Kamis, 08 Maret 2012

Budidaya Kecipir

Kecipir, Indah Dengan Segudang Manfaat
Meski sering dianggap sepele, tanaman satu ini ternyata punya segudang menfaat. Selain memperindah halaman, kandungan gizinya pun tak kalah hebat.
Tanaman kecipir termasuk tanaman yang gampang ditanam. Tak heran jika hampir seluruh bumi Nusantara dapat ditanami kecipir. Oleh karena itu, tanaman satu ini memiliki beberapa nama daerah. Antara lain cipir (Jawa Tengah dan Jawa Timur), jaat (Sunda), kaceper (Madura), kalongkang (Bali), kacang blimbing (Padang), dan kacang embing (Palembang).
Ada dua jenis tanaman kecipir, yakni kecipir konsumsi (Psophocarpus teragonolobus), dan kecipir hutan (Psophocarpus polustris). Kecipir konsumsi mungkin tidak asing lagi. Sementara kecipir hutan memang tidak banyak dibudidayakan dan digunakan sebagai penutup tanah perkebunan. Anda bisa menjumpainya di perkebunan kelapa sawit dan karet.
Bunga kecipir ternyata cukup indah. Biasanya berwarna putih, ada pula yang berwarna biru atau lembayung. Bentuknya mirip kupu-kupu, dan mekar di pagi hari. Buahnya pun tak kalah menarik. Berbentuk polong persegi empat, setiap segi bersayap, dan bagian pinggirnya bergerigi. Oleh sebab itu, ia disebut pula sebagai "kacang bersayap" atau winged bean. Buah-buah kecipir bergelantungan, dengan panjang berkisar antara 15 - 40 cm. Ketika masih muda berwarna hijau, dan berubah menjadi cokelat sampai hitam pada waktu matang. Setiap polong memiliki sekitar 8 - 10 biji yang bentuknya kecil dan bundar. Biji muda berwarna kuning, dan berubah menjadi cokelat sampai kehitaman saat tua.
TAK SUKA AIR
Tanaman kecipir memiliki keunggulan dalam hal kandungan gizi. Biji kecipir misalnya, memiliki kandungan kalori dan protein nabati yang tinggi. Sementara kandungan lemak yang terendah terdapat pada polong muda. Daun-daun kecipir umumnya kaya vitamin, terutama vitamin A.
Yang lebih menarik, kecipir ternyata memiliki keunggulan lain dibanding daging sapi dan daging domba. Buktinya, kandungan kalori, protein, lemak dan karbohidrat kecipir jauh lebih tinggi ketimbang daging sapi dan domba.
Lalu bagaimana jika kecipir ditanam di pekarangan? Pertama, tanaman kecipir akan menambah keindahan pekarangan. Tampilannya yang menggeliat-merambat, dengan bunga-bunga yang menawan, sungguh merupakan keindahan tersendiri. Belum lagi jika sudah berbuah. Buahnya yang bergelantungan akan menambah keasrian halaman.
Selain itu, kecipir juga berguna bagi perbaikan gizi keluarga dan bisa digunakan untuk pengobatan alternatif. Misalnya, digunakan sebagai obat tetes mata dan telinga, penutup bisul, tambah nafsu makan, dan sebagainya.
Lantas, bagaimana jika ingin menanam kecipir di pekarangan?
1. Mengolah tanah
Gemburkan tanah pekarangan, lalu buat guludan. Ukuran guludan adalah panjang sekurang-kurangnya 5 meter atau sesuai kondisi lapangan, lebar 20 cm, serta tinggi 20 cm. Jarak antara guludan 25 - 30 cm.
2. Menebar Benih
Pilih benih yang berasal dari polong tua (biarkan di pohon 
selama sebulan). Lubangi (tugal) tanah guludan sedalam 5 cm dengan jarak sekitar 25 cm. Beri 0,25 kg pupuk kandang per lubang. Setelah sebulan, tebarkan benih sebanyak 2 - 3 butir per lubang.
3. Menyirami
Setelah benih ditebarkan dan ditutup tanah, segera siram. Penyiraman berikutnya dilakukan 1 - 2 kali seminggu. Sebab, tanaman ini tidak suka tanah becek.
4. Memasang rambatan
Rambatan terbuat dari bilah bambu. Ada tiga model rambatan, yakni lurus tegak, lalu lurus membentuk huruf A, dan lurus diatur menjadi para-para.
5. Memupuk
Saat tanaman berumur 3 minggu, beri pupuk NPK sebanyak 5 gram/lubang. Lakukan pemupukan berikutnya sebulan kemudian, dan diulang setiap bulan.
6. Memanen hasil
Pemanenan kecipir bergantung pada kebutuhan, apakah menginginkan polong muda, polong tua, atau umbinya.
SEMBUH DENGAN KECIPIR
Kecipir bisa digunakan untuk pengobatan tradisional, antara lain:
Obat tetes mata dan telinga
Siapkan beberapa daun kecipir, lalu rebus dengan sedikit air bersih sampai mendidih. Saringlah. Setelah dingin, teteskan ke mata dan telinga.
Obat bisul
Tambahkan adas pulosari ke dalam air rebusan kecipir tersebut dengan adas pulosari, lantas haluskan menjadi pasta. Kompreskan pasta ini pada bisul.
Penambah nafsu makan
Masyarakat Jawa akrab dengan jamu godhog (jamu rebus). Nah, biji kecipir dapat dijadikan salah satu bahannya, terutama dimaksudkan untuk menambah nafsu makan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Label