“Yo i”. Mengapa tidak, ada berbagai pertimbangan mengapa limbah pasar seperti kangkung, wortel, kubis atau kol, kulit kacang merah, kulit kacang hijau dan sisa kecambah, sisa kupasan bawang merah dan putih, sawi, tongkol jagung, kulit jagung, kepala udang, sisa tulang belulang ikan pindang tongkol dan kepalanya, ampas kelapa, serta berbagai persisaan lainnya menjadi bahan yang “layak” digunakan untuk mempertahankan laju kehidupan yang tidak ringan ini.
Ada apa dengan limbah pasar. Jawabnya, ya itu tadi. Limbah pasar dapat dimanfaatkan untuk pakan ternak.
Pengalaman Bersama Limbah.
Limbah pasar seperti juga limbah rumah tangga, campur baur, haru biru. Tidak ada bedanya antara limbah berbahan organik dengan limbah non organik seperti plastik dan lain sebagainya. Berbekal dukungan saudara, setiap pagi mengumpulkan limbah pasar sebagai bagian dari mengais rizki yang diturunkan Allah Swt kepada ummatnya. Ada keasikan tersendiri ketika mengumpulkannya. Di situ ada rasa, duh, betapa joroknya bangsa ini….., saya harus menjadi bagian yang memberikan kontribusi positip terhadap perubahan….. Idealnya sih begitu, tapi dalam hati, terbersit juga tujuan aslinya : mendapatkan pakan yang lebih murah di luar pakan ternak pabrikan yang harganya selangit.
Inilah sedikit pengalaman mengumpulkan limbah pasar.
Berebut , karena tidak semua limbah cocok untuk pakan ternak yang kita miliki, maka harus pandai-pandai memilih dan datang lebih pagi. Kalau tidak, bisa keduluan sama rekan sejawat yang bertujuan sama.
Rajin meminta. Jika terpaksa memang harus membeli, meskipun harganya relatif murah, tapi pedagang pasar yang baik hati, bisa memberikan dengan harga termurah atau digratiskan, tapi karena pemungut limbah juga relatif banyak, maka beberapa pedagang pasar juga memberikan harga untuk barang sisa atau sisa sayuran akan atau hampir busuk di kiosnya.
Rajin Memilah. Kadang tapi sering dari limbah yang dikumpulkan harus kita pilah berdasarkan jenisnya. Tidak jarang bahkan sering bercampur tanah (karena memang pasarnya becek dan kotor), karet gelang, potongan tali rafia, karet, sisa sandal, puntung rokok, bungkus rokok, dan yang terbanyak, sisa bungkus plastik. Begitu limbah datang harus segera diproses. Sederhana saja, pilah yang bisa dimanfaatkan berdasarkan jenisnya : Mana sayuran untuk ternak monogastik (unggas) dan untuk hewan memamah biak (sapi, kambing, domba). Setelah dicuci bersih lalu diproses lanjut untuk proses dijadikan pakan.
Pertanyaan berikutnya : Seberapa menguntungkan bagi peternak mengumpulkan limbah pasar?.
Wah… pertanyaan tidak mudah untuk dijawab. Ambil saja kira-kira saya butuh 1 kg per hari macam-macam sayuran dan 0,5 kg protein (ikan, daging, tulang) yang kalau dibeli dalam keadaan siap pakai (produk pabrikan atau hasil seleksi pedagang, kira-kira asumsikan dibutuhkan biaya daging/tulang/ikan seharga 7 ribu rph dan sayuran 3 ribu rupiah. Jadi dibutuhkan dana 10 ribu rupiah. Kalau saya mengumpulkan limbah pasar, maka bisa didapatkan dengan biaya sekitar tiga atau empat ribu rupiah, termasuk ongkos angkut. Jadi ada selisih sekitar 7000 rupiah. Lumayan kan. Tujuh ribu rupiah bukan angka yang kecil. Jika nanti saya membutuhkan sekitar 50 atau 100 kg pakan dan bisa diganti dengan 200 kg limbah pasar maka ada penghematan 50 kali Rp 7000,- alias Rp 350 ribu per hari. Sebulan sudah mencapai angka signifikan untuk diperhitungkan.
Jadi, mengapa tidak. Ini pilihan logis yang layak untuk dilaksanakan…….
sumber: http://limbahdanternak.wordpress.com/2013/01/31/limbah-pasar/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar