Usaha Kecil dan Menengah (UKM) kini masih
dianggap sebagai ‘warga kelas dua’. Dianggap kurang bergengsi dan masih
dipandang sebelah mata oleh perbankan. Padahal di tangan UKM inilah
perekonomian Indonesia bisa tahan banting menghadapi krisis. Bagaimana
sebenarnya perkembangan UKM di Indonesia dan prospeknya ke depan? Apa
saja yang harus dilakukan oleh para pengusaha UKM? Berikut wawancara
dengan Nining Soesilo, Direktur UKM Center FEUI di kediamannya, kawasan
Panglima Polim, Jakarta. Nining merupakan kakak dari mantan Menteri
Keuangan Sri Mulyani, yang kini menjadi Managing Director di Bank Dunia.
Bisa ceritakan sedikit soal UKM Center FEUI?
UKM center UI ini umurnya paling muda di
FEUI, yang paling tua kan LPEM. LPEM berdiri 1953 didirikan pak Soemitro
Djojohadikusumo. Itu tempat berkumpulnya dosen-dosen ilmu ekonomi. Yang
nomor dua tertua itu lembaga manajemen, kemudian nomor tiga lembaga
demografi. UKM Center yang paling muda usianya baru 4 tahun, baru
berdiri 2005.
Atas usulan siapa?
Dari usulan dekan. Sejarahnya UI kan
fakultasnya duluan sebelum universitasnya. Dulu pertama kan Fakultas
Kedokteran dan Fakultas Ekonomi, kalau Fakultas Teknik-nya kan di
Bandung sekarang sudah jadi ITB, Fakultas Pertanian jadi IPB. Kemudian
UI menjadi universitas, sejarah ini cukup membebani karena ada kesan
multi fakultas bukan universitas. Makanya dalam pemilihan dekan ini
rektor kelihatannya ingin ada kesan universitas bukan multifakultas. Ini
pasti ada gesekan karena mengubah sejarah yang sekian lama. Ini juga
yang bikin pemilihan dekan agak berbeda. Sekarang jadi ada pasang iklan
supaya dari luar ada yang mendaftar tidak hanya dari dalam FEUI saja.
Mungkin Rektor pengen FEUI lebih transparan. Hari ini kandidat masukan
formulir, nanti jumat ada prakualifikasi dan sabtu ada presentasi
Sudah ditentukan berapa calon?
Hari ini yang masuk 8 orang. Nanti akan dipilih 3 terbaik. Dipilih oleh 11 orang, terdiri dari 9 internal FEUI.
Ada perubahan yang diharapkan di FEUI?
Ya tentu saja, salah satunya mengenai
kewirausahaan. Kalau kita lihat, selama ini kewirausahaan di FEUI
kebanyakan teorinya dan dianggap sebegai residual. Tidak dianggap dari
awal hanya menjadi faktor pengikut. Itu cara pandang di jurusan ekonomi.
Karena banyak orang bilang kalau mau jadi pengusaha tidak usah sekolah
juga bisa. Padahal negara kita mengalami kendala karena struktur
usahanya enggak bagus. Apalagi di saat krisis, banyak orang PHK. Sudah
bisa menjadi solusi kalau penduduk Indonesia bisa berwirausaha. Tugas
pemerintah sudah berat untuk menyediakan lapangan kerja bagi masyarakat.
Seharusnya seperti di negara maju, peran Pemerintah tidak besar,
komponen investasi swasta yang lebih banyak. Kalau di Indonesia komponen
perekonomian nasional itu 60 persen dari konsumsi, bukan suatu tanda
yang baik.
Seharusnya wirausaha yang tinggi?
Ya karena itu kan konsumsinya pasti akan
tergerus komponen investasi yang tinggi, dan investasi yang tinggi itu
digerakan oleh kewirausahaan. Kan biasanya rumus pertumbuhan ekonomi
dari konsumsi ditambahin investasi ditambah pengeluaran pemerintah
ditambah ekspor dikurangi impor. Memang negara kita senangnya
mengkonsumsi, kurang mau berusaha. Karena capek dan repot. Kita enggak
suka sebagai supplier tapi lebih sebagai intermediatornya karena cepat
dan gampang. Kita memang bukan negara produsen. Kalau emang mau
nyalahin penjajah, dulu orang pribumi dipetakan jadi dua yaitu pegawai
negeri dan petani. Sebagai penggerak ekonomi disimpan bangsa Tionghoa,
karena memang mereka lebih pintar disitu. Jadi kalau orang Indonesia
masuk ke dalam lingkaran orang Tionghoa itu merasa enggak nyaman,
ibaratnya kolam dia akan merasa asing karena bukan di dalam kolamnya.
Itu masih dianggap kelas dua oleh bangsa kita. Kita baru bisa bangga
jika sudah bekerja di orang lain. Ini diharapkan bisa berubah dari
bangsa kita, kalau tidak sekarang kapan lagi. Makanya kami di UKM center
melakukan bedah UKM setiap bulan dan beberapa lomba UKM.
Bagaimana kondisi UKM saat ini di Indonesia?
UKM itu yang bertahan yang memasok
kebutuhan primer, yaitu makanan, minuman dan pakaian. Consumer goods.
Kedua, dia yang tidak terlalu terekspose dalam kegiatan international.
UKM kan lokalitasnya tinggi, jadi sebetulnya tidak terlalu terpengaruh
krisis. Dari krisis tahun lalu pun tidak terlalu terpengaruh. Dia bakal
terpengaruh kalau memiliki komponen impor yang cukup tinggi, misalnya
tahu dan tempe kan komponen kedelainya masih impor. Dia bisa bertahan
kalau banyak menggunakan komponen lokal.
Jadi yang bisa bertahan contohnya UKM sektor mana?
Yang pasti yang lokalitasnya tinggi.
Sektor industri kreatif, sangat menjanjikan. Potensinya sangat luar
biasa karena orang Indonesia tergolong kreatif. Cuma masih main di
perencanaan dan ide, begitu masuk ke detail kita masih harus banyak
belajar karena kan memang kewirausahaan itu menuntut sesuatu yang
terus-menerus. Kita masih banyak manja di saat terjungkal tidak mau
bangkit kembali. Padahal itu bisa membuat makin pintar.
Sektor UKM yang rentan terhadap krisis?
Selain tahu dan tempe tadi mungkin yang
menggunakan bahan dasar terigu, seperti roti, karena terigu masih impor
dan harga gandum sangat terpengaruh nilai tukar. Ada yang mulai beralih
menggunakan tepung singkong pengganti terigu, salah satunya yang ikut
lomba kami. Memang rasanya enak sekali, tapi dia tidak bisa bermain di
skala yang lebih besar, karena komponen lain seperti mentega dan coklat
masih impor juga. Kalau ada alternatif mungkin minyak kelapa atau minyak
bunga matahari untuk mengganti mentega dia bisa menghemat. Saat ini
saat yang paling baik untuk kita mencintai produk kita sendiri. Jangan
terlalu melihat semua yang dari luar itu lebih bagus.
Tapi di Indonesia rata-rata pola pikirnya seperti itu?
Ya itu karena kita mental dijajahnya
masih ada. Belanda sudah enggak ada, tapi di hati kita, mental dijajah
itu masih ada. Contohnya, bintang film Indonesia saja banyak yang berbau
bule kalau mau dibilang cantik kan.
Apa yang harus dilakukan sektor UKM di tengah krisis seperti sekarang ini?
Kalau UKM harus mengembangkan dengan
tekun apa yang ada di bumi Indonesia. Karena banyak negara lain
mengalami guncangan karena resource-nya enggak banyak. Sebenarnya kita
masih disayang sama Tuhan dengan banyaknya sumber daya alam, tanpa
melakukan ekspor pun sebenarnya perdagangan domestik bisa tetap jalan.
Kondisi negara kita secara finansial masih belum berkembang, kita juga
beruntung disitu karena masih mengandalkan sektor riil. Dan UKM
sebenarnya tidak perlu risau, karena PHK banyaknya di pabrik besar.
Karena UKM sifatnya kecil jadi bisa bertahan. Yang menarik di negara
kita, UKM masih mengandalkan bank untuk pinjaman modal.
Tapi kalau tidak ada bank, suntikannya darimana?
Di negara kita ini masih belum begitu
mengenal dengan konsep modal ventura. Ini kan bukan UKM meminjam, tapi
dapat dari sebuah lembaga ventura yang seperti memiliki modal di UKM itu
atau kepemilikan saham. Jadi mereka tumbuh bersama. Seperti Starbucks
kan itu UKM dari Venture Capital, Microsoft juga meminjam uang bukan
dari bank. Nah di Indonesia memang ada lembaga ventura tapi prakteknya
masih seperti bank memberi pinjaman bukan penyertaan modal.
Itu dirasa lebih menguntungkan UKM?
Iya, karena selain berbagi hasil juga
berbagi risiko. Tapi memang orang yang akan menyertakan modal pasti
pilih-pilih. Kira-kira UKM ini akan mati atau hidup terus. Memang
dibutuhkan monitoring yang ketat dan transparansi. Kembali ke kejujuran
UKM tersebut dan harus ada penempatan orang ventura di dalamnya. Tapi
juga lembaga ventura di Indonesia itu kekurangan orang karena saking
banyaknya UKM yang diurus.
Kebijakan pemerintah untuk sektor UKM saat ini bagaimana?
Kami sedang melakukan penelitian untuk
KUR, mungkin tanggal 9 April sudah ada kesimpulannya. Kesimpulan
sementaranya, KUR ini konsepnya kredit dengan penjaminan. Ini berbeda
dengan kredit usaha tani yang dulu. Kredit dengan penjaminan ini dinilai
lebih baik secara konsep karena dibarengi oleh kehati-hatian bank.
Kalau KUR kan keputusan di bank, kalau kredit usaha tani di kementerian,
jadi ada moral hazzard. Kalau bank kan lebih hati-hati, secara konsep
sudah bagus. Dalam pelaksanaannya kan dilibatkan enam bank, BRI,
Mandiri, Mandiri Syariah, Bukopin, BNI dan BTN. Nah, dari enam itu yang
memiliki armada terdepan dengan UKM hanya BRI. Disitulah kita melihat
ada kendala, karena bank lain selain BRI ini kekurangan orang atau human
resources di sektor UMK. Memang dana pihak ketiga besar, dan dipaksa
pemerintah untuk menyalurkan ke UKM. Budaya lima bank itu juga belum
terlalu kuat di retail, terutama Mandiri yang kuat di korporat. Ini
kasihan juga ke UKM-nya, karena bank itu pasti menyalurkan lewat usaha
kredit mikro seperti koperasi. Dengan begitu suku bunganya jadi lebih
tinggi. Jadi rantai kegiatannya cukup panjang. Juga undang-undang UKM
yang baru keluar kemarin itu belum jelas. Sampai hari ini derivasi dari
undang-undang itu belum ada karena belum bisa, peraturan pemerintahnya
belum ada. Antara UU yang lama dan yang baru berbeda jauh sekali,
mungkin karena memperhitungkan inflasi dan lain sebagainya sehingga
komponen di UU No 5 sebelumnya itu tidak cocok dengan yang baru. Jadi
ada kebingungan.
Kira-kira dalam 5 tahun ke depan UKM Indonesia akan seperti apa?
Saya kira akan lebih maju ya. Pertama,
sekarang keberpihakan pemerintah kepada UKM melalui
kebijakan-kebijakannya di kredit usaha seperti cluster satu dan cluster
dua. Cluster satu kan bantuan langsung tunai itu ya, cluster dua itu
pemerintah sudah mulai mengharapkan monitoring pemakaian dana.
Diharapkan penyaluran dana ke UKM lebih transparan jadi yang dapat dana
itu benar-benar UKM. Sudah banyak kebijakan pro UKM dari pemerintah,
juga menumpukkan harapannya kepada UKM. CSR perusahaan juga itu sekarang
banyak ke UKM.
Ada tips untuk yang mau memulai UKM?
Yang jelas dari para pemenang lomba kami
dan pengalaman saya sendiri, tips-nya itu ya jalani saja. Jadi artinya
ada sesuatu yang sifatnya just do it. Jalani, begitu jatuh bangkit lagi.
Justru kalau orang kebanyakan teori malah justru takut duluan. Terlalu
banyak pertimbangan, akhirnya malah enggak mulai melangkah. Itu
pertama, yang kedua adalah begitu kita terjun semakin dalam maka semakin
banyak risiko. Dengan banyaknya risiko, pendidikan itu menjadi semakin
perlu. Kalau kita lihat orang bisa sukses tanpa pendidikan berarti orang
itu jenius dalm hal itu. Nah, orang jenius di dunia kan cuma beberapa,
sisanya orang rata-rata. Orang rata-rata inilah yang memerlukan
pendidikan. Bagaimanapun juga kita membutuhkan logika berpikir.
Kemudian, perlu juga komunitas untuk sharing. Saya menganjurkan sekali
bagi mereka yang berwirausaha untuk membentuk komunitas, karena begini,
kami sering menerima UKM yang kena musibah, apa itu ketipu lah atau
bangkrut lah. Mereka itu sangat menderita sekali, ketika bertemu dengan
kita jadi bisa sharing dan mengetahui letak kesalahannya. Komunitas ini
bisa memberikan semacam advise kepadanya sehingga dia yang tadinya
enggak kepikiran jadi bisa dilakukan. Dan dalam komunitas itu mereka
bisa belajar dari mereka yang berhasil. Komunitas itu juga bisa berupa
asosiasi sehingga menjadikan UKM lebih kuat. Selama ini ada beberapa UKM
yang hancur, seperti baru bisa ekspor lalu ditipu negara lain, itu bisa
ditanggulangi dengan adanya asosiasi. Asosiasi juga bisa berkomunikasi
dengan Departemen Perdagangan, atau bahkan Departemen Luar Negeri supaya
mendapat lebih banyak informasi.
Bisa ceritakan sedikit background pendidikan?
Saya tamat ITB tahun 1982, arsitektur.
Masuknya tahun 1976. Tahun 1982 langsung masuk University of Iowa,
kebetulan menikah dengan suami saya dia langsung sekolah ke Amerika jadi
saya ikut. Beasiswanya saya dapat di sana karena kebetulan nilai saya
bagus di awal. Dulu saya ambil jurusan Urban Regional Planning. Disana
saya punya anak pertama, di tengah jalan anak saya baru 1 tahun saya
sudah hamil lagi, jadi saya pikir enggak bakal selesai cepat. Di situlah
saya pindah major ke geografi, saya selesai tahun 1986. Tahun
berikutnya kembali ke Indonesia dan gabung dengan LPEM FEUI. Saya mulai
mengajar di FEUI secara enggak sengaja. Saya kan bekerja sebagai
peneliti di sana dan penelitian saya dilirik oleh ketua jurusan sehingga
akhirnya dipaksa untuk mengajar, padahal saya tidak punya background
ekonomi. Lalu saya mulai belajar sendiri, baca buku dan segala macam,
sampai akhirnya malah bikin buku sendiri. Bisa dibilang mulai aktif
mengajar sekitar tahun 1994 sampai sekarang. Pemanfaatan teknologi
informasi untuk kegiatan bisnis merupakan suatu kebutuhan pelaku usaha
dewasa ini. Manfaat teknologi informasi tak hanya sebatas mempercepat
proses kerja di dunia usaha, tetapi juga mampu meningkatkan kualitas dan
produktivitas usaha. UKM sangat penting untuk mendapat perhatian
pemerintah, sebab terbukti tak terpengaruh dengan adanya krisis global.
Malah, UKM bisa menjadi tumpuan harapan untuk keluar dari krisis. Atas
dasar itulah, Departemen Perindustrian dan Perdagangan (Deperindag)
bekerjasama Pemerintah Kota Bogor mengacu semangat pelaku Usaha Kecil
dan Menengah (UKM) agar memanfaatkan teknologi informasi. Kemarin,
Deperindag dan Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika
(Dishub-kominfo) melaksanakan seminar sehari dengan mengangkat tema’
Peran IT (Information Teknologi) menunjang sukses wirausaha’. Seminar
tersebut dihadiri sedikitnya 100 pelaku UKM di Kota Bogor. “Pemanfatan
teknologi informasi sudah menjadi kebutuhan untuk menunjang kebutuhan
bisnis skala kecil, menengah, maupun besar. Karena itu, jangan sampai
pelaku UKM di Kota Bogor ketinggalan zaman. Jika hal itu terjadi, maka
pasti kalah bersaing dengan pelaku bisnis di daerah lain, bahkan yang
dijalani saat ini terancam tidak tumbuh berkembang,” ujar Asisten
Administrasi Kemasyarakatan dan Pembangunan Eddy S Warsa saat membacakan
sambutan Walikota Bogor, kemarin. Eddy menambahkan, pemkot sudah mulai
menerapkan pemanfaatan teknologi informasi untuk pengadaan barang dan
jasa melalui program e-Procurement (e-Proc). Karena itu, wirausaha juga
perlu menerapkannya. Pemkot mensyaratkan perusahaan – perusahaan yang
akan menjadi rekanan untuk mengikuti lelang proyek melalui internet,”
tegas Eddy. Sementara itu Dirjen Telematika Deperindag, Ramon Bangun
mengatakan, peran informasi teknologi sangat penting dalam menunjang
kegiatan bisnis. “Makanya, kita menggiring masyarakat utamanya pelaku
usaha untuk aktif memanfaatkan IT agar tidak ketinggalan,” ujar Ramon.
Menurutnya, transaksi online sudah sangat tren dewasa ini dan merupakan
pangsa pasar yang menjanjikan. “Diharapkan melalui pelatihan seperti
ini, pelaku UKM termotivasi untuk memanfaatkan informasi teknologi dalam
menjalankan usahanya,” tandas Ramon. Pelaku Usaha Kecil, dan Menengah
(UKM) Kabupaten Bener Meriah membutuhkan sentra pasar tradisional untuk
menciptakan pertumbuhan ekonomi yang lebih baik serta persaingan pasar
yang sehat. Hal itu, sebagai jawaban atas persoalan, yang dihadapi
kalangan pelaku UKM selama ini, khususnya dalam perdagangan sayur mayur.
” Saya kira ini solusi yang baik untuk menjawab persoalan yang
dihadapi kalangan pelaku UKM selama ini, apalagi di Bener Meriah 80
persen masyarakatnya adalah petani dan selin kopi, masyarakat juga
menghasilkan sayur-mayur yang banyak dikirim keluar daerah ,” kata ketua
Forum Daerah (Forda) Usaha Kecil Menengah (UKM) Bener Meriah, Tengku
Harun, pagi ini. Dalam empat tahun terakhir, katanya, sejak kabupaten
Bener Meriah berdiri, banyak konsumen mengeluhkan perbedaan harga
holtikultura antar pedagang. Dicontohkan, harga tomat di kampung Buntul,
kecamatan Permata tidak sama, dengan harga tomat di Pondok Baru,
kecamatan Bandar Bener Meriah. Padahal jarak kedua tempat itu tidak
terlalu jauh. ”Tanpa adanya pusat pasar tempat penumpukan sayur, akan
terjadi over produksi di satu dan tempat berbeda, yang mengakibatkan
harga menurun karena harga tak terpantau. Muara dari ini semua, petani
dan pedagang sama-sama rugi, serta minat konsumen menurun, padahal
sebagian besar sayur-sayur di Bener Meriah dikirim keluar daerah ”
katanya. Sementara, pedagang sayur mayur Ardiansyah, meminta agar
pemerintah segera merealisasikan sentra pasar tradisional dimaksud.
”Pemerintah perlu segera merumuskan aturan ini dan segera menentukan
lokasi yang pas, tanpa adanya pusat pasar dan pengaturan harga, maka
selamanya pula petani dan penjual sayur-mayur tetap rugi ” tandasnya.
(fn/dt/bg/ws)
Sumber: http://pengusahamuda.wordpress.com/
Halo, nama saya Widya Okta. dari Indonesia, saya ingin menggunakan kesempatan ini untuk mengingatkan semua pencari pinjaman untuk sangat berhati-hati karena banyak perusahaan pinjaman penipuan di sini di internet, namun mereka masih asli sekali di antara perusahaan pinjaman palsu.
BalasHapusBeberapa bulan yang lalu saya tegang finansial dan putus asa, saya punya korban jatuhnya penipuan oleh beberapa perusahaan pinjaman online, karena saya membutuhkan pinjaman perusahaan yang jujur.
Saya hampir menyerah tidak sampai saya mencari sebuah nasihat dari seorang teman saya yang disebut saya pemberi pinjaman sangat handal Sandra Ovia Badan Kredit yang meminjamkan pinjaman tanpa jaminan sebesar USD 900 juta (Sembilan ratus juta INDONESIAH) dalam waktu kurang dari 24 jam tanpa tekanan atau stres dengan tingkat bunga rendah dari 2%. Saya sangat terkejut ketika saya memeriksa rekening bank saya dan menemukan bahwa nomor saya diterapkan langsung ditransfer ke rekening bank saya tanpa penundaan atau kekecewaan., Karena saya berjanji bahwa saya akan berbagi kabar baik sehingga orang bisa mendapatkan pinjaman mudah tanpa stres .
Yakinlah dan yakin bahwa ini adalah asli karena saya memiliki semua bukti pengolahan pinjaman ini termasuk kartu id, Pinjaman dokumen perjanjian dan semua karya kertas. Saya percaya Ibu Sandra Ovia sepenuh hati karena dia telah benar-benar membantu kehidupan saya. Anda sangat beruntung memiliki kesempatan untuk membaca kesaksian ini hari ini. Jadi, jika Anda membutuhkan pinjaman apapun, silahkan hubungi perusahaan melalui email: (sandraovialoanfirm@gmail.com)
Anda juga dapat menghubungi saya melalui email saya di (widyaokta750@gmail.com) jika Anda merasa sulit atau ingin prosedur untuk memperoleh pinjaman
Sekarang, semua yang saya lakukan adalah mencoba untuk memenuhi cicilan pinjaman bulanan yang saya kirim langsung ke rekening bulanan perusahaan seperti yang diarahkan.