Jumat, 11 Mei 2012

Budidaya Lengkuas


 

A. PENDAHULUAN
Tanaman obat merupakan komoditas yang sangat spesifik karena persyaratan standar mutu ditetapkan sesuai kandungan senyawa aktif yang berkhasiat obat. Dengan demikian, untuk mencapai kualitas yang diharapkan maka penanganan dan pengelolaan produksi tanaman obat di lapangan harus hati- hati, agar produksi biomassanya baik dan kadar serta kandungan senyawa aktifnya stabil. Untuk itu, proses produksinya yang dimulai dari lapangan berupa pemanenan tanaman liar ataupun budidaya tanaman obat perlu memperhatikan kaidah- kaidah yang ditentukan. Dlam hal ini proses pasca panen tanaman obat harus betul- betul diperhatikan. Berdasarkan data Departemen Kesehatan RI bekerja sama dengan Direktorat Pengawasan Obat Tradisional disebutkan terdapat 1000 spesies tumbuhan yang dapat digunakan sebagai tanaman obat atau memiliki pengaruh bagi kesehatan, namun hanya kira- kira 350 spesies timbuhan abat yang benar- benar telah digunakan sebagai bahan baku obat yang benar- benar telah digunakan sebagai bahan baku obat oleh masyarakat maupun industry jamu Indonesia, sehingga pemanfaatan tanaman obat dapat dibagi menjadi dua aspek, yaitu:
1. Tanaman sebagai produk alam
Sampai saat ini bahan baku industry obat, jamu, dan kosmetika tradisional yang dimanfaatkan bahan baku tanaman obat masih bergantung dari alam, hanya sedikit yang berasal dari budidaya. Tanaman obat dari alam, keberadaannya lepas dari tangan manusia dan murni sebnagai produk alam. Pada umumnya, tanaman- tanaman ini tumbuh liar di hutan, baik hutan dataran rendah maupun dataran tinggi. Sering pula tumbuhan ini dijumpai hidup di daerah pegunungan, pinggir sungai, pematang sawa, bahkan bisa jadi dianggap gulma atau tanaman pengganggu.
2. Tanaman obat hasil budidaya
Pada umumnya usaha budidaya tanaman obat merupakan usaha sampingan dan biasanya ditanam secara tumpangsari. Namun, seiring dengan program pembangunan bidang pertanian , budidaya tanaman obat diarahkan pada pola agroindustri dan menjadi bagian dari sistem agrofarmasi berdasarkan azas manfaat, lestari, dan keberlanjutan, sesuai dengan UU No 12 1992 tentang budidaya tanaman.
Usaha budidaya tanaman obat dapat didorong pengembangannya dengan jaminan pada pemasarannya. Namun, masih ada kesulitan untuk mempertemukan kepentingan produsen dan pengumpul dengan pihak- pihak yang terkait langsung agar memiliki persepsi yang sama yang bertumpu pada kepentingan teknologi, petani pengguna paket, dan industry sebagai konsumen hasil budidaya

a. Klasifikasi Ilmiah Lengkuas
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Liliopsida (berkeping satu / monokotil
Sub Kelas : Commelinidae
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae (suku jahe-jahean)
Genus : Alpinia
Spesies : Alpinia galanga (L.) Sw.
b. Deskripsi Tanaman
Tanaman bernama latin Alpinia galanga dikenal juga dengan nama lain laos (jawa), laja (sunda), langkueh (Minang) dll. Bagian tanaman ini yang sering dipergunakan sebagai bahan obat adalah rimpang-nya. Beberapa penyakit yang bisa di obati oleh lengkuas ini adalah: Aneka penyakit kulit, rematik, obat gosok, pelancar kemih
Tanaman lengkuas merupakan tumbuhan herba/terna menahun tinggi 1,5 – 2 m, tegak, terestrial, dengan kumpulan daun berbentuk roset dekat permukaan tanah. Akar serabut tum¬buh di sekitar rimpang, warna coklat muda. Tidak berbatang nyata, batang terdapat di dalam tanah sebagai rimpang. Rimpang bercabang sangat kuat, cabangnya banyak, berumbi, aromatik. Akar sangat banyak. Umbi berwarna putih dengan tepi berwarna coklat kekuningan. Rimpang umbi lengkuas selain berserat kasar juga memiliki aroma yang khas.
Daun biasanya 2, jarang 1 atau 3, bentuk elip besar atau bulat, dengan pangkal daun membulat sampai agak berbentuk jantung, menyempit ke arah tangkai, segera sangat pendek meruncing, permukaan atas daun suram, berambut, dengan tepi oranye atau coklat merah, hijau, bagian bawah hijau pucat, daging daun seperti kulit, panjang helaian 7-15 cm, lebar 2-8,5 cm, tangkai daun 3-10 mm, ligula sangat pendek, pelepah daun terdapat di dalam tanah, berwarna putih, panjang 1,5-3,5 cm. Bunganya muncul pada ujung tanaman. Bunga majemuk, silindris, ke¬luar tersendiri di ujung batang, panjang sampai 4 cm, dengan 4-12 bunga atau lebih, daun pelindung 2, sangat sempit, 3-3,5 cm. Kelopak bunga dengan ujung bergigi dua. Daun mahkota berwarna putih, berbau harum, bentuk tabung dengan ukuran 2,5-5 cm. Benang sari steril berbentuk lembaran, berlekatan berbentuk bibir (labellum), di bagian bawah tengah-tengahnya berbercak ungu, yang lain putih atau ungu cerah dengan titik-titik ungu, kepala sari besar. Buah bulat, keras. Langkuas atau Lengkuas merupakan tumbuhan yang dapat hidup baik di dataran tinggi maupun dataran rendah (Cheppy S., 2005).
Tanaman ini memiliki batang semu (Batang ini sebetulnya pelepah daun yang bertumpuk tumpuk) seperti pisang, tapi tingginya bisa sampai 2 m. Daunnya bulat panjang dimana daun bagian bawah terdiri dari pelepah-pelepah saja sedang bagian atas lengkap dengan helaian daun. Bunganya muncul pada ujung batang semu tadi. Lengkuas atau laos ada yang berimpang putih, ada pula yang berimpang merah. Yang merah ukurannya lebih besar dan khasiatnya untuk obat Iebih banyak.
c. Kandungan Kimia
Spasmolitik, antiradang (menghambat sintesis, an¬tibakteri. Acetoxychavicol acetate dapat mempunyai aktivitas anti¬tu¬mor. Sebagai bahan obat, yang digunakan adalah lengkuas dalam ben¬tuk simplisia (disebut Galangae Rhizome), yaitu bentuk rajangan rim¬pang lengkuas yang telah dikeringkan di bawah sinar matahari tak lang¬sung, sehingga kadar minyak atsiri yang dikandungnya tidak ku¬rang dari 0,5% v/b. Kandungan kadar abu tidak lebih dari 3,9%. Bahan organik asing tidak lebih dari 2,0%.
d. Budidaya Tanaman Lengkuas
Tanaman dapat diperbanyak dengan rimpang atau biji, namun umumnya lebih mudah diperbanyak dengan menggunakan rimpang. Rimpang yang baik untuk bibit adalah bagian ujungnya.Pengolahan tanah dilakukan dengan menggemburkan tanah dan di¬buat guludan-guludan. Pupuk yang digunakan meliputi pupuk kan¬dang, kompos, dan pupuk buatan. Juga diperlukan bahan-bahan kimia untuk pemberantasan gulma. Panen dilakukan pada saat tanaman berumur 2½ – 3 bulan, dan ja¬ngan lebih tua dari umur tersebut, karena rimpang akan mengandung serat kasar yang tidak disukai di pasaran.
e. Syarat Tumbuh
Lengkuas dapat hidup di dataran rendah sampai dataran tinggi sekitar 1200 m dpl, curah hujan 2500- 4000 mm.tahun, suhu udara 29- 25º C, kelembapan sedang, dan penyinaran tinggi, Jenis tanah yang cocok untuk tanaman ini adalah latosol merah cokelat, andosol, dan aluvialdengan tekstur lempung berliat, lempung berpasir, lempung merah, dan lateristik (Cheppy S., 2005)
f. Pembibitan
Perbanyakan tanaman lengkuas dapat menggunakan potongan rimpang yang sudah tua dan bertunas atau rimpang anakan, kemudian dipecah- pecah menjadi beberapa ruas dengan 2-3 tunas dalam tiap pecahannya atau disesuaikan dengan rencana kebutuhannya. Rimpang tua sebaiknya dipilih yang beratnya 50 gram, dan ukurannya seragam. Rimpang dapat ditunaskan di atas 3- 5 lapisan jerami/ alang- alang yang dihamparkan di atas tanah. Penyemaian juga dapat dilakukan di atas rak- rak kayu. Penyiraman selama pembibitan sampai bertunas dilakukan untuk memelihara sebagian besar mata rimpang. Pertunasan dianggap cukup bila semua atau sebagian besar mata rimpang sudah tumbuh 1- 2cm, biasanya berumur 3-4 minggu. Setelah rimpang bertunas atau dipelihara selam 1-2 bulan, bibit yang pertumbuhannya seragam siap dipasarkan
g. Khasiat Lengkuas
Digunakan untuk pe¬nyembuhan penyakit ku¬lit panu, eksem, ko-reng, ma¬suk angin, perut tidak enak, kurang nafsu ma¬kan, gangguan perna¬fas¬an (bron¬chial catarrh) pada anak-anak, juga untuk stimu¬lan¬sia aromatikum. Sebagai obat dalam rimpang lengkuas digunakan untuk mengobati gangguan pencernaan, meredakan kolik atau mules (meredakan ak¬ti¬vi¬tas peristaltik usus). Sebagai penawar keracunan makanan dan anti ke¬jang. Juga untuk obat kanker pada lambung.
Parutan rimpang segar digunakan untuk menanggulangi gangguan limpa dan herpes. Uap yang diperoleh dari hasil peng¬em¬bunan kukusan tunas batang digunakan untuk mengobati sakit te¬linga. Bubur bayi sering diberi bumbu rimpang lengkuas ini, disamping supaya sedap, juga dimaksudkan untuk mencegah kembung pada bayi. Untuk obat luar, rimpang ini digunakan sebagai obat gosok (dima¬serasi dengan anggur), obat kulit melepuh, sebagai anti jamur (obat panu dan penyakit kulit lainnya). Daunnya di-infus atau digunakan sebagai stimulansia, dan campuran air mandi untuk pembersih badan setelah melahirkan dan meredakan rasa sakit pada rematik (dikenal dengan istilah “mandi hangat”). Bijinya juga berbau aromatis, digunakan untuk meredakan kolik / mules perut, diare dan anti mual.
Rimpangnya sendiri merupakan bahan bumbu dapur yang penting da¬lam resep-resep masakan Indonesia, untuk bumbu dendeng, kuah sa¬te dan lain sebagainya. Sedangkan ampas rimpang laos setelah diam¬bil pa-tinya, dicampur dengan parutan kelapa, ditambah “tempe bosok”, ga¬ram, bawang putih dan kencur digunakan sebagai bahan ma¬kanan lain yang disebut gembrot (Jawa), biasa dimakan bersama cabe merah se¬telah terlebih dahulu dipanggang dalam bungkus daun pisang
 Penyakit kulit: Panu, kadas, kudis, koreng, borok
Pengobatan: Pengobatan luar, di oles di tempat yang sakit. Cara membuat: - Tumbuk halus rimpang lengkuas dengan bawang putih (perbandingan 1:4, 1 rimpang 4 bawang putih) sampai jadi bubur. Oleskan/ tempelkan di tempat yang sakit
Untuk kurap yang telah menahun, tambahkan ramuan tadi dengan cuka
Untuk Panu: sediakan rimpang segar, cacah hingga timbul seratnya, gosokkan pada bagian yang sakit. Untuk obat panu, 1 jari rimpang segar disayat miring/serong, lalu diu¬las¬kan pada panu (tidak perlu digosok, sekedar airnya membasahi panu sudah cukup).
 Obat gosok
Pengobatan: Pengobatan luar, di gosok pada perut Cara membuat: - Iris rimpang lengkuas, rendam dalam alcohol. Gosokkan irisan rimpang tadi ke perus yang sakit
 Rematik
Pengobatan: Mandi air rebusan. Cara membuat: - Cuci bersih rimpang lengkuas lalu rebus. Gunakan air rebusan yang masih hangat untuk mandi
 Sakit kepala, nyeri dada, menguatkan lambung, memperbaiki pencernaan
Pengobatan: di jadikan bumbu dapur Cara membuat: - Rimpang lengkuas yang di jadikan bumbu dapur di campur dalam masakan sehari-hari
 Sakit Limpa
Bahan: 2 rimpang lengkuas sebesar ibu jari, 3 rimpang umbi temulawak sebesar ibu jari dan 1 genggam daun meniran. Cara membuat: semua bahan tersebut direbus dengan 3 gelas air sampai mendidih. Cara menggunakan: diminum 2 kali sehari 1 cangkir, pagi dan sore.
 Membangkitkan Gairah Seks
Bahan: 2 rimpang umbi lengkuas sebesar ibu jari, 3 rimpang umbi halia sebesar ibu jari dan 2 buah jeruk nipis, 1 sendok teh merica, 1 sendok teh garam dan 1 ragi tape. Cara membuat: umbi lengkuas dan halia diparut dan diperas untuk diambil airnya, kemudian dioplos dengan bahan-bahan yang lain dengan 0,5 gelas air masak sampai merata. Cara menggunakan: diminum.
 Membangkitkan Nafsu Makan
Bahan:1 rimpang lengkuas sebesar ibu jari, 3 buah mengkudu mentah, 0,5 rimpang kencur sebesar ibu jari, 0,5 sendok teh bubuk ketumbar, 1 siung bawang putih, 3 mata buah asam jawa yang masak, 1 potong gula merah, jakeling, jalawe dan jarahab. Cara membuat: semua bahan tersebut direbus dengan 2 gelas air sampai mendidih hingga tinggal 1 gelas Cara menggunakan: diminum 2 kali sehari 0,5 gelas, pagi dan sore.
 Bronkhitis
Bahan: rimpang umbi lengkuas, temulawak dan halia (masing-masing 2 rimoang) sebesar ibu jari, keningar, 1 genggam daun pecut kuda, 0,5 genggam daun iler, daun kayu manis secukupnya. Cara membuat: semua bahan tersebut ditumbuk halus kemudian direbus dengan 3 gelas air sampai mendidih Cara menggunakan: diminum 2 kali sehari, pagi dan sore.

Penanganan pasca panen rimpang
Meliputi pemanenan, pencucian, perajangan dan peneringan.
1. Pemanenan
Waktu panen simplisis rimpang lengkuas di tandai dengan berakhirnya pertumbuhan vegetative seperti daun menunjukkan gejala kelayuan secara fisiologis. Pada keadaan ini rimpang telah berukuran optimal dan umur di lahan 10-12 bulan untuk lengkuas.
Pemanenan dilakuakn dengan cara membnongkar rimpang dengan garpu atau cagkul secara hati-hati agar tidak terluka atau rusak. Tanah yang menempel pada rimpang di bersihkan dengan cara di pukul pelan-pelan sehingga tanah terlepas.
2. Pencucian
Rimpang yang telah di hilangkan batang, daun dan karnya tersebut kemudioan di bawa ke tempat pencucian. Rimpang direndam di dalam bak pencucian selama 2-3 jam. Selanjutnya rimpang di cuci sambil disortasi. Setelah bersih, rimpang segera di tiriskan dalam rak-rak peniris selama satu hari. Penirisan sebaiknya di lakukan dalam ruangan atau ditempat yang tidak terkena sinar matahari langsung.
3. Perajangan
Perajangan untuk mempermudah pengeringan rimpang lengkuas. Jika lengkuas hendak dikonsumsi dalam keadaan segar maka perajangan tidak perlu di lakukan. Dan rimpang dapat segera di manfaatkan setelah di cuci dan ditiriskan.
Perajangan dapat menggunakan mesin atau perajang manual. Arah irisan melintng agar sel-sel yang mengandung minyak atsiri tidak pecah. Dan kadarnya tidak menmurun akibat penguapan. Tebal irisan rimpang antara 4-6 mm.
Untuk mendapatkan warna dan kualitas lengkus yang bagus, setelah perajangan rimpang lengkuas diuapi dengan uap panas atau di celup dalam air mendidih selama 1 jam sebelum dikeringkan.
4. Pengeringan
Pengeringan rimpang lengkuas dapat menggunakan matahari langsung, alat pengering beretenaga sinar matahari, di angin-anginkan, atau memakai mesin pengeringan.
a. Dengan matahari langsung
Pengeringan dilakukan di tempat cahaya matahari langsung. Sistem ini menggunakan waktu yang agak lama tergantung intensitas dan lama penyinaran .
b. Penmgeringan dengan alat berenergi cahaya matahari.
Masih tergantung pada intensitas cahaya dan lama penyinaran, tetapi waktunya relative lebih singkat. Untuk itu, bahan di hamparkan di atas rak pengering.
c. Pengeringan dengan mesin
Pengeringan dengan mesin selain lebih cepat juga hasilnya lebih berkualitas. Hal yang perlu di perhatik an dalam pengeringan dengan ,mesin pengering ini adalah suhu pengeringan yang tepat. Untuk rimpang lengkuas sebaiknya di gunakan suhu pengeringan antara 40-60 0c. waktu yang dibutuhkan 3-4 hari.
5. Pengemasan
Setelah rimpang mencapai derajat keekringan yang di inginkan, selanjutnya dapat segera di kemas untuk menghindari penyerapan kembali uap air oleh rimpang.pengemasan dilakukan dengan hati-hati agar rim pang tidak hancur. Simplisia segera di simpan atau diangkut ke pasar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Label