Dari bambu, Undagi Jatnika Nagamiharja yang juga Ketua Yayasan Bambu Indonesia mampu melanglang buana, mulai dari ke hampir seluruh wilayah Indonesia hingga mancanegara. Lelaki kelahiran Sukabumi, Jawa Barat ini populer dengan rumah bambu buatannya. Ia sudah membangun 3.441 rumah bambu di Indonesia dan negara lain.
Bambu sudah menjadi bagian hidup dari Undagi Jatnika Nagamiharja. Dari tanaman rumpun ini, namanya terkenal sampai ke mancanegara. Dari bambu pula, ia memperoleh sumber penghidupan.
Jatnika memulai bisnis bambu sejak 1996. Dia mewarisi ilmu sang ayah yang berprofesi sebagai perajin anyaman dan mebel bambu. Pertama kali menjalankan usaha, Jatnika hanya membuat anyaman dan mebel bambu.
Sekarang, Jatnika juga membuat rumah bambu. “Saya masih memproduksi mebel untuk desain interior rumah bambu yang saya buat,” katanya. Mebel-mebel bambu buatan Jatnika sudah menembus pasar ekspor, seperti Spanyol, Amerika Serikat, Taiwan, dan Jerman. Begitu juga dengan rumah bambu bikinannya.
Itu sebabnya, Jatnika mengatakan, rumah bambu punya prospek yang cerah. Selain memiliki pangsa pasar luas, perajin rumah bambu masih sedikit. Makanya, pesanan rumah bambu yang terus mengalir.
Sampai saat ini, Jatnika sudah membangun 3.441 rumah bambu di seluruh Indonesia. Mulai dari rumah tinggal, rumah peristirahatan, rumah makan, gazebo, sampai musala. Di pasar ekspor, rumah bambu buatan Jatnika sudah berdiri di Malaysia, Brunei Darusssalam, Arab Saudi, serta Uni Emirat Arab.
Salah satu faktor yang menyebabkan banyak orang memesan rumah bambu ke Jatnika adalah daya tahan buatannya. Aneka rumah bambu buatan Jatnika bisa bertahan hingga 30 tahun. Keawetan rumah bambu bikinan Jatnika berkat proses penebangan hingga perendaman bambu. Karakteristik rumah bambu yang tahan gempa juga menjadi alasan orang berminat memiliki bangunan tersebut.
Setiap bulan, pesanan yang datang ke Jatnika sebanyak 20 rumah bambu. Namun, ia hanya mengerjakan dua pesanan setiap bulan. Tujuannya untuk menjaga kualitas rumah bambu buatannya. “Kalau hanya memikirkan keuntungan, bisa saja saya ambil semuanya, tapi nanti kualitasnya tidak bagus,” ujarnya.
Jatnika memang tidak hanya mengejar keuntungan semata, namun juga kepuasan batin. Apalagi, sejak 1995, dia dipercaya menjadi Ketua Harian Yayasan Bambu Indonesia yang didirikan oleh istri mantan Wakil Presiden Try Sutrisno.
Selain untuk melestarikan bambu, yayasan ini juga dibentuk untuk mengembangkan dan memanfaatkan bambu Indonesia. Para perajin pun dilatih untuk mengenal produk-produk kerajinan yang bisa dihasilkan dari bambu.
Sebab, banyak sekali produk kerajinan yang bisa dibuat dari bambu. “Ada ribuan jenis. Untuk alat musik saja ada sekitar 41 jenis yang bisa dibuat dari bambu, seperti angklung dan suling,” kata Jatnika.
Makanya, pelestarian bambu wajib hukumnya. Pada 1997, Yayasan Bambu Indonesia melakukan penanaman bambu di lahan seluas 11,5 hektare milik Pemerintah Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Bambu yang ditanam tak hanya satu jenis, namun beraneka macam. Karena, lahan ini juga berfungsi sebagai museum bambu.
Yayasan ini juga giat melakukan penyuluhan penanaman bambu di lahan milik warga yang ada di daerah Pelabuhan Ratu, Sakawayana, dan Cikedang, Kabupaten Sukabumi. Yayasan Bambu Indonesia pun menjadi pelopor dalam upaya penanaman anggota subfamilia rumput ini di sepanjang bantaran Kali Ciliwung Cisadane, Krukut, Grogol, dan Pesanggrahan. Soalnya, “Bambu bisa sebagai penahan tebing, penahan erosi serta juga penghimpun air,” ungkap Jatmika. Selain semua manfaat itu, penulis buku Rumah Bambu: Aksitektur Khas Jawa Barat ini menambahkan, bambu bisa menjadi obat untuk bermacam penyakit termasuk penyakit liver.
Sumber : kontan.co.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar