Pak Oman, sebagaimana para peternak yang kita kenal, berpembawaan sederhana. Walau sebetulnya usaha pak Oman dapat dikategorikan berhasil dikelasnya,Tak dipungkiri, pak Oman sering mendapat tamu yang ingin menimba pengalamannya, antara lain: peserta kewirausahaan dari Bank BUMN, para peternak pemula yang mau belajar, juga para peserta pelatihan, seperti rombongan kami, yang berasal dari berbagai BPD di Indonesia.
Pak Oman memulai usaha sejak tahun 1951 dengan berdagang sayur mayur di Pasar Senen Jakarta. Saat Pasar Senen mengalami perombakan, pak Oman pindah berdagang sayur di Pasar Induk Kramat Jati. Nasib pak Oman mulai membaik, sejak tahun 1987, saat Koperasi Peternak Sapi Perah Bandung Utara (Koperasi PSPBU) menawarkan pembelian sapi perah dari New Zealand melalui kredit selama 7 tahun. Pak Oman mengajukan pembelian sapi 4 (empat) ekor senilai Rp.4.400.000,- yang cara pembayarannya melalui setoran susu sapi setiap harinya ke Koperasi PSPBU. Ternyata pak Oman dapat melunasi pinjaman dalam tempo lebih cepat yaitu 5 (lima) tahun.
Saat ini pak Oman mempunyai 11 ekor sapi dan 4 (empat) ekor anak sapi. Produksi susu per ekor 18-20 liter per hari, sehingga dari 6 (enam) ekor sapi produktif rata-rata mendapatkan 108 liter/hari. Harga susu dibeli oleh koperasi seharga Rp.3.300,- – Rp.3.500,- per liter, tergantung dari kualitasnya. Sebagai anggota koperasi, pak Oman dikenakan iuran wajib Rp. 25.000,- per bulan. Namun pak Oman mendapat kunjungan dokter hewan (ada 4 orang di Kabupaten Lembang, yang bekerjasama dengan KPSPBU) secara gratis jika ada keluhan sapi nya kurang sehat. Juga pelayanan dari mantri kesehatan, di daerah Lembang ada 15 mantri kesehatan, yang bekerja sama dengan koperasi, secara berkala mengunjungi peternakan sapi. Sapi yang masih produktif menghasilkan susu, jika dijual bisa laku Rp. 14 juta per ekor. Sedangkan sapi yang telah beberapa kali bunting (umumnya sampai 7-9 kali), dianggap tidak produktf, jika dijual berharga Rp. 7-8 juta per ekor. Sapi yang tidak produktif ini, masih dapat di ambil dagingnya.
Dari hasil beternak sapi perah, dari delapan anaknya, telah ada 4 (empat) orang yang berhasil lulus Sarjana. Pemberian makan kepada sapi, diberikan tiga kali sehari, pagi dan sore mendapat makanan dedaunan (rumput gajah, rumput Taiwan dll), sedang siang hari mendapatkan konsentrat yang dibeli dari koperasi seharga Rp.75.000,- per karung. Agar sapi dapat menghasilkan susu yang berkualitas tinggi, perawatan kandang, pemberian pola makan harus benar-benar diperhatikan, disesuaikan dengan berat masing-masing sapi.
Hasil kotoran sapi dikumpulkan, dimasukkan dalam septic tank, yang ditutup oleh plastik, agar gas naik keatas, yang nantinya disalurkan melalui pipa, dan menjadi biogas. Gas yang berasal dari biogas ini (hasil pelatihan dari Departemen Pertambangan), dialirkan melalui pipa, yang kemudian disambungkan dengan pipa plastik ke kompor. Kompor yang menggunakan biogas, dibuat khusus, gas nya tidak berbau, perbedaan dengan gas LPG adalah jika biogas menyalakan kompor harus dengan menggunakan korek api.
Sumber : edratna.wordpress.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar