Sabtu, 26 Juli 2014

Perbaiki Ekonomi dengan Mebel Batang Kelapa


Oleh:
Suriani
Fasilitator Sosial
Kabupaten Majene
OSP 8 Provinsi Sulawesi Barat  
PNPM Mandiri Perkotaan
Bersama sang suami, Sahadiah menekuni usaha pembuatan mebel dari kayu pohon kelapa. Modal awal usahanya didapat dari pinjaman bergulir di PNPM Mandiri Perkotaan. Produksinya kini sudah berkembang dan terjual hingga ke luar Majene, Sulawesi Barat (Sulbar).
Keberanian Sahadiah memproduksi mebel tak lepas dari potensi suaminya, yang mahir mengubah kayu menjadi perabotan rumah tangga. Berbekal semangat untuk memperbaiki ekonomi rumah tangganya, pasangan suami istri yang tinggal di Majene Sulbar ini kemudian difasilitasi membentuk Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM). Ada lima orang yang tergabung dalam KSM yang dibentuk pada 2009. KSM ini diberi nama KSM Regenerasi dengan ketua Sahadiah. Anggota KSM Regenerasi tak lain adalah para tetangga Sahadiah yang masuk kategori warga miskin sesuai data Pemetaan Swadaya 2 di PNPM Mandiri Perkotaan.
KSM Regenerasi selanjutnya mengajukan proposal pengajuan pinjaman ke Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) Siasayangngi Kelurahan Baru Kecamatan Banggae Kabupaten Majene. Sesuai aturan, masing-masing anggota KSM hanya mendapatkan pinjaman bergulir sebesar Rp500.000. Total pinjaman yang didapat KSM Regenerasi berjumlah Rp2,5 juta. Inilah modal awal KSM Regenerasi untuk memproduksi mebel berbahan kayu pohon kelapa. Modal awal tersebut, kata Sahadiah, sudah cukup untuk membeli bahan baku pembuatan satu set kursi dari kayu pohon kelapa.
Ketua KSM Regenerasi Sahadiah
“Di tahun berikutnya atau di tahun 2010, pinjaman yang diterima naik 100 persen. Kami mendapat pinjaman bergulir lagi sebesar Rp5 juta," jelas Sahadiah.
Tambahan pinjaman yang diterima KSM Regenerasi berkat ketepatan waktu membayar cicilan pinjaman. Berdasarkan catatan, KSM Regenerasi ini memang tidak pernah menunggak cicilan. Catatan pembukuannya juga sudah sesuai dengan standar pembukuan di PNPM Mandiri Perkotaan sebagaimana diajarkan oleh Fasilitator Kelurahan dan Unit Pelaksana Kegiatan (UPK).
Usaha pembuatan mebel kayu yang ditekuni KSM Regenerasi terus berkembang. Pada 2011, KSM ini kembali mendapatkan pinjaman bergulir sebesar Rp7,5 juta. Tahun berikutnya atau pada 2012, pinjaman yang diterima bertambah menjadi Rp10 juta. Sejak mendapatkan pinjaman pertama, Sahadiah terbukti mampu mengoordinir anggota KSM Regenerasi. Perempuan berusia 39 tahun ini juga mampu mengelola pembagian keuntungan dengan baik.
Dalam mengelola usaha ini, Sahadiah menerapkan prinsip khusus yang disebut siwaliparri yang berarti susah senang ditanggung bersama. Dengan prinsip itulah, para anggota KSM Regenerasi sangat solid dalam menjalankan usahanya.
Saat ini, setiap bulannya KSM Regenerasi mampu memproduksi sekira dua set kursi dengan harga berkisar Rp5-7 juta per set. Harga yang dipatok menyesuaikan model dan bahan yang dipesan oleh konsumen. Selain kursi, KSM Regenerasi juga menerima pesanan pembuatan lemari, perabot sekolah dan perabot lainnya. Hingga kini, KSM Regenerasi masih kebanjiran order. Terlebih saat bulan Ramadan.
Kunjungan Staf Kepresidenan di lokasi
pekerjaan mebel KSM Regenerasi
“Kalau sedang ramai order, seperti bulan puasa atau menjelang Lebaran, omset kami bisa mencapai 15 juta rupiah per bulan. Di luar bulan puasa, omset kami sekira Rp7 juta sampai Rp10 juta per bulan. Keuntungan yang diperoleh selanjutnya dibagi kepada anggota KSM serta karyawan. Keuntungan ini dihitung setelah dikurangi pembelian bahan baku dan pembayaran pinjaman,” ungkap Sahadiah dengan bangga.
Produk mebel KSM Regenerasi lambat laun dikenal banyak orang. Promosinya cukup dari mulut ke mulut. Dari situlah pesanan demi pesanan datang. Kini hasil produksi mereka tak hanya diminati konsumen di Majene. Produk KSM ini juga merambah ke wilayah Kalimantan, Makassar, Mamuju, Polewali Mandar, dan daerah lain di Pulau Sulawesi.
Harga produk mebel KSM Regenerasi juga tergolong murah. Untuk satu set kursi dan meja yang terbuat dari batang pohon kelapa dibandrol Rp5,5 Juta. Sementara untuk lemari tempat TV dan keramik cindera mata bahan kayu jati dihargai sekira Rp2 juta-an. Harga yang dipatok sangat tergantung model pesanan dan tingkat kesulitan pengerjaannya. Sahadiah pun mengaku bahwa kini suaminya sudah ahli dan sanggup membuat apa saja sesuai pesanan. “Yang penting ada contoh gambar atau fotonya,” jelas Sahadiah.       
Seiring majunya usaha, KSM Regenerasi difasilitasi untuk bisa mendapatkan kredit perbankan melalui Kredit Usaha Rakyat (KUR). Pada akhir 2012 lalu, KSM ini mendapatkan kucuran kredit senilai Rp50 juta. “Meski tak bisa lagi mendapatkan pinjaman bergulir dari BKM, kami tidak kecewa. Sebab, kami sudah bisa mengajukan KUR ke bank. Pembayaran cicilan juga lancar,” papar Sahadiah.
Empat tahun sudah Sahadiah menggeluti usaha produksi mebel bersama KSM Regenerasi. Denyut usahanya sudah memberikan manfaat bagi warga di sekitarnya. Di luar anggota KSM, Sahadiah juga memperkerjakan beberapa warga Kelurahan Baru. Warga yang sebelumnya menganggur, kini sudah memperoleh penghasilan guna memenuhi kebutuhan sehari-hari.
“Saya dan suami bisa membiayai kehidupan sehari-hari, termasuk membiayai sekolah anak. Berkat usaha dan doa, melalui pinjaman dana bergulir, saya akhirnya dapat menyekolahkan anak saya hingga mencapai cita-citanya menjadi seorang polisi,” urainya. [Sulbar]
Contoh meubel diproduksi Sahadiah:
Sumber:http://www.p2kp.org/bestpracticedetil.asp?mid=371&catid=1&

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Label