Selasa, 16 Juli 2013

Hama dan Penyakit Tanaman Jagung

HAMA

Ulat Tanah (Agrotis sp.)


Hama jenis ini menyerang tanaman jagung muda pada malam hari, sedangkan pada siang harinya bersembunyi di dalam tanah. Ulat tanah menyerang batang tanaman jagung muda dengan cara memotongnya, sehingga sering dinamakan juga ulat pemotong. Pengendalian hama ini dapat dilakukan menggunakan insektisida biologi dari golongan bakteri seperti Bacilius thuringiensis atau insektisida biologi dari golongan jamur seperti Beauvaria bassiana. Secara kimiawi bisa dilakukan penyemprotan insektisida berbahan aktif profenofos, klorpirifos, sipermetrin, betasiflutrin atau lamdasihalortrin. Dosis/konsentrasi sesuai dengan petunjuk pada kemasan.

Belalang (Locusta sp., dan Oxya chinensis)

Seperti ulat tanah, hama jenis ini menyerang tanaman jagung saat masih muda, yaitu dengan cara memakan tunas jagung yang baru tumbuh. Pengendalian secara kimiawi bisa dilakukan penyemprotan insektisida berbahan aktif profenofos, klorpirifos, sipermetrin, betasiflutrin atau lamdasihalortrin. Dosis/konsentrasi sesuai dengan petunjuk pada kemasan.

Hama belalang pada tanaman jagung merupakan hama migran dimana tingkat kerusakannya tergantung pada jumlah populasinya dan tipe tanaman yang diserang

Gejala serangan :
hama ini menyerang terutama pada bagian daun, daun terlihat rusak karena serangan dari belalang tersebut, jika populasinya banyak dan belalang sedang dalam keadaan kelaparan, hama ini bisa menghabiskan sekaligus dengan tulang – tulang daunnya.

Kumbang Bubuk (Sitophilus zeamais Motsch)

Kerusakan biji oleh kumbangn bubuk dapat mencapai 85% dengan penyusutan bobot biji 17%. Sitophilus zeamais Motsch dikenal dengan maize weevil atau kumbang bubuk, merupakan serangga yang bersifat polifag.

Selain menyerang jagung, juga beras, gandum, kacang tanah, kacang kapri, kacang kedelai, kelapa dan jambu mente. S. Zeamais lebih dominan terdapat pada jagung dan beras. S. Zeamais merusak biji jagung dalam penyimpanan dan juga dapat menyerang tongkol jagung yang masih berada di pertanaman.

Telur diletakkan satu per satu pada lubang gerekan didalam biji, Keperidian imago sekitar 300-400 butir telur stadia telur kurang lebih enam hari pada suhu 250C. Larva menggerek biji dan hidup di dalam biji, umur kurang lebih 20 hari pada suhu 250C dan kelembaban nisbi 70%. Pupa terbentuk di dalam biji dengan stadia pupa berkisar 5-8 hari.

Imago yang terbentuk berada di dalam biji selama beberapa hari sebelum membuat lubang keluar. Imago dapat bertahan hidup cukup lama yaitu dengan makan sekitar 3-5 bulan jika tersedia makanan dan sekitar 36 hari jika tanpa makan.

Siklus hidup sekitar 30-45 hari pada kondisi suhu optimum 290C, kadar air biji 14% dan kelembaban nisbi 70%. Perkembangan populasi sangat cepat bila bahan simpanan kadar airnya di atas 15%.

Pengendalian


a) Pengelolaan Tanaman
Serangan selama tanaman di lapangan dapat terjadi jika tongkol terbuka. Tanaman yang kekeringan, dengan pemberian pupuk yang rendah menyebabkan tanaman mudah terserang busuk tongkol sehingga dapat diinfeksi oleh kumbang bubuk. Panen yang tepat pada saat jagung mencapai masak fisiologis untuk mencegah Sitophilus zeamais, karena panen yang tertunda dapat menyebabkan meningkatnya kerusakan biji di penyimpanan.

b) Varietas Resisten/Tahan
Penggunaan varietas dengan kandungan asam fenolat tinggi dan kandungan asam aminonya rendah dapat menekan kumbang bubuk, dan penggunaan varietas yang mempunyai penutupan kelobot yang baik.

c) Kebersihan dan pengelolaan gudang
Kebanyakan hama gudang cenderung bersembunyi atau melakukan hibernasi sesudah gudang tersebut kosong. Untuk itu dibersihkan semua struktur gudang dan membakar semua biji yang terkontaminasi serta membuang dari area gudang. Selain itu karung-karung bekas yang masih berisi sisa biji harus dibuang. Semua struktur gudang harus diperbaiki, termasuk dinding yang retak-retak dimana serangga dapat bersembunyi, dan memberi perlakuan insektisida baik pada dinding maupun plafon gudang.

d) Persiapan biji jagung yang disimpan
Kadar air biji ≤ 12% dapat menghambat perkembangan kumbang bubuk. Perkembangan populasi kumbang bubuk akan meningkat pada kadar air 15% atau lebih.

e) Fisik Dan Mekanis
Pada suhu lebih rendah dari 50C dan di atas 350C perkembangan serangga akan berhenti. Penjemuran dapat meng-hambat perkembangan kumbang bubuk. Sortasi dapat dilakukan dengan memisahkan biji rusak yang terinfeksi oleh serangga dengan biji sehat (utuh).

f) Bahan Tanaman
Bahan nabati yang dapat digunakan yaitu daun Annona sp., Hyptis spricigera, Lantana camara, daun Ageratum conyzoides, Chromolaena odorata, akar dari Khaya senegelensis, Acorus calamus, bunga dari Pyrethrum sp., Capsicum sp., dan tepung biji dari Annona sp. dan Melia sp.

g) Hayati
Penggunaan agensi patogen dapat mengendalikan kumbang bubuk seperti Beauveria bassiana pada konsentrasi 109 konidia/ml takaran 20 ml/kg biji dapat mencapai mortalitas 50%. Penggunaan parasitoid Anisopteromalus calandrae (Howard) mampu menekan kumbang bubuk.

h) Fumigasi
Fumigan merupakan senyawa kimia yang dalam suhu dan tekanan tertentu berbentuk gas, dapat membunuh serangga/hama melalui sistem pernapasan. Fumigasi dapat dilakukan pada tumpukan komoditas kemudian ditutup rapat dengan lembaran plastik. Fumigasi dapat pula dilakukan pada penyimpanan yang kedap udara seperti penyimpanan dalam silo, dengan menggunakan kaleng yang dibuat kedap udara atau pengemasan dengan menggunakan jerigen plastik, botol yang diisi sampai penuh kemudian mulut botol atau jerigen dilapisi dengan parafin untuk penyimpanan skala kecil. Jenis fumigan yang paling banyak digunakan adalah phospine (PH3), dan Methyl Bromida (CH3Br).

Lalat Bibit (Atherigona sp.)

Lalat bibit hanya ditemukan di daerah Jawa dan Sumatera dan dapat merusak pertanaman jagung hingga 80% dan bahkan puso. Lama hidup serangga dewasa bervariasi antara lima sampai 23 hari, serangga betina hidup dua kali lebih lama daripada yang jantan. Serangga dewasa sangat aktif terbang&nbsp dan sangat tertarik pada kecambah atau tanaman yang baru muncul di atas permukaan tanah. Imago kecil dengan ukuran panjang 2,5-4,5 mm.
Telur Imago betina mulai meletakkan telur tiga sampai lima hari setelah kawin dengan jumlah telur tujuh sampai 22 butir atau bahkan hingga 70 butir. Imago betina meletakkan selama tiga sampai tujuh hari, diletakkan secara tunggal, berwarna putih, memanjang, diletakkan dibawah permukaan daun.
Larva terdiri dari tiga instar yang berwarna putih krem pada awalnya dan selanjutnya menjadi kuning hingga kuning gelap. Larva yang baru menetas melubangi batang yang kemudian membuat terowongan, sampai dasar batang, sehingga tanaman menjadi kuning dan akhirnya mati.
Pupa terdapat pada pangkal batang dekat atau di bawah permukaan tanah, umur pupa 12 hari pada pagi atau sore hari. Puparium berwarna coklat kemerah-merahan sampai coklat dengan ukuran panjang 4,1 mm.

Pengendalian
a) Hayati
- Parasitoid Trichogramma spp. Yang memarasit telur, Opius sp. Dan Tetrastichus sp. Memarasit larva
- Predator Clubiona japonicola yang merupakan predator imago.

b) Kultur Teknis
Oleh karena aktivitas lalat bibit hanya selama satu sampai dua bulan pada musim hujan, dengan mengubah waktu tanam, pergiliran tanaman dengan tanaman bukan jagung, tanam serempak serangan lalat bibit dapat dihindari.

c) Varietas Resisten
Galur-galur jagung QPM putih yang tahan terhadap lalat bibit adalah MSQ-P1(S1)-C1-11, MSQ-P1(S1)-C1-12, MSQ-P1(S1)-C1-44, MSQ-P1(S1)-C1-45, dan galur-galur jagung QPM kuning yang tahan terhadap serangga hama ini adalah MSQ-K1(S1)-C1-16, MSQ-K1(S1)-C1-35, MSQ-K1(S1)-C1-50.

d) Kimiawi
Pengendalian dengan insektisida dapat dilakukan dengan perlakuan benih (seed dressing) yaitu thiodikarb dengan dosis 7,5-15 g b.a./kg benih atau karbofuran dengan dosis 6 g b.a./kg benih. Selanjutnya setelah tanaman berumur 5-7 hari, tanaman disemprot dengan karbosulfan dengan dosis 0,2 kg b.a./ha atau thiodikarb 0,75 kg b.a/ha. Penggunaan insektisida hanya dianjurkan di daerah endemik .

Gejala :
tanaman yang baru tumbuh menguning karena larva yang baru menetas melubangi batang, kemudian membuat terowongan hingga ke dasar batang sehingga tanaman menguning dan akhirnya mati. Jika tanaman mengalami recovery (proses penyembuhan), maka pertumbuhannya akan kerdil.

Ulat Grayak (Spodoptera sp.)

Larva yang masih kecil merusak daun dan menyerang secara serentak berkelompok. dengan meninggalkan sisa-sisa epidermis bagian atas, transparan dan tinggal tulang-tulang daun saja. Biasanya larva berada di permukaan bawah daun, umumnya terjadi pada musim kemarau.

Pengendalian secara fisik dapat dilakukan dengan memasang alat perangkap ngengat sex feromonoid sebanyak 40 buah/Ha semenjak tanaman jagung berumur 2 minggu.

Penggunaan agensia hayati dapat dilakukan dengan memanfaatkan musuh alami seperti : Cendawan Cordisep, Aspergillus flavus, Beauveria bassina, Nomuarea rileyi, dan Metarhizium anisopliae. Dari golongan bakteri yaitu Bacillus thuringensis. Pemanfaatan patogen virus untuk ulat ini juga dapat dilakukan dengan menggunakan Sl-NPV (Spodoptera litura - Nuclear Polyhedrosis Virus). Parasit lain yang dapat dimanfaatkan adalah Parasitoid Apanteles sp., Telenomus spodopterae, Microplistis similis, dan Peribeae sp.

Pengendalian secara kimiawi bisa dilakukan penyemprotan insektisida berbahan aktif profenofos, klorpirifos, sipermetrin, betasiflutrin atau lamdasihalortrin. Dosis/konsentrasi sesuai dengan petunjuk pada kemasan.

Kemampuan ulat grayak merusak tanaman jagung berkisar antara 5-50%. Ngengat aktif malam hari, sayap bagian depan ber-warna coklat atau keperak-perakan, sayap belakang ber-warna keputihan. Telur berbentuk hampir bulat dengan bagian datar melekat pada daun (kadang tersusun 2 lapis), warna coklat kekuning-kuningan, berkelompok (masing-masing berisi 25–500 butir) tertutup bulu seperti beludru.

Larva mempunyai warna yang bervariasi, ulat yang baru menetas berwarna hijau muda, bagian sisi coklat tua atau hitam kecoklatan dan hidup berkelompok. Ulat menyerang tanaman pada malam hari, dan pada siang hari bersembunyi dalam tanah (tempat yang lembab). Biasanya ulat berpindah ke tanaman lain secara bergerombol dalam jumlah besar.

Pupa, ulat berkepompong dalam tanah, membentuk pupa tanpa rumah pupa (kokon) berwana coklat kemerahan dengan panjang sekitar 1,6 cm.
Siklus hidup berkisar antara 30 – 60 hari (lama stadium telur 2 – 4 hari, larva yang terdiri dari 5 instar : 20 – 46 hari, pupa 8 – 11 hari).

Tanaman Inang hama ini bersifat polifag, selain jagung juga menyerang tomat, kubis, cabai, buncis, bawang merah, terung, kentang, kangkung, bayam, padi, tebu, jeruk, pisang, tembakau, kacang-kacangan, tanaman hias, gulma Limnocharis sp., Passiflora foetida, Ageratum sp., Cleome sp., Trema sp.

Penggerek Tongkol (Heliotis armigera, Helicoverpa armigera.)

Imago betina akan meletakkan telur pada silk (rambut) jagung Rata-rata produksi telur imago betina adalah 730 butir, telur menetas dalam tiga hari setelah diletakkan dan sesaat setelah menetas larva akan menginvasi masuk kedalam tongkol dan akan memakan biji yang sedang mengalami perkembangan. Infestasi serangga ini akan menurunkan kualitas dan kuantitas tongkol jagung.
pada lubang – lubang bekas gorokan hama ini terdapat kotoran – kotoran yang berasal dari hama tersebut, biasanya hama ini lebih dahulu menyerang pada tangkai bunga.

Musuh alami yang digunakan sebagai pengendali hayati dan cukup efektif untuk mengendalikan penggerek tongkol adalah Parasit, Trichogramma spp yang merupakan parasit telur dan Eriborus argentiopilosa (Ichneumonidae) parasit pada larva muda. Cendwan, Metarhizium anisopliae.menginfeksi larva. Bakteri, Bacillus thuringensis

Kimiawi setelah terbentuk rambut jagung pada tongkol dan selang 1-2 hari hingga rambut jagung berwarna coklat.


Penggerek Batang (Ostrinia fumacalis)

Hama ini menyerang semua bagian tanaman jagung pada seluruh fase pertumbuhan. Kehilangan hasil akibat serangannya dapat mencapai 80%. Ngengat aktif malam hari, dan menghasilkan bebe-rapa generasi per tahun, umur imago / ngengat dewasa 7-11 hari. Telur berwarna putih, di letakkan berkelompok, satu kelompok telur beragam antara 30-50 butir, seekor ngengat betina mampu meletakkan telur 602-817 butir, umur telur 3-4 hari. Ngengat betina lebih menyukai meletakkan telur pada tanaman jagung yang tinggi dan telur di letakkan pada permukaan bagian bawah daun utamanya pada daun ke 5-9, umur telur 3-4 hari.

Larva yang baru menetas berwarna putih kekuning-kuningan, makan berpindah-pindah, larva muda makan pada bagian alur bunga jantan, setelah instar lanjut menggerek batang, umur larva 17-30 hari. Pupa biasanya terbentuk di dalam batang, berwarna coklat kemerah merahan, umur pupa 6-9 hari.

Gejala Serangan
Larva O. furnacalis ini mempunyai karakteristik kerusakan pada setiap bagian tanaman jagung yaitu lubang kecil pada daun, lubang gorokan pada batang, bunga jantan, atau pangkal tongkol, batang dan tassel yang mudah patah, tumpukan tassel yang rusak.

Pengendalian

  1. Kultur teknis
  2. Waktu tanam yang tepat,
  3. Tumpangsari jagung dengan kedelai atau kacang tanah.
  4. Pemotongan sebagian bunga jantan (4 dari 6 baris tanaman)

Hayati
Pemanfaatan musuh alami seperti :
- Parasitoid Trichogramma spp.Parasitoid tersebut dapat memarasit telur O. furnacalis.
- Predator Euborellia annulata memangsa larva dan pupa O. furnacalis.
- Bakteri Bacillus thuringiensis Kurstaki mengendalikan larva O. furnacalis,
- Cendawan Beauveria bassiana dan Metarhizium anisopliae mengendalikan larva O. furnacalis. Ambang ekonomi 1 larva/tanaman.

Kimiawi
Penggunaan insektisida yang berbahan aktif monokrotofos, triazofos, diklhrofos, dan karbofuran efektif untuk menekan serangan penggerek batang jagung.

merupakan salah satu hama utama pada tanaman jagung sehingga perlu diwaspadai. Kehilangan hasil akibat hama tersebut mencapai 20−80%. Besarnya kehilangan hasil dipengaruhi oleh padat populasi larva serta umur tanaman saat terserang.

Gejala :
kerusakan pada setiap bagian tanaman jagung yaitu lubang kecil pada daun, lubang gorokan pada batang, bunga jantan, atau pangkal tongkol, batang dan tassel yang mudah patah, tumpukan tassel yang rusak.

Penggerek batang merupakan salah satu hama utama tanaman jagung yang menjadi momok bagi para petani di kawasan Asia. Bagaimana tidak, hama utama pada tanaman jagung itu mampu merusak sekaligus menghilangkan potensi hasil yang ada hingga 80%.

Nama ilmiahnya adalah Ostrinia furnacalis Guenee, dari kerabat Noctuidae, itulah hama penggerek batang pada tanaman jagung. Hama ini menjadi salah satu hama utama pada pertanaman jagung karena dampak yang bisa ditimbulkannya cukup merugikan bagi para petani. Tingkat kerusakan dan kehilangan hasil (loss yields) yang diakibatkannya bisa mencapai 80%.

Tingginya kerusakan hasil yang ditimbulkan tersebut karena titik serangnya bukan hanya pada bagian tertentu saja, namun hampir di semua bagian tanaman jagung bisa menjadi incarannya. Selain itu, hama ini juga menyerang pada semua fase pertumbuhan tanaman jagung.

Lantaran yang diserang adalah hampir semua bagian tanaman, maka gejala serangannya bisa dilihat di bagian daun, batang, bunga, dan juga tongkol. Dampak serangan larvanya memiliki ciri khas yang bisa diamati langsung dengan mata telanjang, yaitu: adanya lubang kecil pada daun, adanya lubang bekas gerekan pada batang, bunga jantan, atau pangkal tongkol. Akibat gerekan tersebut batang dan dan bunga jantan menjadi mudah patah, adanya tumpukan bunga jantan yang rusak, dan rusaknya tongkol jagung.

Serangan serangga ini dimulai saat tanaman jagung berumur dua minggu, dimana imagonya mulai meletakkan telur pada bagian-bagian tanaman. Puncak peletakan telur itu sendiri terjadi pada stadia pembentukan bunga jantan hingga keluarnya bunga jantan.

Yang menarik, ngengat betina hama ini lebih suka meletakkan telur-telurnya di bawah permukaan daun, utamanya pada daun ke-5 hingga daun ke-9. Seekor ngengat betina mampu meletakkan telurnya sebanyak 300 – 500 butir. Jumlah telur yang diletakkan pada daun pun beragam di antara masing-masing kelompok, yaitu berkisar antara 30 hingga 50 butir, bahkan ada yang lebih dari 90 butir. Umur telurnya sendiri berkisar antara 3 hingga 4 hari.

Intensitas serangan hama penggerek batang mulai parah tatkala telur-telur tersebut menetas dan berubah menjadi larva. Pada fase inilah tingkat kerusakan dan kehilangan hasil terbesar terjadi. Larva yang berwarna putih itu akan langsung mencari makanan di semua bagian tanaman jagung. Biasanya larva muda akan memakan bagian alur bunga jantan, dan setelah memasuki fase instar, larva yang memiliki umur 17 – 30 hari itu akan mulai menggerek batang jagung.

Kutu Daun (Mysus persicae)

Hama kutu daun pada tanaman jagung adalah Mysus persicae. Hama ini mengisap cairan tanaman jagung terutama pada daun muda, kotorannya berasa manis sehingga menggundang semut dan berpotensi menimbulkan serangan sekunder yaitu cendawan jelaga. Serangan parah menyebabkan daun tanaman mengalami klorosis(kuning), dan menggulung. Kutu ini juga menjadi serangga vektor penular virus mosaik. Pengendalian hama Mysus persicae dengan penyemprotan insektisida berbahan aktif abamektin, imidakloprid, asetamiprid, klorfenapir, sipermetrin, atau lamdasihalotrin dengan dosis/konsentrasi sesuai petunjuk pada kemasan.

PENYAKIT


Hawar Daun (Helmithosporium turcicum)

Gejala
Pada awal terinfeksi maka gejala berupa bercak kecil, berbentuk oval kemudian bercak semakin memanjang berbentuk ellips dan berkembang menjadi nekrotik yang disebut hawar, warnanya hijau keabu-abuan atau coklat. Panjang hawar 2,5_15 Cm, bercak muncul dimulai pada daun yang terbawah kemudian berkembang menuju daun atas. Infeksi berat dapat mengakibatkan tanaman cepat mati atau mengering, dan cendawan ini tidak menginfeksi tongkol atau klobot. Cendawan ini dapat bertahan hidup dalam bentuk miselium dorman pada daun atau pada sisa sisa tanaman di lapang.

Penyebab
Penyakit hawar daun disebabkan oleh Helminthosporium turcicum

Pengendalian
- Menanam varietas tahan Bisma, Pioner-2, pioner-14, Semar-2 dan semar-5
- Pemusnahan seluruh bagian tanaman sampai keakarnya (Eradikasi tanaman) yang terinfeksi bercak daun
- Penggunaan fungisida dengan bahan aktif mankozeb dan dithiocarbamate

Busuk Pelepah (Rhizoctonia solani)

Gejala
Penyakit busuk pelepah pada tanaman jagung umumnya terjadi pada pelepah daun, dengan gejala bercak berwarna agak kemerahan kemudian berubah menjadi abu-abu, selanjutnya bercak meluas dan seringkali diikuti pembentukan sklerotium dengan bentuk yang tidak beraturan yang berwarna putih kemudian berubah menjadi cokelat.

Gejala penyakit ini dimulai dari bagian tanaman yang paling dekat dengan permukaan tanah dan menjalar ke bagian atas, pada varietas yang tidak tahan penyakit ini (rentan) serangan cendawan dapat mencapai pucuk atau tongkol. Cendawan ini bertahan hidup sebagai miselium dan sklerotium pada biji, di tanah dan pada sisa-sisa tanaman di lapang. Keadaan tanah yang basah, lembab, dan drainase yang kurang baik akan merangsang pertumbuhan miselium dan sklerotia, sehingga merupakan sumber inokulum utama.

Penyebab
Penyebab penyakit busuk pelepah adalah Rhizoctonia solani

Pengendalian
- Menggunakan varietas/galur yang tahan sampai agak tahan terhadap penyakit hawar pelepah seperti : Semar-2, Rama, Galur GM 27
- Diusahakan agar pertanaman tidak terlalu rapat sehingga kelembaban tidak terlalu tinggi
- Lahan mempunyai drainase yang baik
- Pergiliran tanaman, tidak menanam jagung terus menerus di lahan yang sama
- Penggunaan fungisida dengan bahan aktif mancozeb dan karbendazim

Penyakit Bulai (Peronosclerospora maydis)

Penyakit bulai merupakan penyakit utama tanaman jagung. Penyakit ini menyerang tanaman jagung khususnya varietas rentan hama penyakit dan umur muda (antara 1 - 2 minggu setelah tanam). Kehilangan hasil jagung akibat penularan penyakit bulai dapat mencapai 100% pada varietas rentan.

Gejala
Gejala khas bulai adalah adanya warna khlorotik memanjang sejajar tulang daun dengan batas yang jelas antara daun sehat. Pada daun permukaan atas dan bawah terdapat warna putih seperti tepung dan ini sangat jelas pada pagi hari. Selanjutnya pertumbuhan tanaman jagung akan terhambat, termasuk pembentukan tongkol, bahkan tongkol tidak terbentuk, daun-daun menggulung dan terpuntir serta bunga jantan berubah menjadi massa daun yang berlebihan.

Penyakit bulai pada tanaman jagung menyebabkan gejala sistemik yang meluas keseluruh bagian tanaman dan menimbulkan gejala lokal (setempat). Gejala sistemik terjadi bila infeksi cendawan mencapai titik tumbuh sehingga semua daun yang dibentuk terinfeksi. Tanaman yang terinfeksi penyakit bulai pada umur masih muda umumnya tidak menghasilkan buah, tetapi bila terinfeksi pada tanaman yang sudah tua namun masih terbentuk buah dan umumnya pertumbuhannya kerdil.

Penyebab
Penyakit bulai di Indonesia disebabkan oleh cendawan Peronosclerospora maydis dan Peronosclerospora philippinensis yang luas sebarannya, sedangkan Peronosclerospora sorghii hanya ditemukan di dataran tinggi Berastagi Sumatera Utara dan Batu Malang Jawa Timur.

Pengendalian
- Menanam varietas tahan: Bima 1, Bima 3, Bima 9, Bima 14, Bima 15, Lagaligo, dan Gumarang
- Melakukan periode waktu yang bebas tanaman jagung minimal dua minggu sampai satu bulan
- Penanaman jagung secara serempak
- Pemusnahan seluruh bagian tanaman sampai keakarnya (Eradikasi tanaman) yang terserang penyakit bulai
- Penggunaan fungisida metalaksil pada benih jagung (perlakuan benih) dengan dosis 2 gram (0,7 g bahan aktif) per kg benih

Busuk Tongkol


a. Busuk tongkol Fusarium

Gejala
Gejala penyakit ini permukaan biji pada tongkol berwarna merah jambu sampai coklat, kadang-kadang diikuti oleh pertumbuhan miselium seperti kapas yang berwarna merah jambu. Cendawan berkembang pada sisa tanaman dan di dalam tanah, cendawan ini dapat terbawa benih, dan penyebarannya dapat melalui angin atau tanah.;
Penyakit busuk tongkol Fusarium disebabkan oleh infeksi cendawan Fusarium moniliforme


b. Busuk tongkol Diplodia

Gejala
Kelobot yang terinfeksi pada umumnya berwarna coklat, infeksi pada kelobot setelah 2 minggu keluarnya rambut jagung, menyebabkan biji berubah menjadi coklat, kisut dan busuk. Miselium berwarna putih, piknidia berwarna hitam tersebar pada kelobot. Infeksi dimulai pada dasar tongkol berkembang ke bongkol kemudian merambat ke permukaan biji dan menutupi kelobot. Cendawan dapat bertahan hidup dalam bentuk spora dan piknidia yang berdinding tebal pada sisa tanaman di lapangan.

Gejala busuk tongkol Diplodia disebabkan oleh infeksi cendawan Diplodia maydis.


c. Busuk tongkol Gibberella

Gejala
Tongkol yang terinfeksi dini oleh cendawan ini dapat menjadi busuk dan kelobotnya saling menempel erat pada tongkol, buah berwarna biru hitam di permukaan kelobot dan bongkol.

Gejala busuk tongkol Gibberella disebabkan oleh infeksi cendawan Gibberella roseum.

Pengendalian :
- Menggunakan pemupukan berimbang.
- Tidak membiarkan tongkol terlalu lama mengering di lapangan, jika musim hujan bagian batang dibawah tongkol dipotong agar ujung tongkol tidak mengarah keatas.
Pergiliran tanaman dengan tanaman yang bukan termasuk padi-padian, karena patogen ini mempunyai banyak tanaman inang.

Busuk Batang

Gejala
Penyakit busuk batang jagung dapat menyebabkan kerusakan pada varietas rentan hingga 65%. Tanaman jagung yang terserang penyakit ini tampak layu atau kering seluruh daunnya. Umumnya gejala tersebut terjadi pada stadia generatif, yaitu setelah fase pembungaan. Pangkal batang yang terinfeksi berubah warna dari hijau menjadi kecoklatan, bagian dalam batang busuk, sehingga mudah rebah, dan bagian kulit luarnya tipis. Pada pangkal batang yang terinfeksi akan memperlihatkan warna merah jambu, merah kecoklatan atau coklat.

Penyakit busuk batang jagung dapat disebabkan oleh delapan spesies/cendawan seperti Colletotrichum graminearum, Diplodia maydis, Gibberella zeae, Fusarium moniliforme, Macrophomina phaseolina, Pythium apanidermatum, Cephalosporium maydis, dan Cephalosporium acremonium. Di Sulawesi Selatan penyebab penyakit busuk batang yang telah berhasil diisolasi adalah Diplodia sp., Fusarium sp. dan Macrophomina sp.

Penularan
Cendawan patogen penyebab penyakit busuk batang memproduksi konidia pada permukaan tanaman inangnya. Konidia dapat disebarkan oleh angin, air hujan ataupun serangga. Pada waktu tidak ada tanaman, cendawan dapat bertahan pada sisa-sisa tanaman yang terinfeksi dalam fase hifa atau piknidia dan peritesia yang berisi spora. Pada kondisi lingkungan yang sesuai untuk perkembangannya, spora akan keluar dari piknidia atau peritesia. Spora pada permukaan tanaman jagung akan tumbuh dan menginfeksi melalui akar ataupun pangkal batang. Infeksi awal dapat melalui luka atau membentuk sejenis apresoria yang mampu masuk ke jaringan tanaman. Spora/konidia yang terbawa angin dapat menginfeksi ke tongkol, dan biji yang terinfeksi bila ditanam dapat menyebabkan penyakit busuk batang.

Pengendalian
1. Menanam varietas tahan, hasil seperti BISI-1, BISI-4, BISI-5, Surya, Exp.9572, Exp. 9702, Exp. 9703, CPI-2, FPC 9923, Pioneer-8, Pioneer-10, Pioneer-12, Pioneer-13, Pioneer-14, Semar-9, Palakka, dan J1-C3.
2. Pergiliran tanaman.
3. Pemupukan berimbang, menghindari pemberian N tinggi dan K rendah.
4. Drainase yang baik.
5. Pengendalian penyakit busuk batang (Fusarium) secara hayati dapat dilakukan dengan cendawan antagonis Trichoderma sp.

Karat Daun (Puccinia polysora)

Bercak-bercak kecil (uredinia) berbentuk bulat sampai oval terdapat pada permukaan daun jagung di bagian atas dan bawah, uredinia menghasilkan uredospora yang berbentuk bulat atau oval dan berperan penting sebagai sumber inokulum dalam menginfeksi tanaman jagung yang lain dan sebarannya melalui angin. Penyakit karat dapat terjadi di dataran rendah sampai tinggi dan infeksinya berkembang baik pada musim penghujan atau musim kemarau.

Penyebab
Penyakit karat disebabkan oleh Puccinia polysora

Pengendalian
- Menanam varietas tahan : Lamuru, Sukmaraga, Palakka, Bima-1 dan Semar- 10
- Pemusnahan seluruh bagian tanaman sampai keakarnya (Eradikasi tanaman) yang terinfeksi karat daun dan gulma
- Penggunaan fungisida dengan bahan aktif benomil

Bercak Daun (Bipolaris maydis Syn.)

Gejala
Penyakit bercak daun pada tanaman jagung dikenal dua tipe menurut ras patogennya yaitu ras O dan T. Ras O bercak berwarna coklat kemerahan dengan ukuran 0,6 x (1,2_1,9) cm, sedangkan Ras T bercak berukuran lebih besar yaitu (0,6_1,2) x (0,6_2,7) cm. Ras T berbentuk kumparan dengan bercak berwarna hijau kuning atau klorotik kemudian menjadi coklat kemerahan. Kedua ras ini, ras T lebih berbahaya (virulen) dibanding ras O dan pada bibit jagung yang terserang menjadi layu atau mati dalam waktu 3_4 minggu setelah tanam.

Tongkol yang terserang/terinfeksi dini, biji akan rusak dan busuk, bahkan tongkol dapat gugur. Bercak pada ras T terdapat pada seluruh bagian tanaman (daun, pelepah, batang, tangkai kelobot, biji, dan tongkol). Permukaan biji yang terinfeksi ditutupi miselium berwarna abu-abu sampai hitam sehingga dapat menurunkan hasil yang cukup besar. Cendawan ini dalam bentuk miselium dan spora dapat bertahan hidup dalam sisa tanaman di lapang atau pada biji di penyimpanan. Konidia yang terbawa angin atau percikan air hujan dapat menimbulkan infeksi pertama pada tanaman jagung.

Penyebab
Penyakit bercak daun penyebabnya adalah : Bipolaris maydis Syn. Pada B. maydis ada dua ras yaitu ras O dan ras T.

Pengendalian
- Menanam varietas tahan : Bima-1, Srikandi Kuning-1, Sukmaraga dan Palakka
- Pemusnahan seluruh bagian tanaman sampai akarnya (Eradikasi tanaman) yang terinfeksi bercak daun
- Penggunaan fungisida dengan bahan aktif mancozeb dan carbendazim

Virus Mosaik

Gejala
Gejala penyakit ini tanaman menjadi kerdil, daun berwarna mosaik atau hijau dengan diselingi garis-garis kuning, dan dilihat secara keseluruhan tanaman tampak berwarna agak kekuningan mirip dengan gejala bulai namun permukaan daun bagian bawah dan atas dipegang tidak terasa adanya serbuk spora. Penularan virus dapat terjadi secara mekanis atau melalui serangga Myzus percicae dan Rhopalopsiphum maydis secara non persisten. Tanaman yang terinfeksi virus ini umumnya terjadi penurunan hasil.

Pengendalian
Mencabut tanaman yang terinfeksi seawal mungkin agar tidak menjadi sumber infeksi bagi tanaman sekitarnya ataupun pertanaman yang akan datang.
Mengadakan pergiliran tanaman, tidak menanam jagung terus menerus di lahan yang sama.
Penggunaan peptisida apabila di lapangan populasi vektor cukup tinggi.
Tidak penggunakan benih yang berasal dari tanaman yang terinfeksi virus.



sumber : 

PETUNJUK PRAKTIS BUDIDAYA PERTANIAN

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Label