Desain unik serta bersifat ekslusif, merupakan daya tarik produk handmade. Peluang bisnisnya pun sangat menjanjikan. Menurut Tarlen Handayani, pemilik dari klub kreativitas handmade bernama Tobucil di Bandung, handmade bukan produk yang sekadar “buat lalu jadi”.
Ada rahasia di balik pembuatannya. Ada gairah, ide, dan kisah. “Jadi, pembuat produk handmade itu bukan “tukang”. Mereka adalah pencipta keindahan sekaligus penutur yang jujur,” kata Tarlen.
Usaha handmade memiliki peluang pasar yang cukup baik di Indonesia, bahkan luar negeri. Hal ini dikarenakan produk handmade merupakan produk yang tidak diproduksi dalam jumlah besar-besaran, sehingga unggul dari segi kualitas. Produk kerajinan tangan pun bisa dibilang memiliki konsumen yang haus akan karya-karya kreatif dan tidak pasaran.
Sebagai pelaku usaha yang sudah bertahun-tahun bergerak di bisnis handmade, Tarlen mengingatkan bahwa untuk menjadi pelaku usaha ini diperlukan kecintaan. Pasalnya, gairah atau passion dalam berkreasi akan sangat mempengaruhi bentuk dan kerapian produk. Ketika sedih, misalnya, warna produk akan sedikit lebih suram. Sebaliknya, suatu produk akan terkesan cerah saat si pembuatnya sedang gembira. Produk kerajinan tangan bisa saja berwujud macam-macam, seperti aksesori, perhiasan, sovenir, pernak-pernik dekor, dan banyak lagi. Mayoritas para pembelinya pun datang dari kalangan ibu rumah tangga.
Banyak alasan yang melatarbelakangi bisnis ini. Martha Puri misalnya, pemiliki usaha Ideku Handmade yang mempunyai ciri khas produk berbentuk burung hantu. “Bisnis ini saya mulai karena saya hobi menggambar,” ceritanya. Bisnis yang sudah dirintisnya selama empat tahun ini, ia awali dengan membuat bingkai foto untuk seorang teman yang berulang tahun. Karena kreasi bingkai tersebut unik, banyak orang yang menyarankan Puri untuk menjual kreasi bikinannya. Lambat laun bisnis itu menguntungkan dan ia pun melepaskan pekerjaan sebagai desain grafis di salah satu stasiun televisi.
Sementara, Dini Kusuma Wardhani, pemilik usaha Capungmungil, sebuah usaha yang memproduksi mainan edukasi handmadepun demikian. Alasan ia merintis bisnis ini lantaran belum banyaknya mainan edukasi anak-anak (edutoys). Dinimelihat produksi edutoys dalam negeri di pasaran masih sangat jarang, padahal animo orangtua dan tentunya anak, sebagai target pasar utamasangat besar.
Ketika awal berkreasi, mainan edukasi buatan tangan ini cukup memiliki respon positif. Rupanya selama ini edutoys masih dikuasai produsen luar negeri. Mainan edukatif berbahan kain yang dikenal dengan istilah soft edutoys buatanluar negeri dijual sangat mahal.Peluang itulah yang ia manfaatkan untuk berbisnis. Dini membuat mainan yang bagus dengan harga tak begitu mahal.
Sumber: http://arif3rahmadi.wordpress.com/2013/01/08/bisnis-kerajinan-tangan/