantai kayu kelapa yang dijual sekitar Rp 175.000 per meter persegi.
Marsal banyak melakukan pameran kerajinan atau workshop untuk melakukan pemasaran. Produknya berhasil menggaet sejumlah pemesan asal AS, Cina, dan Taiwan. Marsal mengaku, dia juga pernah menangani proyek di vila milik salah seorang mentteri di Kabinet Indonesia Bersatu. Kedepan, Marsal akan mengembangkan perusahaannya dengan mengajak perajin lain sebagai mitra usahanya.
Sumber: http://nasional.kompas.com/read/2008/11/11/10240474/kayu.kelapa.seharga.puluhan.juta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar