TAMAN NASIONAL SIBERUT, ASIAN GALAPAGOS YANG TERLUPAKAN
Pulau Siberut merupakan salah satu di antara gugusan kepulauan Mentawai di Sumatera Barat yang memiliki ekosistem yang tinggi. Pulau ini terletak sekitar 100 – 155 km dari sebelah barat kota Padang yang dipisahkan oleh Selat Mentawai, seluas 60% kawasan ditutupi oleh hutan primer Dipterocarpaceae, hutan primer campuran, rawa, hutan pantai, dan hutan mangrove. Hutan di taman nasional relatif masih alami, yaitu dengan banyaknya pohon-pohon yang besar dengan tinggi lebih dari 60 meter.
Pulau Siberut telah terpisah lebih dari setengah juta tahun yang lalu oleh air laut dari daratan Asia. Proses pemisahan sejak zaman Es (Pleistocene) ini telah menjadikan Pulau Siberut memiliki keunikan flora, fauna, ekosistem, kebudayaan masyarakat asli dan kehidupan yang bertajhan serta terlepas dari proses evolusi yang dinamis. Akibat proses isolasi yang lama ini menjadikan timbulnya sifat endemik bagi flora dan fauna. Walaupun hutan di Siberut, termasuk hutan tropis, karena mempunyai curah hujan dan suhu yang cukup tinggi, Namun susunan hutan di pulau ini, memiliki keunikan-keunukan tertentu yang berbeda dengan hutan tropis lainnya. Karena keunikannya inilah makanya pulau ini digelari ASIAN GALAPAGOS karena memiliki tingkat endemisitas yang tinggi seperti Pulau Galapagos yang dikunjungi CHARLES DARWIN dulu (Si Bapak Evolusi) yang ditulis dalam bukunya yang penuh kontroversi, THE ORIGIN OF SPECIES
The Mascots
Macaca pagensis (Bokkoi atau Beruk Mentawai)
Bokkoi sangat erat hubungannya dengan beruk yang ada di Sumatera, Kalimantan dan benua Asia Tenggara, tetapi mempunyai warna bulu yang lebih gelap yang kontras sekali dengan bagian pipi yang putih serta pekik yang unik. Beruk biasanya hidup pada pulau-pulau besar, dan sangat luar biasa ternyata Bokkoi hidup di pulau-pulau kecil seperti Pulau Siberut.
Bokkoi juga mengeluarkan bunyi sebelum fajar tetapi tidak menunjukkan pekikan teritori. Bokkoi jantan berulangkali mengeluarkan pekikan supaya terus berhubungan dengan anggota kelompoknya yang juga menjawab dengan jerit dan suara-suara yang biasa mereka keluarkan untuk tetap berhubungan satu sam lain dalam hutan lebat. Kelompok Bokkoi terdiri dari 30 individu umumnya terdiri dari 8-10 individu saja dalam dengan seekor jantan yang memimpin. Kelompok ini terbagi menjadi menjadi kelompok kecil untuk mencari makanan dan kembali bergabung dengan kelompoknya masing-masing pada waktu malam hari. Bokoi memakai daerah habitat yang lebih luas, dari daerah mangrove ke hutan primer dipterocarpaceaae, sampai kepada hutan yang ditebang dan ladang-ladang pertanian dimana mereka sering menemukan makanan, sehingga paling sedikit diselidiki karena daerahnya yang luas. Bokoi adalah jenis primata yang paling lezat dagingnya dan dibeberapa daerah paling sering dibunuh
Presbytis potenziani (Joja atau Lutung Mentawai)
Joja mempunyai bentuk yang paling indah diantara primata endemik, dengan punggung hitam berkilat, bagian perut berwarna coklat tua, putih sekitar muka dan leher dan ekor yang panjang dan hitam seperti sutera.
Meskipun termasuk dalam genus tropis Asia yang besar dan menyebar luas, Joja memiliki keunikan dalam banyak hal. Betina dewasa dan jantan pasangannya ikut serta dalam pekikan dan peragaan tantangan terhadap kelompok lain, tidak seperti ungko dan lutung jenis lain, karena hanya jantan saja yang melakukan kedua hal tersebut. Joja biasanya mengeluarkan bunyi sebelum fajar dan dijadikan sebagai tanda teritori kelompoknya sehingga kelompok-kelompok binatang lainnya dapat menghindarkan diri.
Joja hampir sepanjang hidupnya tinggal di pohon dan jarang sekali turun ke tanah. Makanannya terdiri dari setengahnya berupa buah-buahan, 35% daun-daun dan 15% biji-bijian, kacang, bunga dan materi tumbuhan lainnya.
Hylobates klossii (Bilou atau Siamang Kerdil)
Bilou merupakan jenis primata yang paling terkenal di Mentawai. Secara anatomis termasuk jenis ungko tertua yang masih hidup dengan bulu-bulu yang jarang berwarna hitam gelap dan selaput antara jari kedua dan ketiga. Pekik Bilou paling sederhana diantara pekikan ungko, lebih panjang, bervariasi dan dan tidak dilakukan oleh ungko lainnya.
Bilou hidup berkelompok yang terdiri dari induk jantan dan betina dengan anak-anaknya yang belum dewasa. Bilou termasuk hewan monogami dengan satu keluarga rata-rata tiga sampai empat individu, sedangkan jumlah anggota dalam satu kelompok dapat mencapai 11 individu.
Bilou merupakan jenis primata yang paling banyak menghabiskan waktu di ata pohon yang tinggi (lebih dari 20 meter) dengan pakan yang disukainya adalah Ficus sp, nibung liana dan tangkai. Bilou jarang turun ke tanah, karena termasuk satwa yang pergerakannya banyak menggunakan lengan-lengan yang panjang untuk berpindah/melompat dari satu pohon ke pohon yang lain sehingga sulit bergerak di permukaan tanah. Dengan demikian jelas bahwa Bilou adalah jenis primata yang hidupnya paling dipengaruhi oleh kegiatan penebangan hutan
Simias concolor (simakobu)
Monyet ini termasuk keluarga bekantan (kelompok yang sama berada di Kalimantan). Simakobu sangat berlainan dari bekantan dan semua bentuk monyet lainnya karena ekornya yang pendek menyerupai ekor babi, badan yang gemuk pendek dan anggota-anggota badan yang sama panjang dan ada dua jenis warna bulu yaitu kelabu tua dan keemasan. Simakobu hidup di atas pohon dan memakan daun-daunan.
Simakobu hidup dalam satu kelompok yang terdiri dari 1 betina, 1-5 jantan dewasa dan anak-anak. Jantan dewasa memiliki ukuran yang lebih besar dari betina dewasa dan memiliki gigi taring dua kali lebih panjang dari gigi taring betina dewasa.
Simakobu sangat mudah diburu, seekor Simakobu seringkali melarikan diri dalam jarak dekat saja dan kemudian duduk bersembunyi dalam kanopi sehingga menjadi sasaran empuk bagi pemburu. Simakobu diburu dua kali lebih banyak dari jenis lainnya. Jika satu kelompok melarikan diri, betinanya akan tertinggal dibelakang sehingga betina jenis Simakobu lebih sering dibunuh dari pada jantannya.
Sumber : disini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar