Sabtu, 23 Juni 2012

Teknik Penyerbukan Silang Anthurium

Nama anthurium berasal dari bahasa Yunani, artinya bunga ekor. Di Indonesia, tanaman ini dikenal sebagai anthurium. Sumber genetiknya berasal dari benua Amerika yang beriklim tropis.

Namun pengembangannya relatif berhasil di negara yang beriklim subtropis seperti Hawaii, dan di negara yang beriklim temperate seperti Belanda. Anthurium merupakan tanaman yang tumbuh sendiri pada media tumbuhnya (terrestrial), tetapi ada pula yang hidup menempel pada tanaman lain atau epifit.

Di Indonesia anthurium dapat beradaptasi dengan baik, mulai dataran rendah sampai tinggi. Pada ketinggian 1.400 m dpl, tanaman ini membutuhkan intensitas cahaya matahari antara 30-60%. Bila intensitas cahaya terlalu tinggi, maka tanaman akan menguning dan warna daunnya memudar. Sebaliknya bila intensitas cahaya terlalu rendah, maka per- tumbuhan tanaman menjadi lambat, produktivitas bunga menurun, dan batang menjadi lunak.

Budi daya anthurium berkembang pesat di Indonesia, terutama di sentra produksi tanaman hias Jawa Barat (Lembang Bandung, Sukabumi, Cianjur, dan Bogor), Jawa Tengah (Ungaran, Bandungan, dan Semarang), Jawa Timur (Batu Malang, Tlekung, dan Pasuruan), serta Sumatera Utara khususnya daerah Brastagi . Pembudidayaannya menggunakan paranet sebagai naungan, dan yang paling baik adalah yang memiliki 70% daya serap sinar matahari. Suhu yang diperlukan tanaman ini berkisar antara l8-200C pada malam hari, dan 27 -30°C pada siang hari, dengan kelembapan 50-90%.

Perbanyakan anthurium dapat dilakukan dengan cara generatif (biji) maupun vegetatif (pemecahan anakan atau setek). Penyerbukan sendiri (selfpollnation) jarang terjadi sehingga harus dilakukan penyerbukan silang (cross pollination) secara buatan. Teknik ini merupakan cara perbanyakan generatif yang paling tepat, terutama dalam kegiatan pemuliaan untuk menghasilkan biji Fl hibrida, yang selanjutnya merupakan langkah untuk melahirkanjenis baru yang lebih bervariasi.

Persilangan buatan akan berhasil bila diperhatikan faktor-faktor berikut ini: (1) induk silangan yang akan digunakan, (2) metode, dan (3) waktu penyilangan. Dengan melakukan seleksi tetua yang unggul sebagai induk silangan akan diperoleh bibit yang baik dengan keunggulan yang diturunkan dari induknya.

Tujuan percobaan ini adalah untuk mendapatkan hasil silangan anthurium dengan variasi yang lebih baik. Diharapkan hasil silangan tersebut dapat menambah keanekaragaman hayati serta nilai ekonomis tanaman tersebut.

BAHAN DAN METODE

Bahan yang digunakan adalah beberapa tanaman anthurium yang jenisnya berbeda. Sebagai tetua betina adalah jenis Sunset, Champion, Midori, Lady Jane Orange, Aromatic, Lady Jane Ungu, dan Obake Putih, dan untuk tetua jantan adalah Laura, Sunset, Pink Exotic, Hawaiian Butterfly, Lady Jane Merah, Midori dan Merah Ati. Media yang digunakan untuk perkecambahan biji adalah arang sekam, dan untuk komuniti pot atau kompot yaitu arang sekam ditambah kompos bambu halus dengan perbandingan 1 : 1. Alat yang digunakan adalah kuas kecil, cawan petri, pot dan juga kompot atau bak plastik ukuran 45 cm x 35 cm, kertas label, dan kantong plastik.

Penyerbukan silang anthurium secara buatan dilaksanakan di rumah kaca Segunung, Balai Penelitian Tanaman Hias, mulai Juli 2003 hingga Juni 2004. Lokasi berada pada ketinggian 1.100 m dpl dengan suhu 24-26°C pada siang hari dan l8-20°C pada malam hari serta kelembapan nisbi (Rh) 70 - 90%.

Metode persilangan yang dilakukan adalah persilangan antarspesies dari Anthurium andreanum. Sebelum penyi- langan, dilakukan pemilihan atau seleksi tetua silangan, baik tetua jantan maupun tetua betina. Dari setiap pasang per- silangan dipilih masing-masing satu tangkai bunga yang terbaik. Untuk anthurium pot, tetua yang digunakan adalah tanaman yang berukuran kecil dengan daun atau bunga yang indah. Untuk menghasilkan anthurium bunga potong, dipilih tetua yang mempunyai bunga indah, sering berbunga, tangkai bunga yang panjang dan kokoh, serta warna bunga yang bervariasi.

Selanjutnya, dipilih bunga betina yang sudah siap diserbuki, yaitu antara 2-3 minggu setelah bunga mekar (Rosario 1991). Tanda bunga yang sudah siap diserbuki ada- lah pada spadiks bunga terjadi sekresi madu (berlendir) dan bila dipegang akan teras a licin atau lengket. Secara visual hal ini dapat dilihat dengan adanya serangga penyerbuk atau semut pada spadiks tersebut
Dengan bantuan kuas atau langsung dengan tangan, pollen ditampung ke dalam cawan petri dan selanjutnya dioleskan pada stigma atau spadiks bunga betina yang telah siap diserbuki.

Penyerbukan dilakukan pada pagi hari pukul 07.00-10.00 saat udara masih segar, dan atau sore hari pukul15.00-l7.00 saat udara kembali dingin. Tanaman yang sudah diserbuki diberi label yang memuat keterangan tentang tetua betina dan tetua jantan, waktu penyilangan (tanggal, bulan dan tahun), dan nama penyilang. Selanjutnya, bunga betina di- kerudungi atau ditutup menggunakan kantong plastik dan dibiarkan tertutup selama 2 minggu.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Waktu Penyerbukan

Jumlah biji yang dihasilkan bervariasi antara 15-393 biji. Dari sembilan pasang persilangan diperoleh 1.308 biji hasil per- silangan. Keberhasilan tertinggi diperoleh pada pasangan persilangan Obake putih x Pink Exotic, diikuti oleh Midori x Pink Exotic, Champion x Laura, dan Lady Jane x Merah Ati masing-masing lebih dari 130 biji. Keberhasilan yang tinggi menunjukkan bahwa pasangan tetua tersebut mempunyai kompatibilitas yang tinggi. Lima pasangan tetua lainnya hanya menghasilkan 15-58 biji.

Berdasarkan kegiatan yang dilaksanakan, peluang keberhasilan penyerbukan anthurium cukup tinggi terutama penyerbukan pada pagi hari yang mencapai 90%. Keberhasil- an penyerbukan pada sore hari hanya mencapai 70%. Hal ini terkait erat dengan suhu di rumah kaca yang masih panas. Namun, perbedaan persentase keberhasilan tersebut tidak terlalu j auh, sebesar 20%. Penyerbukan yang berhasil dapat dilihat dari spadiks yang dipenuhi oleh tonjolan-tonjolan kecil bulat berjejal, yang nantinya akan membentuk buah yang disebut buah beries. Penyerbukan yang tidak berhasil ditandai dengan bunga yang akan mengering setelah 2 minggu.

Dari 20 kali penyerbukan pada waktu yang berbeda, yaitu 10 kali pada pagi hari dan 10 kali pada sore hari, dihasilkan 1.308 buah beries. Keberhasilan penyerbukan tersebut tidak lepas dari persyaratan standar yang harus dipenuhi, seperti bahan tanaman silangan, kebersihan alat-alat yang digunakan serta tidak terkontaminasi bahan lain, serta waktu dan proses penyerbukan.

PEMBIBITAN

Panen Buah

Buah beries yang dihasilkan dari penyilangan akan masak 6 - 7 bulan setelah penyerbukan. Buah dapat dipanen setelah lunak, berwarna kuning kecokelatan.

Pemanenan dilakukan seeara manual dengan memetik seluruh buah yang ada pada spadiks. Apabila buah masak tidak serempak, maka panen dilakukan seeara bertahap dengan mengambil buah yang masak. Buah yang belum masak dibiarkan sampai buah siap dipanen.

Penyemaian Biji

Buah yang sudah dipanen dilepaskan dari tongkolnya dan dipisahkan dari kulit buahnya dengan cara dipijit. Karena biji anthurium dilapisi daging buah yang menyerupai lendir, maka biji harus direndam terlebih dahulu. Perendaman dilakukan dengan menggunakan air bersih selama 1 hari atau dalam akuades selama 10 menit. Setelah itu, biji dieuci pada air mengalir sambil diremas-remas untuk melepaskan lendimya sampai biji bersih dan terasa kesat.
Selanjutnya disiapkan media persemaian berupa arang sekam dalam pot berdiameter 15 em, kemudian dibasahi atau disiram. Untuk mempertahankan kelembapan, pot diberi alas berupa baki plastik yang diisi air. Biji yang sudah bersih disebar di atas media yang telah disiapkan, kemudian diberi label silangan dan tanggal penyemaian, lalu ditutup dengan kaea transparan. Selang 3 hari, keeambah akan mulai tumbuh, ditandai dengan keluamya akar dengan bulu-bulu halus berwama putih dan diikuti oleh tumbuhnya kuneup daun pada hari ke 7. Pada umur 14 hari, penutup dibuka dan setelah bibit berumur 30-40 hari, bibit tersebut dipindahkan ke kompot yang berupa bak plastik berukuran 45 em x 35 em yang bagian bawahnya sudah dilubangi dan diisi media arang sekam + kompos bambu halus dengan perbandingan 1 : 1 (Gambar 4). Bibit ditanam denganjarak 2 em x 2 em. Setelah bibit berumur 3-4 bulan, bibit sudah siap untuk ditanam dalam pot atau di lapang.

Pemeliharaan Bibit

Pemeliharaan bibit perlu dilakukan sebaik mungkin, terutama penyiraman dan pemupukannya. Penyiraman dilakukan 1-2 kali sehari sesuai dengan keadaan euaea, terutama harus diperhatikanjangan sampai ada air yang menggenang. Apa bila keadaan cuaca mendung, penyiraman dapat dilakukan cukup 2 hari sekali.
Untuk mempercepat pertumbuhan, perlu dilakukan pemupukan. Pemupukan anthurium bergantung pada media yang digunakan, kondisi cahaya, umur tanaman, dan kultivar anthurium (Lestina 2002). Pemupukan dapat menggunakan dua macam pupuk yaitu pupuk daun untuk menyuburkan daun, dan pupuk majemuk untuk memberi nutrisi di daerah perakaran. Takaran yang digunakan untuk pupuk daun adalah 1-1,5 g/1 dengan cara disemprotkan di sekitar daun, dilakukan 1 minggu sekali. Untuk pupuk majemuk NPK, pupuk dilarutkan dalam air dengan takaran 1 g/1 air. Larutan pupuk disiramkan di sekitar akar tanaman dan dilakukan 2 minggu sekali.

KESIMPULAN DAN SARAN

Penyerbukan buatan yang paling baik pada anthurium adalah pada pagi hari antara pukul 07.00-10.00. Dari 20 kali penyerbukan, 10 kali di antaranya dilakukan pada pagi hari, dihasilkan 1.308 (90%) buah beries. Tingkat keberhasilan penyerbukan terkait erat dengan bahan dan alat-alat yang digunakan, waktu, dan proses penyerbukan. Berdasarkan hasil ini maka hibridisasi sebaiknya dilakukan pada pagi hari, agar hasil yang dicapai sesuai dengan tujuan yang diharapkan, terutama menyangkut jumlah dan kualitas biji hasil silangan.

Budidaya Gladiol


Gladiol merupakan tanaman bunga hias berupa tanaman semusim berbentuk herba termasuk dalam famili Iridaceae.
Gladiol berasal dari bahasa latin “Gladius” yang berarti pedang kecil, seperti bentuk daunnya. Berasal dari Afrika Selatan dan menyebar di Asia sejak 2000 tahun. Tahun 1730 mulai memasuki daratan Eropa dan berkembang di Belanda.
Tanaman gladiol yang termasuk subklas Monocotyledoneae, berakar serabut, dan tanaman ini membentuk pula akar kontraktil yang tumbuh pada saat pembentukan subang baru. Kelebihan dari bunga potong gladiol adalah kesegarannya dapat bertahan lama sekitar 5 - 10 hari dan dapat berbunga sepanjang waktu.

JENIS TANAMAN


Klasifikasi tanaman gladiol adalah sebagai berikut: Divisi : Tracheophyta

Subdivisi : Pteropsida

Klas : Angiospermae

Subklas : Monocotyledoneae

Ordo : Iridales

Famili : Iridaceae

Genus : Gladiolus

Spesies : Gladiolus hybridus


Hasil penelitian tahun 1988, Indonesia mengenal 20 varietas gladiol dari Belanda kemudian diuji multi lokasi di kebun percobaan Sub Balai Penelitian Hortikultura Cipanas. Tiga varietas diantaranya memiliki penampilan yang paling indah,

(warna dan bentuknya berbeda dengan gladiol lama), yaitu: White godness (putih), Tradehorn (merah jingga), dan Priscilla (putih). Ragam jenis bunga gladiol adalah : a) Gladiolus gandavensis, berukuran besar, susunan bunga terlihat bertumpang tindih, panjang 90-150 cm.

b) Gladiolus primulinus. berukuran kecil, sangat menarik. Bertangkai halus tetapi kuat dan panjangnya mencapai 90 cm.

c) Gladiolus ramosus. Panjang tangkai bunga 100-300 cm.

d) Gladiolus nanus. Tangkai bunga melengkung, dan panjang hanya 35 cm.

Beberapa kultivar bunga gladiol lainnya yang telah di uji di Indonesia adalah: Red Majesty, Priscilla, Oscar, Rose Supreme, Sanclere, Dr. Mansoer, Albino, Salem, Marah Api, Queen Occer, Ceker dan lain sebagainya.


3. MANFAAT TANAMAN

Gladiol di produksi sebagai bunga potong yang mempunyai nilai ekonomi. Dan memiliki nilai estetika. Bunga potong

juga merupakan sarana peralatan tradisional, agama, upacara kenegaraan dan keperluan ritual lainnya.


4. SENTRA PENANAMAN

Sentra produksi bunga gladiol di Indonesia untuk daerah Jawa Barat terdapat di Parongpong (Bandung), Salabintana Sukabumi) dan Cipanas (Cianjur). Di Jawa tengah terdapat di daerah Bandungan (Semarang) sedangkan di Jawa Timur berada di daerah Batu (Malang).


5. SYARAT PETUMBUHAN

5.1. Iklim 1) Gladiol membutuhkan curah hujan rata - rata 2.000-2500 mm/tahun. Di Indonesia gladiol dapat ditanam sepanjang tahun, baik pada musim kemarau maupun musim hujan.

2) Tanaman gladiol membutuhkan sinar matahari penuh untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Keadaan kurang optimal akan menyebabkan bunga mengering dan floret tidak terbentuk secara normal. Kekurangan cahaya terjadi pada waktu pembentukan daun ke 5, 6, dan 7, yang menyebabkan kekeringan tampak pada kuncup bunga saja. Kultifat Eurovision, Peter, Friendship, Jessica, dan Mascagni kurang peka terhadap cahaya matahari.

3) Tanaman gladiol tumbuh baik pada suhu udara 10 - 25 derajat C. Suhu udara ratarata kurang dari 10 derajat C akan menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman terhambat, jika berlangsung lama pertumbuhan tanaman dapat terhenti. Suhu udara maksimum pertumbuhan gladiol adalah 27 derajat C, kadang - kadang dapat menyesuaikan diri sampai suhu udara 40 derajat C, bila kelembaban tanah dan tanaman relatif tinggi.


5.2. Media Tanam

1) Jenis tanah yang cocok untuk tanaman gladiol adalah andosol dan latosol yang subur, gembur dan banyak mengandung bahan organik.

2) Tanaman bunga gladiol dapat tumbuh subur diatas tanah yang memiliki pH 5,5 - 5,9.


5.3. Ketinggian Tempat

Tanaman gladiol dapat tumbuh dengan baik di daerah ketinggian 500 - 1500 m dpl dan beriklim sejuk.


6. PEDOMAN BUDIDAYA

6.1. Pembibitan

Bibit dapat berasal dari pembiakan generatif, vegetatif, dan kultur jaringan. Umumnya, pembibitan yang berasal dari vegetatif dan kultur jaringan lebih cepat dapat dipetik hasilnya dari pada pembibitan dengan cara generatif.

1) Persyaratan Benih

rawabelong.com ; komunitas bunga, tanaman hias dan ikan hias rawabelong

http://rawabelong.com Powered by: Joomla! Generated: 17 December, 2008, 10:40

Bibit dari subang bibit yang baik menghasilkan bunga berdiameter minimum 2,5 cm, kecuali untuk kultivar Golden Boy yang cukup berdiameter 1 cm. Bibit harus dipilih yang sehat, tidak cacat. Bibit vegetatif yang baik yang mempunyai daya kecambah lebih dari 90%. Bibit generatif harus berasal dari induk dengan pertumbuhan baik dan cukup umur.

2) Penyiapan Benih

Perbanyakan generatif gladiol dengan biji, digunakan untuk mendapatkan kultivar baru bukan untuk tujuan bibit produksi. Biji didapat dengan cara penyerbukan buatan dibantu manusia. Perbanyakan vegetatif gladiol dilakukan dengan menggunakan umbi (anak subang), bibit belah (subang belah), kultur jaringan maupun suspensi sel. Umbi dan anakan umbi diambil dari tanaman yang sudah dipanen. Teknik kultur jaringan

merupakan salah satu cara alternatif untuk menanggulangi kendala-kendala dalam perbanyakan secara konvensional. Bibit (subang) yang dibutuhkan untuk 1 hektar lahan adalah sekitar 213.063 buah. Subang dan anak subang yang akan dijadikan bibit tidak dapat segera tumbuh bila ditanam meskipun pada lingkungan

tumbuh yang cocok dan optimal, karena memerlukan masa dormansi. Selama masa dormansi subang dan anak subang yang telah kering disimpan ditempat yang beraliran udara baik dan terhindar dari cahaya matahari langsung. Subang yang telah dipisahkan dari batangnya disimpan selama ± 2 minggu.

3) Teknik Penyemaian Benih

Biji gladiol dapat langsung disemai, tanpa mengalami masa dormansi, biji akan berkecambah setelah 7 - 12 hari. Daun yang tumbuh dari biji hanya berjumlah 1 - 2 helai. Tanaman tumbuh sampai kira - kira 5 bulan dan menghasilkan anak subang yang berdiameter kurang dari 1 cm. Anak subang ini kemudian memasuki masa dormansi.

4) Pemeliharaan Pembibitan/Penyemaian

Penanaman gladiol dengan bibit anak subang yang baru muncul dari stolon yang menghubungkan subang induk dengan subang baru. Perbanyakan dengan menggunakan anak subang yang berdiameter sekitar 1,0 cm memerlukan 2 kali penanaman untuk mencapai ukuran subang yang dapat menghasilkan bunga. Penanaman pertama dari anak subang tersebut memerlukan waktu sekitar 4 bulan hingga panen subang kecil.

Subang kecil hasil panen pertama akan berdiameter sekitar 2 cm. Subang kecil setelah dipanen akan mengalami masa dormansi minimal 3,5 bulan. Setelah masa dormansi terlewati, subang kecil dapat ditanam kembali. Waktu yang diperlukan untuk penanaman kedua kira-kira sama dengan waktu penanaman pertama. Subang dari panenan kedua

akan berdiameter 3 cm dan merupakan bibit yang siap berbunga. Untuk rata - rata setiap kultivar gladiol, anak subang yang berdiameter sekitar 1 cm akan menjadi subang bibit yang siap berbunga dalam waktu 16 bulan.

5) Pemindahan Bibit

Bibit gladiol siap ditanam bila sudah melewati masa dormansinya dengan ciri munculnya akar berupa tonjolan kecil berwarna putih melingkar dibagian bawah subang. Pecahnya dormansi juga ditandai dengan munculnya mata tunas. Bila tunas mencapai tinggi 1 cm, maka subang siap ditanam. Penanaman yang terlambat menyebabkan tunas semakin tinggi dan akar semakin panjang, sehingga akan terjadi kerusakan akar pada waktu penanaman.


6.2. Pengolahan Media Tanam

1) Persiapan

Lahan yang akan di tanami gladiol perlu di ukur pH tanahnya. Bila sesuai dengan pH tanah yang disyaratkan, lakukan pengukuran luas lahan yang akan ditanami. Kemudian analisa jenis tanah, apa bila lahan tersebut sebelumnya pernah ditanami gladiol sebaiknya tanah didiamkan minimal selama satu tahun.

2) Pembukaan Lahan

Lahan yang telah dianalisa, diukur dan dibersihkan dari gulma, batu-batuan, serta tanaman liar lain, kemudian bajak dan dicangkul sampai gembur. Pengolahan lahan sebaiknya dilakukan 2 minggu sebelum tanam.

3) Pembentukan Bedengan

Bila pemanenan bunga dilakukan setiap saat, maka lahan yang digunakan sebaiknya dibuat beberapa petak. Pemetakan lahan dimaksudkan agar dapat diatur mana untuk lahan yang akan diolah, ditanami, dan dipanen. Pada

setiap petakan dibuat selokan (saluran air), agar drainase baik dan tanaman dapat tumbuh dengan subur. Lahan selanjutnya diberi pupuk dasar agar tanah tidak kekurangan unsur haranya. Luas arel petakan dibuat sesuai dengan kebutuhan, Bila kebutuhan pasar sebanyak 1.000 tangkai setiap dua minggu, maka dibutuhkan lahan seluas 600 m2. Lahan dibuat menjadi 7 petak dengan luas setiap petak 72 m2.

4) Pengapuran

Pengapuran dilakukan pada tanah yang memiliki derajat kemasaman tanah (pH) kurang dari 5,5.

5) Pemupukan

Pemberian pupuk dasar dilakukan pada saat tanam. Pupuk yang diberikan adalah yang mengandung unsur N, K, Ca dan P, yang diberikan sesuai dosis yang dianjurkan.


6.3. Teknik Penanaman

1) Penentuan Pola Tanam

Tanaman gladiol dapat ditanam dengan sistem guludan atau tanpa guludan. Jika pengairan menggunakan cara leb, maka penanaman sebaiknya dengan guludan agar air irigasi tidak merusak struktur tanah. Beberapa hal yang perlu diketahui dalam cara penanaman adalah tempat dan waktu penanaman serta jarak dan kedalaman tanaman. Tempat

penanaman gladiol harus terkena cahaya matahari langsung. Atap plastik yang tembus cahaya dan bersih digunakan untuk menghindari kerusakan akibat hujan. Jadwal penanaman disesuaikan dengan kebutuhan berkisar antara 60 - 80 hari, karena umur tanaman tergantung pada kultivarnya.

2) Pembuatan Lubang Tanam

Lubang tanam dibuat dengan mencangkul lahan sedalam 10-15 cm, untuk subang berdiameter = 2,5 cm.

3) Cara Penanaman

Subang ditanam setelah masa dormansi sekitar 3,5 bulan. Cara penanaman dengan guludan, yang disesuaikan dengan kedalaman tanam subang gladiol. Bila kedalaman 10 - 15 cm, maka tinggi guludan dibuat = 15 cm dengan anggapan bahwa lapisan tanah atas lambat laun akan menurun. Bila dilakukan tanpa guludan maka sering kali tanaman rebah atau tangkai bunga bengkok yang menyebabkan turunnya kualitas bunga. Kerapatan tanaman perlu diperhatikan karena menentukan kekekaran tanaman dan kualitas bunga. Jika jumlah tanaman per meter persegi terlalu banyak, maka tanaman akan menjadi lemah dan panjang. Semakin kecil diameter subang maka kerapatan tanam semakin besar.

Untuk anak subang berdiameter kurang dari 1 cm, biasanya ditanam dalam barisan pada guludan. Jarak tanam untuk subang berdiameter = 4 cm adalah 20 x 20 cm sedangkan untuk subang yang berdiameter lebih kecil ditanam lebih rapat.

Dalam menentukan kedalaman tanam yang perlu diperhatikan adalah tekstur tanah dan waktu tanam. Pada tekstur tanah yang berat, (tanah liat dan berlempung) subang harus ditanam lebih dangkal dari pada tanah yang ringan dan berpasir. Pada musim kemarau subang ditanami lebih dalam dibanding musim penghujan. Suhu tanah akan lebih rendah pada tempat yang lebih dalam. Letak bibit yang dangkal, terutama pada tanah berpasir, akan mengakibatkan tanaman mudah rebah.

4) Pemberian Ajir

Pemberian ajir pada tanaman bunga gladiol dilakukan apabila tanaman rebah atau tangkai bunga bengkok yang menyebabkan turunnya kualitas bunga. Hal ini dapat terjadi bila penanaman bunga dilakukan tanpa menggunakan guludan.


6.4. Pemeliharaan Tanaman Penyiangan

Penyiangan gulma pada pertanaman anak subang penting karena gulma dapat menutupi pertumbuhan anak subang sehingga pertumbuhan terhambat dan menyulitkan dalam pemanenan. Penyiangan biasa dilakukan sebelum pemberian pupuk N (saat berumur sekitar 25 hari setelah tanam) dan dilakukan tiga kali dalam satu siklus tanaman.


-Pembubunan

Pembubunan dilakukan bersamaan waktunya dengan penyiangan, untuk menjaga agar subang baru yang tumbuh tidak terlihat di atas tanah.

-Pemupukan

Tanaman gladiol memerlukan pemupukan agar tanaman tumbuh cepat dan berproduksi dengan baik. Jumlah pupuk yang diberikan sangat bervariasi tergantung pada tekstur tanah, keadaan lingkungan, curah hujan, pengairan dan kandungan hara di dalam tanah. Pada tanah berpasir, diperlukan pemupukan lebih sering terutama pada musim penghujan. Pemupukan dilakukan dua kali (umur 20 hari dan 45 hari setelah penanaman).

Dosis pemupukan gladiol 90-135 kg N (diberikan sebagian dalam bentuk nitrat, sebagian lagi amonium), 90-180 kg P (sebagai P2O5) dan 110-180 kg K (sebagai K2O) per hektar pada tanah berpasir. Pupuk diberikan tidak sekaligus, pertama saat tanam, ( pupuk K dan P), setelah tanam membentuk 2-3 helai daun diberikan pupuk N sepertiga dosis. Pemberian pupuk N kedua dan ketiga masing-masing dilakukan pada saat mulai terbentuknya primordia bunga dan setelah panen bunga. Pemupukan terakhir sangat penting guna pembesaran subang dan pembentukan anak subang. Pupuk yang digunakan biasanya TSP dan Urea, masing-masing sebanyak satu sendok teh untuk setiap tanam.


-Pengairan dan Penyiraman

Pengairan harus diperhatikan karena drainase berpengaruh terhadap tanaman. Penyiraman dilakukan hanya apabila tanah mulai kering (musim kemarau). Waktu Penyemprotan Pestisida Kerusakan tanaman gladiol dapat disebabkan oleh hama atau penyakit, yang dapat diatasi dengan pestisida yang tepat. Penanggulangan serangan hama digunakan pestisida padat (Aldikarb), dengan dosis 300 gram/100 m2 air. Digunakan pestisida cair (Permetrin dan deltametrin) dosis 5 cc per 100 m2. Pemberantasan penyakit digunakan pestisida Procymidon, dosis 5 gram/100 m2, atau Kaptofol, dosis 400 gram/100 liter air. Pemberian pestisida sebaiknya setelah

tanaman berumur 50 hari.


7. HAMA DAN PENYAKIT

7.1. Hama

1) Thrips gladiol (Taeniothrips simplex / Mor)

Hama ini sering dijumpai disetiap area pertanaman gladiol di seluruh dunia, yang dapat menimbulkan kerusakan berat (di lapangan).

Gejala: bercak - bercak berwarna keperak - perakan pada permukaan daun, merusak jaringan daun / bunga dan mengisap cairan yang keluar dari bagian tanaman dengan menggunakan alat mulutnya. Tanaman yang terserang hama ini akan timbul bercak-bercak putih dan akhirnya menjadi coklat dan mati. Serangga muda (nimfa) berwarna kuning pucat dan lebih suka makan pada bagian bunga dan kuncup. Panjang tubuh hama dewasa ± 2,5 mm, berbentuk ramping, pipih, berwarna coklat tua atau hitam.

Pengendalian: dapat dilakukan dengan penyiangan gulma atau dengan menggunakan insektisida yang mengandung dimetoat, endusolfan, formothion, karbaril, merkaptodimetur dan metomil.


2) Kutu putih (Pseudococcus sp.)

Gejala: menyerang umbi gladiol saat penyimpanan, dan di lapangan, dengan menusukan alat mulutnya kedalam umbi untuk menghisap cairan tanaman, sehingga tunas / akar terhambat pertumbuhannya dan gagal panen. Pada serangan berat umbi jadi keriput, kering dan mati. Ukuran tubuh serangga dewasa betina 4 mm dan mampu bertelur sampai 200 butir (diletakan berkelompok).

Pengendalian: merendam subang dalam larutan insektisida 30-60 menit, yang mengandung bahan aktif asefat, nikotin, triazofos, kuinalfos dan lainnya.


3) Ulat pemakan daun (Larva Lepidoptera)

Gejala: hama ini menyerang dengan membuat lubang-lubang pada permukaan daun dan bunga. Bentuk, warna, ukuran larva - larva sebagai minor pest pada tanaman gladiol sangat bervariasi, tergantung pada spesiesnya. Panjang ulat famili Lymantriidae mencapai 3,5 - 4,0 cm.

Penanggulangan: menyemprot insektisida berbahan aktif Bacillus thuringiensis.


7.2. Penyakit

1) Layu fusarium (Penyakit busuk kering fusarium)

Penyebab: cendawan F. oxysporum var. gladiol atau F. orthoceras var gladiol.

Gejala: daun gladiol yang terserang menguning, agak memilin. Pada serangan yang lebih lanjut, pertumbuhan tanaman kerdil dan mudah patah. Pada subang yang terserang tampak bercak dan dalam keadaan lembab hifa patogen yang berwarna putih seperti kapas menutupi permukaan bercak tadi dan menjalar kebagian tanaman lainnya.

Pengendalian: menyimpan subang ditempat tidak lembab serta merendam sebelum ditanam, kedalam larutan suspensi fungisida benlate selama 30 menit.


2) Busuk kering

Penyebab: cendawan Botrytis cinerea atau B. gladiolorum.

Gejala: bunga berbintik - bintik, berkembang menjadi bercak - bercak, subang yang terserang busuk daun bintik - bintik agak kelabu, kemudian berkembang menjadi bercakbercak berwarna hitam keabu - abuan. Pengendalian: menganginkan (mengeringkan) subang yang dipanen sebelum disimpan pada tempat yang kering atau dengan menyemprotkan fungisida captan, zineb atau nabam.


3) Busuk keras

Penyebab: Septoria gladioli.

Gejala: sama dengan gejala busuk kering, tetapi berbeda pada tubuh buah patogennya. Bintik - bintik kecil coklat tampak pada permukaan bagian bawah / bagian atas daun yang terserang patogen. Tanaman / bibit yang terserang patogen tersebut umumnya berasal dari anak subang, sedang yang berasal dari subang jarang terserang.

Pengendalian: sama seperti untuk busuk kering.


4) Busuk kubang (Busuk kapang biru)

Penyebab: cendawan Penicillium gladioli yang termasuk patogen lemah. Patogen masuk dan menginfeksi subang gladiol bila di bagian subang terdapat luka yang disebabkan oleh serangga, alat - alat pertanian dan sebagainya.

Gejala: pada subang yang terserang patogen tersebut terdapat lesio berwarna merah kecoklatan yang dalam waktu singkat bagian tersebut akan ditutupi koloni cendawan berwarna biru dan subang membusuk.

Pengendalian: menyimpan subang dengan baik, setelah dikering udarakan dahulu, serta mencegah subang luka.


5) Hawar bakteri

Penyebab: Xanthomonas gummisudan. Yang berkembang dengan cepat pada keadaan lingkungan yang basah atau drainase kurang baik.

Gejala: ada bercak - bercak horizontal cekung berair berwarna hijau tua yang berubah menjadi coklat dan berkembang

sampai menutupi hampir seluruh permukaan daun sampai daun kering. Patogen ditularkan melalui subang atau percikan air hujan.

Pengendalian: memilih subang yang sehat dan merendam subang tanpa kulit selama 2 jam dalam suspensi larutan bakterisida.


8. P A N E N

Budidaya bunga gladiol dapat diatur sedemikian rupa sehingga panen dapat dilakukan setiap minggu. Biasanya budidaya tanaman gladiol dilakukan berdasarkan pesanan pasar, sehingga panen dapat terus dilakukan pada waktu yang telah ditentukan.


8.1. Ciri dan Umur Panen


Tanaman gladiol berbunga pada umur 60 - 80 hari setelah tanam, tergantung pada kultivarnya. Bunga pertama akan mekar sekitar 10 hari setelah primordia bunga muncul.

Bunga dapat dipetik setelah warna dari 1 atau 2 floret terbawah telah dapat dilihat dengan jelas tetapi belum mekar. Jika kuncup bunga dibiarkan sampai mekar penuh, kerusakan akan mudah terjadi terutama selama pengemasan dan pengangkutan. Bila bunga dipanen terlalu awal, (sebelum floret terbawah menampakan warna bunga), maka akan ada

kemungkinan bunga tidak dapat mekar dengan sempurna.


8.2. Cara Panen

Pemanenan dilakukan secara hati - hati dengan menyertakan 2 - 3 daun pada tangkai bunga dan menyisakan daun - daun pada tanaman sebanyak mungkin minimum 4 daun. Pemotongan tangkai bunga dengan pisau tajam dan bersih supaya terhindar dari kontaminasi jasad renik Jika menggunakan pisau tumpul, terjadi luka lebih lebar pada permukaan dasar tangkai bunga, memungkinkan terjadi infeksi.


8.3. Periode Panen

Bunga gladiol tergolong bunga yang mudah kehilangan air. Sebaiknya panen bunga dilakukan pagi hari, karena saat tersebut bunga gladiol berturgor optimum. Kandungan karbohidrat yang rendah dapat diperbaiki dengan larutan pengawet yang mengandung gula.

Panen bunga tidak dianjurkan pada saat suhu udara tinggi (siang hari) atau pada turgor rendah, bunga basah oleh embun, hujan atau sebab lain. Bunga yang basahakan mudah terserang oleh cendawan Botrytis gladiolorum (blight), walaupun pada kondisi suhu udara yang rendah.


8.4. Prakiraan Produksi

Untuk seluas 1 hektar akan menghasikan panen bunga ± sebanyak 200.000 potong. Budidaya bunga potong gladiol dapat diatur sedemikian rupa sehingga panen bunga (pemanenan terbanyak) dilakukan setiap minggu. Secara teknis dapat diatur dengan pemetakan lahan, sehingga dalam satu saat terdapat lahan siap olah, siap tanam,dan siap panen.


9. PASCA PANEN

9.1. Pengumpulan

Bunga gladiol sangat peka terhadap kekuatan gaya berat dan akan selalu cenderung melengkung pada suhu udara tinggi, sehingga berakibat terjadinya perubahan bentuk dan penurunan kualitas. Oleh karena itu bunga potong gladiol yang dipanen dikumpulkan dan diletakan tegak lurus diruangan pada suhu udara rendah (selama

penyimpanan / pengangkutan).


9.2. Penyortiran dan Penggolongan

Setelah dipanen, dilakukan penyortiran dan penggolongan sesuai dengan ukuran. Bunga dibersihkan dari kotoran yang menempel, dengan hati - hati,(bila perlu) cukup diperciki atau disemprot air saja. Hal ini menjaga agar mahkota bunga tidak rusak. Bunga dipilih yang bagus bentuknya, tidak terkena penyakit atau luka, dikelompokan sesuai dengan kebutuhan, (berdasarkan tingkat kesegaran / ukuran bunga). Penggolongan ini dimaksudkan untuk mempertahankan nilai jual sehingga bunga yang bagus tidak turun harganya akibat tercampur dengan yang bunga gladiol yang berkualitas rendah.


9.3. Penyimpanan

Penyimpanan bertujuan untuk memperlambat proses kelayuan bunga sebelum sampai kekonsumen, biasanya dilakukan pada saat bunga: a) Baru saja dipetik, menunggu pemanenan selesai.

b) Setelah dipanen tidak segera dijual / diangkut.

c) Diperjalanan sebelum sampai kekonsumen.

Dalam tahap ini, bunga dikondisikan agar tetap segar, karena bunga potong sangat sensitif terhadap dehidrasi maka air yang hilang harus diimbangi dengan larutan perendam yang mengandung air dan senyawa lain yang diperlukan.

Penyimpanan berkaitan erat dengan suhu udara. Makin rendah suhu udara, makin lambat terjadi penurunan mutu. Suhu udara penyimpanan bunga yang berasal dari daerah tropika relatif lebih tinggi, umumnya berkisar antara 0 - 5 derajat C.


9.4. Pengemasan dan Pengangkutan

Sistem pengemasan yang baik bertujuan melindungi bunga selama pengangkutan dan sebagai sarana promosi yang dapat meningkatkan harga jual. Cara pengemasan yang paling sederhana yaitu dengan membungkus tangkai bunga dengan daun pisang, kemudian memasukan kedalam ember berisi air sehingga tangkai bunga tercelup dan membungkus bagian atas bunga dengan plastik yang sebelumnya sudah dilubangi. Pengemasan seperti ini umum dilakukan oleh pedagang pengecer yang langsung berhubungan dengan konsumen. Pengemasan yang lebih baik biasa untuk bunga yang akan menempuh perjalanan atau untuk promosi, digunakan bahan pengawet adalah sukrosan dan 8 hydroxyquinoline citrate. Mengingat sifat bunga yang selalu dikonsumsi dalam keadaan segar dan bagus berpenampilan maka dituntut sistem pengangkutan yang bisa bergerak cepat. Faktor yang perlu diperhatikan yaitu suhu udara selama pengangkutan dan susunan kemasan agar tidak terlalu tinggi serta tahan goncangan. Sarana pengangkutan biasa menggunakan mobil box yang dilengkapi alat pengatur suhu udara.


10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA TANAMAN

10.1. Analisis Usaha Budidaya

Perkiraan analisis budidaya gladiol luas lahan 1 ha dalam 1 musim tanam yang dilakukan pada tahun 1999 di daerah Bogor. 1) Biaya produksi:

1. Bibit: umbi bibit (subang) 190.000 bh @ Rp. 50,- Rp. 9.500.000,-

2. Pupuk

- Pupuk buatan NPK: 100 kg @ Rp. 2000,- Rp. 200.000,-

- (Urea, TSP, KCL): 834 kg @ Rp. 4.500,- Rp. 3.753.000,-

3. Tenaga kerja

- Tenaga kerja sewa 120 OH @ Rp. 10.000,- Rp. 1.200.000,-

- Tenaga kerja keluarga 120 OH @ Rp. 15.000,- Rp. 1.800.000,-

4. Pestisida: 15 kg @ Rp. 75.000,- Rp. 1.125.000,-

5. Sewa lahan/ha Rp. 1.500.000,-

Jumlah biaya produksi Rp. 19.078.000,-

2) Pendapatan: bunga potong (tangkai) 214.000 @ Rp. 100,- Rp. 21.400.000,-

3) Keuntungan Rp. 2.322.000,-

4) Parameter kelayakan usaha

1. Rasio output/input = 1,122

10.2. Gambaran Peluang Agribisnis

Usaha tani gladiol merupakan usaha komersial karena sebagian besar produksinya ditujukan untuk memenuhi kebutuhan pasar atau konsumen. Berdasarkan hal tersebut, pengkajian aspek Agro Ekonomi usaha tani gladiol mencakup kegiatan produksi, konsumsi dan pemasaran.

Kebanyakan usaha tani gladiol dilakukan di daerah dataran tinggi sesudah tanaman sayuran, tanaman padi dan tanaman hias lainnya (Warsito dan Sutater, 1889). Produksi per hektar bunga potong gladiol di tingkat petani baru mencapai 169.189 tangkai dan produksi bibit (subang) mencapai 136.406 umbi (Ameriana, dkk., 1991).

Volume permintaan dalam negeri 127.200 tangkai per minggu (BCI dan Nehem, 1987), terdapat kecenderungan bahwa permintaan terus meningkat. Untuk mengimbangi permintaan konsumen, rumpang hasil produksi bunga harus ditingkatkan demikian juga mutu bunga potongnya. Sampai saat ini DKI Jakarta masih merupakan pasar bunga potong

terbesar dengan volume penjualan perminggu mencapai 54.700 tangkai dibandingkan dengan kota lainnya. Hal ini sejalan dengan peningkatan pendapatan masyarakat, pembangunan, komplek perumahan, perkotaan, dan perkembangan pariwisata (Sutater dan Asandhi, 1991).

Pasar bunga potong asal Indonesia akhir - akhir ini cukup menggembirakan. Tim Direktorat Bina Produksi Hortikultura (1988) mencatat bahwa peringkat ekspor bunga ke Eropa adalah bunga potong (43,38%), tanaman hias (38,65%), dan umbi bunga (12,26%). Dalam artikel “Indonesia Belum Tanggapi Dunia akan Permintaan Bunga Potong Tropis” (1992) dicatat bahwa konsumsi bunga potong untuk kota - kota besar hingga kini masih didominasi oleh Jakarta, menyerap 60% dari total produksi bunga nasional. Bisnis bunga mencapai Rp. 2,15 milyar per bulan atau 25,8 milyar per tahun di Jakarta terdapat 327 florist dan 227 kios penjual bunga. Dalam artikel “Dari Bisnis Asalan Menuju Industri Bunga “ (1993) dilaporkan bahwa konsumsi bungapotong 1992 di kota - kota besar seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, Malang, Denpasar, Semarang, dan Ujung Pandang 1.928.000 tangkai, 1.283.250 tangkai untuk Jakarta, karena hotel-hotel di Jakarta sebulan menghabiskan biaya sebesar Rp. 75.000 - Rp. 85 juta untuk pembelian bunga.


11. STANDAR PRODUKSI

11.1. Ruang Lingkup

Standar produksi meliputi: klasifikasi dan standar mutu, cara pengambilan contoh dan pengemasan.

11.2. Diskripsi

Standar mutu bunga gladiol potong di Indonesia tercantum dalam standar Nasional Indonesia SNI 01–4479–1998

11.3. Klasifikasi dan Standar Mutu

Berdasarkan panjang tangkainya, bunga gladiol dikelompokan dalam lima kelas yaitu Super, Panjang, Medium, Pendekdan Mini.

a) Kelas super: panjang tangkai > 95 cm

b) Kelas panjang: panjang tangkai 76–94 cm

c) Kelas medium: panjang tangkai 61–75 cm

d) Kelas pendek: panjang tangkai 51–60 cm

e) Kelas mini: panjang tangkai 30–50 cm

Selain berdasarkan panjang tangkai, bunga gladiol dikelompokan berdasarkan penampilan dan kondisi fisik lainnya sehingga terdapat bunga gladiol potong dengan mutu kelas AA, A, B dan C.

a) Panjang tangkai (cm): kelas AA>95; kelas A=76–94; kelas B=61-75; kelas C=51- 60.

b) Jumlah minimum floret pertangkai: kelas AA=16; kelas A=14; kelas B=12; kelas C=10.

c) Keseragaman (%): kelas AA=100; kelas A=95: kelas B=95; kelas C<95. aa="100;" a="95;" b="95;" aa="100;" a="95;" b="95;" aa="1-2;" a="1–2;" b="2-3;" c="2–3." aa="0;" a="5;" b="10;">10.

i) Benda asing/kotoran (%): kelas AA=0; kelas A=1; kelas B=2; kelas C=3.

Untuk mendapatkan jenis dan mutu yang sesuai dengan standar maka harus dilakukan pengujian yang meliputi:

a) Penetapan panjang tangkai bunga

Hitung jumlah seluruh bunga contoh, ukur satu persatu bunga contoh, kemudian pisahkan bunga yang panjangnya tidak memenuhi syarat kelas yang disebutkan dalam kemasan. Hitung jumlah seluruh bunga contoh yang panjangnya memenuhi syarat. Hitung presentase bunga yang panjangnya memenuhi syarat terhadap seluruh bunga contoh.

b) Penetapan jumlah floret per tangkai, jumlah floret mulai mekar, kerusakan mekanik

Hitung jumlah seluruh bunga contoh, hitung satu persatu jumlah floret per tangkai dari seluruh bunga contoh kemudian pisahkan tangkai bunga yang jumlah floretnya tidak memenuhi syarat kelas yang disebutkan dalam kemasan. Hitung jumlah seluruh bunga contoh yang jumlah floret per tangkainya memenuhi syarat. Hitung prosentase bunga yang memenuhi syarat terhadap jumlah seluruh bunga contoh.

c) Penetapan keseragaman, warna spesifik dan bebas hama

Hitung jumlah seluruh bunga contoh, amati satu per satu bunga contoh, lalu pisahkan bunga yang tampak tidak seragam. Hitung jumlah bunga seragam dan hitung prosentase bunga yang seragam terhadap jumlah seluruh bunga contoh.

d) Penetapan kelurusan tangkai

Letakan bunga gladiol yang diuji diatas meja kerja yang telah diberi garis lurus sepanjang 1 meter atau lebih. Bagian pangkal tangkai yang lurus diletakan pada garis lurus tersebut, sementara itu bagian ujung tangkai yang melengkung akan menjauhi garis lurus tadi. Ukur jarak ujung tangkai bunga terhadap garis lurus diatas meja menggunakan mistar yang tersedia. Deviasi atau kurvaktur maksimal 7,5 cm tergantung kelas.

e) Penetapan benda asing

Pisahkan dan kumpulkan benda asing yang dijumpai pada bunga atau dalam kemasan bunga contoh. Selanjurtya timbang benda asing tersebut dan juga seluruh bunga contoh. Hitung presentase berat benda asing terhadap berat seluruh bunga contoh.

11.4. Pengambilan Contoh

Dari satu partai atau lot bunga gladiol yang terdiri atas maksimum 1.000 kemasan, contoh diambil secara acak sejumlah seperti tersebut berikut ini:

a) Contoh yang diambil semua, jumlah kemasan bunga dalam partai 1–5.

b) Contoh yang diambil sekurang-kurangnya 5, jumlah kemasan bunga dalam partai 6–100.

c) Contoh yang diambil sekurang-kurangnya 7, jumlah kemasan bunga dalam partai 101–300.

d) Contoh yang diambil sekurang-kurangnya 9, jumlah kemasan bunga dalam partai 301–500.

e) Contoh yang diambil sekurang-kurangnya 10, jumlah kemasan bunga dalam partai 501–1001.

Dari setiap kemasan contoh yang dipilih secara acak diambil sekurang - kurangnya tiga tangkai bunga. Untuk kemasan contoh dengan isi kurang dari tiga tangkai, diambil satu tangkai. Dari sejumlah tangkai yang terkumpul kemudian diambil secara acak contoh yang berjumlah sekurang-kurang lima tangkai diuji. Petugas pengambil contoh harus memenuhi syarat, yaitu orang yang telah dilatih terlebih dahulu dan diberi wewenang untuk melakukan hal tersebut.


11.5 Pengemasan

Untuk pasar lokal, bunga gladiol boleh tidak dikemas, bunga diletakkan berdiri dalam ember plastik yang diberi air perendam tangkai. Kedalam air perendam seyogyanya ditambahkan bahan pengawet bunga. Untuk pasar jarak jauh, bunga gladiol sebaiknya dikemas dengan keranjang bambu yang diberi lapisan daun pisang, lembaran plastik atau

kertas. Untuk eksport bunga gladiol harus dikemas dengan kotak karton yang sesuai dengan diberi lapisan plastik tipis atau kertas dibagian dalamnya. Ujung tangkai bunga diberi kapas yang dibasahi dengan larutan pengawet kemudian ditutup plastik. Jumlah bunga dalam tiap kemasan disesuaikan dengan permintaan pasar.

Label atau gantungan (tag) yang menyertai setiap kemasan harus mudah dilihat/diambil dan berisi informasi.

a) Produksi Indonesia.

b) Nama perusahaan/eksportir.

c) Nama kultivar.

d) Kelas mutu.

e) Jumlah bunga dalam kemasan.

f) Berat kotor.

g) Berat bersih.

h) Identitas pembelian ditempat tujuan.

i) Tanggal panen dan perkiraan daya tanah.

j) Petunjuk penanganan (suhu udara, kelembaban) yang dianjurkan

Budidaya Kweni

1. SEJARAH SINGKAT

Mangga merupakan tanaman buah tahunan berupa pohon yang berasal dari negara India. Tanaman ini kemudian menyebar ke wilayah Asia Tenggara termasuk Malaysia dan Indonesia.

2. JENIS TANAMAN

Klasifikasi botani tanaman mangga adalah sebagai berikut:

* Divisi : Spermatophyta
o Sub divisi : Angiospermae
+ Kelas : Dicotyledonae
# Keluarga : Anarcadiaceae
* Genus : Mangifera
o Spesies : Mangifera spp.

Jenis yang banyak ditanam di Indonesia Mangifera indica L. yaitu mangga arumanis, golek, gedong, manalagi dan cengkir dan Mangifera foetida yaitu kemang dan kweni.

3. MANFAAT TANAMAN

Buah mangga yang matang merupakan buah meja yang banyak digemari. Mangga yang muda dapat diawetkan dengan kadar gula tinggi menjadi manisan baik dalam bentuk basah atau kering.

4. SENTRA PENANAMAN

Pusat penanaman mangga di Pulau Jawa adalah Probolinggo, Indramayu, Cirebon. Tahun 1994 jumlah tanaman yang menghasilkan adalah 8.901.309 tanaman dengan produksi 668.048 ton.

5. SYARAT TUMBUH

5.1. Iklim

Tanaman mangga cocok untuk hidup di daerah dengan musim kering selama 3 bulan. Masa kering diperlukan sebelum dan sewaktu berbunga. Jika ditanam di daerah basah, tanaman mengalami banyak serangan hama dan penyakit serta gugur bunga/buah jika bunga muncul pada saat hujan.

5.2. Media Tanam

1. Tanah yang baik untuk budidaya mangga adalah gembur mengandung pasir dan lempung dalam jumlah yang seimbang.
2. Derajat keasaman tanah (pH tanah) yang cocok adalah 5.5-7.5. Jika pH di bawah 5,5 sebaiknya dikapur dengan dolomit.

5.3. Tempat Ketinggian

Mangga yang ditanam didataran rendah dan menengah dengan ketinggian 0-500 m dpl menghasilkan buah yang lebih bermutu dan jumlahnya lebih banyak dari pada di dataran tinggi.

6. PEDOMAN BUDIDAYA

6.1. Pembibitan

1) Perbanyakan dengan Biji

1. Biji dipilih dari tanaman yang sehat, kuat dan buahnya berkualitas. Biji dikeringanginkan dan kulitnya dibuang.
2. Siapkan kotak persemaian ukuran 100 x 50 x 20 cm 3 dengan media tanah kebun dan pupuk kandang (1:1), biji ditanam pada jarak 10-20 cm. Dapat pula mangga disemai dikebun dengan jarak tanam 30 x 40 atau 40 x 40 cm di atas tanah yang gembur. Persemaian diberi naungan dari plastik/sisa-sisa tanaman, tetapi jangan sampai udara di dalam persemaian menjadi terlalu lembab. Biji ditanam dengan perut ke arah bawah supaya akar tidak bengkok. Selama penyemaian, bibit tidak boleh kekurangan air. Pada umur 2 minggu bibit akan berkecambah. Jika dari 1 biji terdapat lebih dari 1 anakan, sisakan hanya satu yang benar-benar kuat dan baik. Bibit di kotak persemaian harus dipindahtanamkan ke dalam polybag jika tingginya sudah mencapai 25-30 cm. Seleksi bibit dilakukan pada umur 4 bulan, bibit yang lemah dan tumbuh abnormal dibuang. Pindahtanam ke kebun dilakukan jika bibit telah berumur 6 bulan.

2) Okulasi

Perbanyakan terbaik adalah dengan okulasi (penempelan tunas dari batang atas yang buahnya berkualitas ke batang bawah yang struktur akar dan tanamannya kuat). Batang bawah untuk okulasi adalam bibit di persemaian yang sudah berumur 9-12 bulan. Setelah penempelan, stump (tanaman hasil okulasi) dipindahkan ke kebun pada umur 1,5 tahun. Okulasi dilakukan di musim kemarau agar bagian yang ditempel tidak busuk.

3) Pencangkokan

Batang yang akan dicangkok memiliki diameter 2,5 cm dan berasal dari tanaman berumur 1 tahun. Panjang sayatan cangkok adalah 5 cm. Setelah sayatan diberi tanah dan pupuk kandang (1:1), lalu dibungkus dengan plastik atau sabut kelapa.

6.2. Pengolahan Media Tanam

1. Persiapan : Penetapan areal untuk perkebunan mangga harus memperhatikan faktor kemudahan transportasi dan sumber air.
2. Pembukaan Lahan
* Membongkar tanaman yang tidak diperlukan dan mematikan alang-alang serta menghilangkan rumput-rumput liar dan perdu dari areal tanam.
* Membajak tanah untuk menghilangkan bongkahan tanah yang terlalu besar.
3. Pengaturan Jarak Tanam : Pada tanah yang kurang subur, jarak tanam dirapatkan sedangkan pada tanah subur, jarak tanam lebih renggang. Jarak tanam standar adalah 10 m dan diatur dengan cara:
1. segi tiga sama kaki.
2. diagonal.
3. bujur sangkar (segi empat).

6.3. Teknik Penanaman

1) Pembuatan Lubang Tanam Lubang tanam dibuat dengan panjang, lebar dan kedalaman 100 cm. Pada waktu penggalian, galian tanah sampai kedalaman 50 cm dipisahkan dengan galian dari kedalaman 50-100 cm. Tanah galian bagian dalam dicampur dengan pupuk kandang lalu dikeringanginkan beberapa hari. Masukkan tanah galian bagian atas, diikuti tanah galian bagian bawah. Pembuatan lubang tanam dilakukan pada musim kemarau.

2) Cara Penanaman

Lubang tanam yang telah ditimbun digali kembali dengan ukuran panjang dan lebar 60 cm pada kedalaman 30 cm, taburi lubang dengan furadan 10-25 gram. Polibag bibit digunting sampai ke bawah, masukkan bibit beserta tanahnya dan masukkan kembali tanah galian sampai membentuk guludan. Tekan tanah di sekitar batang dan pasang kayu penyangga tanaman.

3) Penanaman Pohon Pelindung

Pohon pelindung ditanam untuk menahan hembusan angin yang kuat. Jenis yang biasa dipakai adalah pohon asam atau trembesi.

6.4. Pemeliharaan Tanaman

1) Penyiangan

Penyiangan tidak dapat dilakukan sembarangan, rumput/gulma yang telah dicabut dapat dibenamkan atau dibuang ke tempat lain agar tidak tumbuh lagi. Penyiangan juga biasa dilakukan pada waktu penggemburan dan pemupukan.

2) Penggemburan/Pembubunan

Tanah yang padat dan tidak ditumbuhi rumput di sekitar pangkal batang perlu digemburkan, biasanya pada awal musim hujan. Penggemburan tanah di kebun mangga cangkokan jangan dilakukan terlalu dalam.

3) Perempelan/Pemangkasan

Pemangkasan bertujuan untuk membentuk kanopi yang baik dan meningkatkan produksi. Ketika tanaman telah mulai bertunas perlu dilakukan pemangkasan tunas agar dalam satu cabang hanya terdapat 3–4 tunas saja. Tunas yang dipilih jangan terletak sama tinggi dan berada pada sisi yang berbeda. Tunas dipelihara selama kurang lebih 1 tahun saat tunas-tunas baru tumbuh kembali. Pada saat ini dilakukan pemangkasan kedua dengan meninggalkan 2-3 tunas. Pemangkasan ketiga, 1 tahun kemudian, dilakukan dengan cara yang sama dengan pemangkasan ke-2.

4) Pemupukan

a) Pupuk organik

1. Umur tanaman 1-2 tahun: 10 kg pupuk kandang, 5 kg pupuk kandang.
2. Umur tanaman 2,5–8 tahun: 0,5 kg tepung tulang, 2,5 kg abu.
3. Umur tanaman 9 tahun: tepung tulang dapat diganti pupuk kimia SP-36, 50 kg pupuk kandang, 15 kg abu.
4. Umur tanaman > 10 tahun: 100 kg pupuk kandang, 50 kg tepung tulang, 15 kg abu.

Pupuk kandang yang dipakai adalah pupuk yang sudah tercampur dengan tanah. Pemberian pupuk dilakukan di dalam parit keliling pohon sedalam setengah mata cangkul (5 cm).

b) Pupuk anorganik

1. Umur tanaman 1-2 bulan : NPK (10-10-20) 100 gram/tanaman.
2. Umur tanaman 1,5-2 tahun: NPK (10-10-20) 1.000 kg/tanaman.
3. Tanaman sebelum berbunga: ZA 1.750 gram/tanaman, KCl 1.080 gram/tanaman.
4. Tanaman waktu berbunga : ZA 1.380 gram/tanaman, Di kalsium fosfat 970 gram/tanaman, KCl 970 gram/tanaman.
5. Tanaman setelah panen: ZA 2700 gram/tanaman, Di kalsium fosfat 1.940 gram/tanaman, KCl 1.940 gram/tanaman.

5) Peningkatan Kuantitas Buah

Dari sejumlah besar bunga yang muncul hanya 0,3% yang dapat menjadi buah yang dapat dipetik. Untuk meningkatkan persentase ini dapat disemprotkan polinator maru atau menyemprotkan serbuk sari diikuti pemberian 300 ppm hormon giberelin. Dengan cara ini, persentase pembentukan buah yang dapat dipanen dapat ditingkatkan menjadi 1,3%.

7. HAMA DAN PENYAKIT

7.1. Hama

1.
Kepik mangga (Cryptorrhynoccus gravis)
*
Menyerang buah dan masuk ke dalamnya.
*
Pengendalian: dengan semut merah yang menyebabkan kepik tidak bertelur.
2.
Bubuk buah mangga
*
Menyerang buah sampai tunas muda. Kulit buah kelihatan normal, bila dibelah terlihat bagian dalamnya dimakan hama ini.
*
Pengendalian: memusnahkan buah mangga yang jatuh akibat hama ini, menggunakan pupuk kandang halus, mencangkul tanah di sekitar batang pohon dan menyemprotkan insektisida ke tanah yang telah dicangkul.
3.
Bisul daun(Procontarinia matteiana.)
*
Gejala: daun menjadi berbisul dan daun menjadi berwarna coklat, hijau dan kemerahan.
*
Pengendalian: penyemprotan buah dan daun dengan Ripcord, Cymbuth atau Phosdrin tiga kali dalam seminggu, membakar daun yang terserang, menggemburkan tanah untuk mengeluarkan kepompong dan memperbaiki aerasi.
4.
Lalat buah
* Gejala: buah busuk, jatuh dan menurunkan produktivitas.
* Pengendalian: dengan memusnahkan buah yang rusak, memberi umpan berupa larutan sabun atau metil eugenol di dalam wadah dan insektisida.
5. Wereng ( Idiocerus clypealis, I. Niveosparsus, I. Atkinsoni)
* Jenis wereng ini berbeda dengan yang menyerang padi. Wereng ini menyerang daun, rangkaian bunga dan ranting sambil mengeluarkan cairan manis sehingga mengundang semut api untuk memakan tunas atau kuncup. Cairan yang membeku menimbulkan jamur kerak hitam.
* Pengendalian dengan insektisida Diazinon dan pengasapan seminggu empat kali.
6. Tungau (Paratetranychus yothersi, Hemitarsonemus latus)
*
Tungau pertama menyerang daun mangga yang masih muda sedangkan yang kedua menyerang permukaan daun mangga bagian bawah. Keduanya menyerang rangkaian bunga.
* Pengendalian dengan menyemprotkan tepung belerang, insektisida Diazinon atau Basudin.
7. Codot
* Memakan buah mangga di malam hari.
*
Pengendalian: dengan membiarkan semut kerangkeng hidup di sela daun mangga, memasang kitiran angin berpeluit dan melindungi pohon dengan jaring.

7.2. Penyakit

1. 1) Penyakit mangga
*
Penyebab: jamur Gloeosporium mangifera. Jamur ini menyebabkan bunga menjadi layu, buah busuk, daun berbintik-bintik hitam dan menggulung.
* Pengendalian: fungisida Bubur Bordeaux.
2. 2) Penyakit diplodia
* Penyebab: jamur Diplodia sp. Tumbuh di luka tanaman muda hasil okulasi.
* Pengendalian: dengan bubur bordeaux. Luka diolesi/ditutup parafin-carbolineum.
3. 3) Cendawan jelaga
*
Penyebab: virus Meliola mangifera atau jamur Capmodium mangiferum. Daun mangga yang diserang berwarna hitam seperti beledu. Warna hitam disebabkan oleh jamur yang hidup di cairan manis.
*
Pengendalian: dengan memberantas serangga yang menghasilkan cairan manis dengan insektisida atau tepung belerang.
4. 4) Bercak karat merah
*
Penyebab: jamur Colletotrichum gloeosporiodes. Menyerang daun, ranting, bunga dan tunas sehingga terbentuk bercak yang berwarna merah. Penyakit ini sangat mempengaruhi proses pembuahan.
*
Pengendalian: pemangkasan dahan, cabang, ranting, menyemprotkan fungisida bubuk bordeaux atau sulfat tembaga.
5. 5) Kudis buah
* Menyerang tangkai bunga, bunga, ranting dan daun.
*
Gejala: adanya bercak kuning yang akan berubah menjadi abu-abu. Pembuahan tidak terjadi, bunga berjatuhan.
*
Pengendalian: fungisida Dithane M-45, Manzate atau Pigone tiga kali seminggu dan memangkas tangkai bunga yang terserang.
6. 6) Penyakit Blendok
*
Penyebab: jamur Diplodia recifensis yang hidup di dalam lubang yang dibuat oleh kumbang Xyleborus affinis). Lubang mengeluarkan getah yang akan berubah warna menjadi coklat atau hitam.
*
Pengendalian: memotong bagian yang sakit, lubang ditutupi dengan kapas yang telah dicelupkan ke dalam insektisida dan menyemprot pohon dengan bubur bordeaux.

7.3. Gulma

Benalu memberikan kerusakan dalam waktu pendek karena menyebabkan makanan tidak diserap tanaman secara sempurna. Pengendalian dengan memotong cabang yang terserang, menebang tanaman yang diserang benalu dengan berat.

8. PANEN

8.1. Ciri dan Umur Panen

Mangga cangkokan mulai berbuah pada umur 4 tahun, mangga okulasi pada umur 5-6 tahun. Banyaknya buah panen pertama hanya 10-15 buah, pada tahun ke 10 jumlah buah dapat mencapai 300-500 buah/pohon. Panen besar biasanya jatuh di bulan September-Oktober. Tanda buah sudah dapat dipanen adalah adanya buah yang jatuh karena matang sedikitnya 1 buah/pohon, warna buah arumanis/manalagi berubah menjadi hijau tua kebiruan, warna buah mangga golek/gedok berubah menjadi kuning/merah Buah yang dipetik harus masih keras.

8.2. Cara Panen

Pada saat pemetikan, buah jangan sampai terpotong, tercongkel atau jatuh sampai memar. Buah dipetik di sore hari dengan menggunakan pisau tajam atau dengan galah yang diujungnya terdapat pisau dan keranjang penampung buah.

8.3. Periode Panen

Di Indonesia pohon mangga berbunga satu tahun sekali sehingga panen dilakukan satu periode dalam satu tahun. Dari satu pohon, buah tidak akan masak bersamaan sehingga dilakukan beberapa kali panen.

8.4. Perkiraan Produksi

Pohon muda okulasi menghasilkan 50-100 buah/tahun, meningkat sampai 300-500 buah pada umur 10 tahun, 1.000 buah pada umur 15 tahun dan 2.000 buah pada waktu produksi maksimum di umur 20 tahun.

9. PASCAPANEN

9.1. Pengumpulan

Buah hasil panen dikumpulkan di tempat yang teduh.

9.2. Penyortiran dan Penggolongan

Mangga yang rusak dipisahkan dengan mangga yang mulus. Setelah sortasi buah mangga dilap untuk menghilangkan getah yang dapat menurunkan mutu terutama jika buah akan dipasarkan ke pasar swalayan atau luar negeri. Buah yang akan dipasarkan di dalam negeri dapat diperam untuk mempercepat pemasakan. Sortasi didasarkan berat buah atau ukuran buah. Kelas berdasarkan berat buah antara lain:

1. Kelas I: > 320 gram/buah
2. Kelas II: 270 - 320 gram/buah
3. Kelas III: 200 - 270 gram/buah

Sedangkan berdasarkan ukuran buah dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Klasifikasi Besar: arum manis > 17,5 cm, golek > 20 cm
2. Klasifikasi Sedang: arum manis 15 - 17,5 cm, golek 17,5 - 20 cm
3. Klasifikasi Kecil: arum manis <>

Label