Semua berawal pada 2002 lalu. Saat itu, Avip iseng-iseng menekuni usaha distro. Dia melihat prospek bisnis bidang fesyen yang menjanjikan. Maka, bangku kuliah adalah awal pria asal Kuningan itu mengais pundi-pundi rupiah.
Modal awal Avip saat itu Rp1 juta. Dengan cara online, dia sukses mengembangkan bisnis fesyen hanya dalam jangka waktu dua tahun. Namun, langkahnya tak berjalan mulus. Pria kelahiran Kuningan,18 Januari 1981 itu sempat tertipu hingga rugi besar.
“Waktu itu ada ibu-ibu order baju muslim dengan nominal hingga Rp200jutaan. Tapi barang yang baru saya kirim sekitar Rp50 jutaan. Tapi setelah barang yang saya antar sendiri itu dikasih ke ibutersebut, ternyata dia enggak transfer uang ke saya,” kata Avip kepada INILAH, Minggu (17/3/2013).
Di d’Preneur Cafe, Jalan Burangrang, Kota Bandung miliknya, Avip melanjutkan kisah pahitnya. Saat tak menerima transfer uang, dia pun mendatangi rumah sang pengorder. Namun hasilnya nol besar. “Ternyata dia sudah tidak ada, rugi ditipu saya,” ujar Avip.
Avip rupanya tak menyerah. Dia kembali bangkit dan melanjutkan bisnis fesyen, meski harus menanggung kerugian kepada pabrik tempatnya memesan produk. “Saya meminta kebijakan kepada pabrik tempat saya memesan pakaian. Akhirnya, dia memberikan keringanan buat saya. Karena saya ditipu sebesar Rp50 jutaan, saya enggak bisa bayar langsung. Saya jadinya mencicil beberapa bulan tunggakan saya itu sendirian,” jelasnya.
Tak berhenti di dunia fesyen, Avip lantas melihat peluang lain dari hobinya mengumpulkan biografi orang-orang sukses. Hobi itu rupanya sukses menggiring Avip meraup omzet Rp5 juta-10 juta setiap bulan.
“Saya itu hobi mengumpulkan biografi orang sukses. Dari situ saya lihat peluang dan menjualnya dengan cara menitipkan ke toko buku. Hasilnya lumayan, ongkos burning saja hanya Rp5 ribu. Omzet saya saat itu mencapai Rp5 juta-10 juta per bulan,” tutur Sekretaris Umum HIPMI Jabar itu.
Usaha menjual CD kumpulan biografi orang sukses itu dijalani Avip setelah menyelesaikan pendidikannya di Sekolah Tinggi Manajemen Bandung. Lagi-lagi Avip berpikir merambah usaha lain.
Dia mulai melirik bisnis bidang jasa yakni penyebar brosur.Bisnis sebar brosur itu dia jalani hampir satu tahun setengah pada 2011. Dalam sepekan, dia mampu mendapatkan proyek dari lima hingga enam perusahaan.
“Saya melihatnya waktu itu, perusahaan terus membuat brosur tapi mereka tidak memiliki orang untuk menyebar brosur. Maka dari itu, saya kerjasama dengan mahasiswa yang mau bekerja sebar brosur nanti saya bayar. Dari sini juga keuntungannya lumayan,” papar Avip.
Setelah merambah banyak bisnis baik di bidang barang dan jasa, Avip fokus mengurus perusahaan jasa di bidang bahasa. Dia menawarkan piawai berbahasa Inggris dalam beberapa saat.
Selain itu, dia menekuni bisnis kafe. Bekerja sama dengan teman bisnisnya, Avip menggarap cafe d’Preneur. Dia ingin ‘menyulap’ kafe tersebut bukan hanya sebagai tempat makan dan nongkrong anak muda, tetapi tempat para pengusaha berkumpul dan berbagi ilmu.
“Saya sudah enam bulan di sini. Konsepnya, ingin menjadikan d’Preneur sebagai pusatnya enterprenur. Maka dari itu saya kan menambahkan ornamen yang menunjukkan tamu untuk bisa menjadi pebisnis. Lalu saya juga rutin mengadakan sharing dari pebisnis kepada anak muda yang ingin menjadi pebisnis,” tutupnya.
Sumber : m.inilahkoran.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar