Jumat, 05 September 2014

Bagai Mana Merawat Raflesia


Kita masih ingat dengan perkembangan terbaru dalam usaha ex-situ Rafflesia yang dalam dua tahun belakangan ini mulai memperlihatkan adanya knop-knop yang berhasil mekar. Bunga yang mekar tersebut hampir rata-rata tumbuh dari tumbuhan inang Tetrastigma yang diambil dari habitat aslinya. Sehingga dimungkinkan adanya individu-individu yang masih dorman atau dalam proses pertumbuhan masih ada di dalam tubuh tumbuhan inang tersebut. Bahkan mungkin biji-biji yang diinjeksikan oleh para peneliti dan orang-orang yang mencoba menanamnya juga berhasil tumbuh menjadi individu-individu Rafflesia baru (Akhriadi & Hernawati, in press).
Di Sumatera Barat sendiri, usaha mengex-situkan Rafflesia malah dilakukan oleh seorang masyarakat yang kesehariannya berlaku sebagai guide untuk wisatawan yang mau menikmati dan mendokumentasikan bunga Rafflesia. Usaha ini telah menuaikan hasilnya pada tanggal 27 Juli 2010 yang lalu, satu bunga Rafflesia berhasil mekar di pekarangan rumahnya. Bila diperhatikan secara geografis, posisi rumah tersebut masih berada dekat dengan habitat alaminya. Sedangkan sebulannya pada 1 Juni 2010 di Kebun Raya Bogor juga sudah berhasil mekar Rafflesia patma. Usaha penanaman Tetrastigma tersebut dengan keberhasilannya sudah membuktikan bahwa dengan campur tangan manusia juga dapat dijadikan sebagai babak baru dari usaha-usaha ex-situ Rafflesia yang telah menjadi ikon dalam usaha-usaha konservasi alam.
Rafflesia arnoldi di pekarangan mekar lagi
Pada tanggal 20 Agustus 2011 ini di tempat yang sama juga kembali satu knop Rafflesia arnoldi berhasil mekar secara sempurna. Berdasarkan informasi dari pemilik rumah tersebut, diperkirakan mekarnya bunga tersebut sudah berlangsung selama dua hari. Sementara dua knop lainnya sedang menunggu cukup umur untuk dapat mekar secara sempurna. Pada waktu bersamaan di habitat aslinya yang berada di dalam Cagar Alam Rafflesia Batang Palupuh juga sedang mekar satu bunga Rafflesia arnoldi lainnya.
Usaha pelestarian ex-situ ini walaupun masih di dekat habitat aslinya dalam hal ini di pekarangan rumah patut dihargai sebagai sebuah sejarah baru dalam usaha-usaha penyelamatan spesies ini dari kepunahan. Apalagi pada saat ini kondisi kawasan hutan sebagai habitat aslinya semakin terdegradasi untuk kepentingan-kepentingan yang dianggap penting oleh manusia dalam mendapatkan sebuah kesejahteraan sesaat (ieth/PA).
Sumber: https://naturasumatrana.wordpress.com/tag/budidaya/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Label